TBIT #07

2.6K 255 107
                                    

TAKDIR
Ia sangat pandai dalam permainan hidup. Ia mampu membolak-balikkan hidupku.

Dulu, ia merenggut mamaku dan kebahagiaan adik-adikku terutama Alfa. Kemudian, setelah sekian lama kami menutup sebuah LUKA tak kasat mata itu dengan mati-matian kini dikoyak kembali oleh yang namanya TAKDIR.

Ini tidak adil... sungguh.. Ini sangat tidak adil. Mengapa harus Alfa, mengapa harus Alfa yang harus tersakiti paling dalam?
-Derilio-

♦♦♦

Seorang pria tengah duduk di sebuah taman dengan pandangan kosong yang lurus kedepan, tubuhnya memang terlihat disana namun pikiran dan jiwanya seperti tidak ditempat itu.

Pikirannya melayang kemana-mana terlebih mengingat kejadian empat hari yang lalu dan ucapan dokter Fadil yang masih terngiang di ingatannya.

Pria yang tengah melamun tersebut adalah Deril, ia bersandar pada sandaran kursi saat titikan hujan berjatuhan dari langit seakan ikut merasakan kesedihannya. Deril membiarkan tetesan air hujan jatuh membasahi wajahnya dan ia memejamkan matanya sambil meredam rasa sesak di dadanya.

Sesak yang sejak empat hari lalu menyiksanya dengan sebuah kenyataan pahit di dalamnya. Hujan turun semakin deras diiringi ingatan empat hari yang lalu kembali terngiang.

...
Deril duduk dengan gelisah di sebuah kursi tunggu karena dokter sangat lama memeriksa adiknya. Ia duduk dengan gusar, takut sesuatu yang buruk terjadi kepada sang adik. Rumah sakit adalah tempat terlaknat bagi Deril karena tempat ini menyisakan kenangan-kenangan pahit untuknya.

Dari sang mama kemudian Alfa dan saat ini ia kembali ke tempat ini juga karena hal yang sama, Alfa kembali membuat jantungnya berdebar kencang karena lagi-lagi adiknya tengah berjuang di dalam ruang IGD namun bedanya kali ini Deril tidak tau apa yang terjadi dengan Alfa. Setelah beberapa saat, dokter keluar dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Deril bangkit dari duduknya. "Bagaimana keadaan Alfa om?" tanya Deril kepada pria berjas putih yang tidak lain adalah Fadil, kakak dari mamanya.

"Deril.. bisa kita bicara diruangan om?"

"Bisa om."

Kemudian kedua pria tersebut menuju ke suatu ruangan. Setelah sampai di dalam ruangan tersebut mereka duduk saling berhadapan dengan meja yang menjadi pembatas antara mereka.

"Ada apa om? Apa ada sesuatu yang serius?" ucap Deril.

Pria berjas putih tersebut menghembuskan nafas kasar. "Ini bukan pertama kalinya terjadi," ucap dokter Fadil dengan mimik wajah serius.

Deril mengernyitkan dahinya mendengar ucapan dokter Fadil.

"Maksud om?"

"Deril... sebelum kamu pulang ke Indonesia, Alfa datang menemui om untuk meminta agar dirinya diperiksa karena Alfa merasa ada yang aneh dengan tubuhnya," jelas Fadil.

"Lalu, om melakukan pemeriksaan terhadap Alfa?" Fadil mengangguk untuk mengiyakan.

"Apa hasil tes itu sudah keluar om?" Fadil kembali mengangguk.

"Berarti Alfa sudah tau akan kondisinya om?"

"Alfa belum tau karena om masih tidak percaya dengan kenyataan yang ada." Wajah Fadil berubah sendu.

"Apa yang terjadi om? Kenapa om terlihat seperti ini?"

"Awalnya om ingin memberitahukan ini kepada Alfa hari ini, tapi hal ini di luar dugaan. Alfa collapse karena tubuhnya tidak bisa menahan sakit itu. Sebagai seorang kakak, kamu sangat berhak untuk tau dan kamulah yang paling om harapkan untuk menjaga adikmu. Om harap kamu bisa menerima kenyataan yang ada, Deril."

The Boy Is TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang