Chapter 10

2.9K 324 29
                                    

Phana yang menyendiri di taman sejak pagi, tidak perduli dengan perutnya yang terus memanggil meminta diisi. Bahkan kedua sahabatnya sudah dia usir sejak tadi pagi. Dia sangat setia dengan kursi yang dari tadi dia duduki, seperti ada lem yang menempel di bokongnya itu sehingga dia tak bergeser sedikitpun. Raganya memang ada disini, tapi pikirannya terbang kemana-mana. Pria yang malang, namun kegalauan itu tak bertahan lama karena manik matanya menangkap sesosok mungil yang berjalan bersama dengan seseorang yang sangat dibencinya. Phana mengikuti mereka berdua, mereka berdua duduk di salah satu bangku dan Phana bersembunyi dibalik pohon yang tak jauh dari mereka. Phana mendengarkan apa yang dikatakan mereka.

"Sebelumnya aku minta maaf Yo"

"Minta maaf untuk apa Phi?"

"Untuk segalanya, maaf aku tidak bisa membalas perasaanmu"

Jadi Wayo menyukai Forth, tapi Forth tidak bisa membalasnya? Entah kenapa seperti ada sebagian beban yang lepas dari diri Phana. Dia tersenyum astaga dia tersenyum.

"Sebenarnya Noon adalah sahabatku, aku meminta bantuannya untuk berpura-pura menjadi kekasihku agar kau melupakanku Yo. Aku tidak ingin kau terluka nantinya, karena jujur hatiku ini hanya untuk Beam"

Noon dan Forth hanya pura-pura menjadi sepasang kekasih? Dan dia masih mencintai Beam?

"Sebenarnya Beam adalah mantan kekasihku, dulu sempat ada kesalah pahaman. Namun Phana selalu menghalangiku saat aku akan menjelaskan semuanya pada Beam. Kupikir aku bisa melupakan Beam, ternyata aku salah. Hatiku tidak bisa berpaling darinya, dan kau tau? Kemarin saat di taman aku bisa menjelaskan semuanya ada Beam. Sekarang aku dan dia sudah berbaikan. Walaupun belum bisa kembali bersamanya. Setidaknya aku lega dia mau memaafkanku"

'jadi ini semua salahku? Aku yang disini jahat memisahkan Forth dan Beam yang bahkan sampai sekarang saling mencintai?' batin Phana
Phana merasa dirinya paling jahat, dia merasa dirinya egois hanya memikirkan dirinya sendiri. Tanpa memikirkan perasaan orang lain. Karena Phana yang tidak ingin mendengar semuanya, dia sudah menjadi orang jahat. Hatinya sakit mendengar itu, dia melangkahkan kakinya kembali ke rumah. Sampai di rumah pun saat Ibunya menggoda dia tidak perduli, dia langsung masuk ke kamar dan mengunci dirinya di sana. Ibunya bingung dengan Apa yang terjadi pada putra semata wayangnya itu?

Sampai malampun Phana tidak mau keluar, membuat sang Ibu khawatir. Disaat sang Ibu akan ke kamarnya dia melihat Phana keluar dan sudah akan pergi. Phana pamit pada ibunya tapi tidak ada senyuman seperti biasanya. Phana pergi ke kediaman Wayo namun hanya dari luar dia memandang rumah itu, dia setia di dalam mobil tapi matanya menatap ke jendela kamar Wayo. Entah apa yang ada dipikirannya, dia hanya menatap sendu kamar itu. Tanpa disadari sang empu kamar mengintip Phana sejak tadi, dia bingung dan dia masih kesal dengan Phana, Namun tak lama mobil itu akhirnya pergi. Wayo menatap sedih mobil yang mulai pergi itu, bahkan dia sampai keluar balkon untuk melihat mobil itu. Entah kenapa dia seperti kehilangan celotehan phana. Terlalu banyak masalah hari ini, membuat Phana hanya menunjukkan wajah dinginnya itu.

.

.

.

Dentuman keras musik, serta aroma alkohol menyebar di mana mana, dan jangan luakan banyak orang yang beradegan panas di tempat itu, tempat yang biasa dipanggil bar itu merupakan tempat bagi orang-orang yang ingin bersenang-senang.

Seorang pemuda yang entah sudah keberapa kali dia meminum yang jelas jika dilihat ada 5 botol kosong di mejanya. Dia terus menerus menuangkan minumannya ke dalam gelas dan meminumnya sekali tegak. Luar biasa lihatlah wajahnya yang sudah memerah tanda dia sudah benar-benar mabuk.

"Hai tampan, kau ingin aku temani hmm" seorang perempuan nakal menghampiri pria itu sambil mengelus pahanya. Pria itu tak bergeming, dia tak berminat sama sekali.

[PHAYO] Mysterious Boyfriend ✔ Where stories live. Discover now