TBIT #05

3K 332 113
                                    

♦♦♦

"Nih... makan yang banyak," ucap Dava lalu meletakan semangkuk mie ayam di hadapan Alfa.

"Lo kalo punya maag ya inget sarapan dulu." Dava duduk disebelah Alfa sambil menyeruput minumannya.

"Kalo gak masuk kelas, biasanya juga lo nangkring di kantin dulu baru atap. Untung ada si cantik yang nolongin lo," ucap Rafli yang baru saja tiba dan langsung mendapat tatapan tajam dari Alfa.

"Bacot lo!"

"Hehe.. santai man," Rafli memperlihatkan gigi ratanya saat Alfa memberinya tatapan tajam seakan ingin membunuh. Saat ini mereka berada di kantin sekolah setelah satu jam yang lalu Alfa di kurung di ruang UKS. Jika belum bel pulang, Alfa akan tetap berada di ruang UKS hingga saat ini karena Dava melarangnya kemana-mana dan jika Alfa membantah maka Dava akan melaporkannya kepada Deril. Mau tidak mau, Alfa mengalah karena ancaman Dava.

"Lo berdua ribet," ucap Alfa singkat.

"Apa lo bilang? Ribet?" ulang Dava.

"Hhmm. lebay tau ga sih. Gue cuma maag dan lo berdua lebay kaya gini," ucap Alfa santai sambil menyantap mie ayamnya yang tanpa di sadari Dava menatapnya geram.

"Fa... lo tau kita ini sahabat? Sakit lo sakit gue juga Fa. Lo ga bisa dengan entengnya bilang kalo gue sama Rafli ribet, lebay atau apapun." Dava menatap tajam Alfa, ia tidak suka jika rasa khawatirnya di anggap lebay.

"Lo ga tau gimana khawatirnya gue pas liat lo pingsan di pangkuan cewe itu. Wajah lo pucat dengan keringat dingin dan ini kali pertama lo sampe pingsan karena maag kecuali waktu itu saat lo mencoba akhirin hidup lo dengan minum pil sialan itu sampe lo over dosis." Dava menekankan kalimat terakhirnya.

"Lo ga bisa lakuin hal-hal bodoh lagi Fa, lo punya gue, Rafli, Alfi dan Bang Deril. Kalaupun lo lagi ada masalah sama mereka tapi lo masih punya gue dan Rafli yang siap jadi tempat lo buat bagi masalah lo Fa." Dava menatap dalam manik coklat yang menatapnya sendu.

"Ya, Dava bener Fa. Lo punya kita, kita sahabat man. Dan suka duka kita jalanin bareng-bareng." Kini Rafli yang ikut bicara.

"Sorry.." kata itu yang keluar dari bibir Alfa seraya menatap Dava dan Rafli bergantian.

"Gue ga ada maksud buat kalian khawatir, gue cuma pengen sendiri buat mikir dan tenangin diri." Lanjutnya.

"Lo ga perlu minta maaf Fa, yang perlu lo lakuin cuma satu. Jangan pikul beban itu sendiri," ucap Dava.

Alfa tersenyum singkat mendengar ucapan Dava. "Gue kangen mama Dav," ucapnya pelan.

"Gue pengen ketemu mama."

Deeeeegggg.......

Kalimat itu membuat jantung Dava seakan berhenti, ucapan Alfa bagaikan petir yang menyambar jantungnya hingga dadanya serasa sesak. Setelah sekian lama, bertahun-tahun ia berusaha membuat Alfa bangkit dari keterpurukan dan setelah sekian lama Alfa kembali dari jurang keterpurukan yang susah payah ia lakukan demi Alfa bisa hidup dengan baik dan melupakan luka tak kasat mata itu meski masih meninggalkan bekas.

Namun apa yang terjadi saat ini? Bekas luka itu kembali menganga? Siapa yang menggoresnya hingga terbuka lagi? Alfa tidak akan pernah mengucapkan kalimat itu dengan nada lirih serta tatapan kosong yang kini dilihatnya dimata Alfa. Anak itu sedang ada masalah, dan masalah itu membuat luka lamanya terbuka kembali.

Alfa memang selalu merindukan sang mama namun ia obati dengan cara melakukan hal-hal yang sering dilakukan mamanya dulu dan pergi ke suatu tempat untuk mencurahkan segala kerinduannya kepada sang mama.

The Boy Is TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang