06 Berdua saja

46 1 0
                                    

Kebenaran kadang menamparmu terlalu keras. Tapi percayalah, itu lebih baik daripada dibuai ngaman kebohongan.

- Arul Leonal Sanjaya -

***

Sebuah motor melaju kencang membelah kepadatan kota Jakarta, ini sudah tengah malam tapi keramaian disana menandakan bahwa kota ini tidak pernah tidur.

Arul mengumpat kasar saat ponselnya berdering terus menerus, membuatnya semakin kesal malam ini, dia pun memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut.

Disana tertara nama Liam, kepala pelayan di mansionnya, buru buru Arul menjawabnya, karena dia tau, ini pasti penting.

"ada apa?" katanya tanpa basa basi.

"Tuan muda, maaf apa anda bisa pulang sekarang, nona Bian tuan-" suara disana tampak panik, dan kepanikan itu menular pada Arul.

Ini tentang Bian nya, apa yang terjadi padanya malam malam begini, tidak mungkinkan hanya mimpi buruk, karna Liam terdengar sangat panik. Tebaknya dalam hati.

"nanti saya jelaskan saat tuan sudah sampai disini, saya mohon cepatlah datang, kami mulai kewalahan disini" Liam menjawab dengan nada masih suara yang masih panik.

Tidak lama terdengar suara pecahan kaca dari sebrang telepon, membuat Arul mematikan panggilannha dan buru buru pulang ke mansion.

"apalagi ini Tuhan" batinnya dalam hati, sambil terus mengendarai motornya dengan cepat.

Sampai di mansion Arul langsung masuk kedalam mension, di depan pintu ada seorang pelayan yang menyambutnya, memberitahu kalau dia harus buru buru ke kamar bianca.

Dengan kecepatan penuh Arul berlari menaiki tangga, sekuat tenaga agar bisa sampai secepat mungkin ke kamar Bian.

Di depan pintu kamar yang tertutup ada beberapa pelayan yang terlihat panik, Arul tidak banyak pertanya, langsung saja dia membuka pintu kamar tersebut.

Saat pintu terbuka, dia di suguhkan pemandangan yang sangat tidak mengenakan, kamar yang biasanya rapih kini berantakan, banyak serpihan kaca di lantai.

Beberapa guci kramik dan bingkai poto hancur berserakan di lantai, ada tetesan darah dimana mana,

Arul menyapukan pandangannya kesegala penjuru ruangan, sampai terlihat Liam yang sedang membelakanginya, seperti sedang menenangkan sesuatu.

Arul menghapiri Liam dan sangat terkejut saat melihat apa yang ada disana, dipojok kamar yang temaram,

Ada Bian nya disana, gadis kecil berumur delapan tahun yang terlihat sangat kacau, beberapa goresan kaca di tangannya, tidak terlalu terlihat karna kurangnya cahaya, tapi Arul mengetahuinya.

Liam berusaha mendekati Bian, tapi Bian malah berteriak, Bian menekuk lututnya menenggelamkan kepalanya diantara kedua lutut itu, tangannya menjambak rambutnga sendiri, terlihat seperti seseorang yang tengah depresi.

Kedatangan Arul akhirnya disadari Liam, Liam langsung berbalik menghadap Arul, dan mulai menjelaskan yang dia tau.

"maaf tuan muda, tadi nyonya datang kemari dengan pria yang biasa dibawa nyonya, mereka masuk ke kamar nona Bian, saya tidak tau apa yang terjadi tapi beberapa menit setelah nyonya keluar dari kamar ini, terdengar pecahan kaca dan teriakan nona Bian. Kami semua panik lalu datang kemari, keadaannya sudah seperti ini, dan daritadi kami berusaha menenangkan nona Bian, hanya saja kami malah dilempar pecahan kaca saat mau mendekatinya" tutur Liam dengan suara pelan.

Arul yakin, ibunya pasti mengatakan sesuatu yang membuat Bian seperti ini, tapi apa? Arul memutuskan untuk menenangkan Bian nya itu lebih penting sekarang.

Beloved AssistantWhere stories live. Discover now