TBIT #03

3.2K 323 70
                                    

Jika hati sudah di gores oleh luka maka akan sulit untuk di obati. Ucapan adalah pedang tertajam dan paling berpotensi dalam melukai hati seseorang selain perbuatan.

•••••

Di sebuah ruangan bernuansa putih hitam, seorang pemuda tengah melamun menatap langit-langit ruangan tersebut dengan pikiran bercabang. Belakangan ini, banyak hal yang terjadi padanya. Berawal dari tubuhnya yang akhir-akhir ini terasa aneh, kemudian saat pulang sekolah memergoki orang tua dan kakaknya sedang bertengkar “mungkin” dan seperti menutupi sesuatu darinya hingga sampai saat ini masih mengganggu pikirannya. Terakhir ketahuan ikut balapan liar bersama teman-temannya yang berakhir dirinya dihukum oleh sang kakak. Pemuda itu tidak lain adalah Alfa, Alfa si cowo dingin yang terkadang berbicara atau tersenyum saja sangat irit bahkan kepada orang tua dan kakaknya. Berbeda dengan Alfi yang lebih ramah.

Alfa tidak bisa kemana-mana karena Deril menyita motornya serta menghukum Alfa untuk tidak pergi keluar selama satu minggu kecuali pergi ke sekolah dan itupun di antar oleh anak buah Deril. Alfa tidak bisa berkelit dari hukuman kakaknya karena Deril sendiri yang memergokinya ikut balapan liar pada saat itu.

Malam itu, saat setelah Deril memergoki sang adik bahwa dia masih saja mengikuti balapan liar dan melanggar janji serta peraturan yang sudah dibuatnya. Deril sangatlah marah begitu juga dengan Leo, dia pun ikut marah pada saat itu namun hanya di tanggapi tatapan dingin oleh Alfa dengan diam seribu bahasa tanpa menyela kalimat-kalimat yang terlontar dari bibir sang kakak dan ayahnya. Alfa tau jika yang dilakukannya salah dan dia sudah mengingkari janjinya namun bukan tanpa sebab ia melakukan hal tersebut.

Sejujurnya ia hanya ingin bersenang-senang dan jika ketahuan ia paham dengan konsekuensinya selain itu jika memang ia ketahuan apa yang akan dilakukan mereka padanya setelah itu. Ternyata sama saja, hanya bentakan dan kalimat-kalimat yang di sertai amarah saja yang di dapatnya serta hukuman yang sama.

“Bukan ini yang gue butuh,” batin Alfa.

“Bukan gue yang harus berfikir dan introspeksi diri,” ucapnya lagi dalam hati.

“Gue nakal, gue brandal, gue memberontak itu karena kalian yang hanya sibuk dengan urusan kalian saja.”

“Gue ga akan kaya gini kalo kalian lebih memperhatikan gue dan Alfi, bukan malah membandingkan gue dengan Alfi.”

Tangannya mengepal kuat ketika ucapan Leo pada saat itu memojokkannya dan membandingkannya dengan saudara kembarnya kembali terngiang di otaknya dan Deril diam saja pada saat itu. Alfa tau ia nakal tapi Alfa tidak suka dan sangat tidak suka jika di banding-bandingkan dengan siapapun tanpa terkecuali Alfi saudara kembarnya.

•••

Tiingg...

Sebuah pesan masuk di ponselnya membuat lamunannya buyar dan bangkit dari tempat tidur untuk mengambil ponselnya yang ada di atas meja belajar.

Dava
“Lo oke?”

“Ya.”

“Bang Deril masih marah?”

“Ya.”

“Serius lo oke Fa?”

Alfa memutar bola matanya malas membaca sms yang dikirim oleh sahabatnya itu. Alfa hanya membacanya tanpa ingin membalas sms itu lagi, moodnya hari ini sangat jelek. Bisa dibilang senggol bacok, sedikit ia merasa terganggu maka orang itu akan habis olehnya.

The Boy Is TroublemakerWhere stories live. Discover now