15 Rencananya

18 1 0
                                    

Akan kutunjukan bahwa kehilangannya bukanlah sebuah bentuk kerugian

- Arina Sinta Hermawan -

***

Seperti yang sudah dibicarakan Arina dengan sang Ayah beberapa hari lalu, Arina akan merealisasikan rencananya mendirikan sebuah universitas.


Rencananya ini belum dia beritahukan kepada siapapun, setelah jam makan siang hari ini dia mengadakan rapat yang dihadiri oleh orang orang penting di kantor.

Saat ini baru menunjukan jam 11 siang, dan pekerjaan Arina sudah selesai. "Arul, apa pekerjaanmu sudah selesai?" tanya Arina di depan pintu masuk ruangan Arul.

"sudah nona" jawab Arul sambil mematikan komputernya. "kalau begitu ikut aku keruangan Dion" Arina berjalan menuju ruangan Dion diikuti Arul disampingnya. Arina melarang Arul untuk berjalan dibelakangnya, dia merasa tidak nyaman katanya.

Sebelum memasuki ruangan Dion, mereka harus melewati meja kerja Mila terlebih dulu. Mila memberi senyum manis saat Arina dan Arul lewat dan hanya dibalas anggukan oleh keduanya.

Arina yang masuk tanpa mengetuk pintu mendapati Dion yang sedang duduk santai memandang layar ponselnya sambil senyam senyum sendiri. Disana ada foto wanita yang sangat dicintainya.

"ekhemm" suara deheman Arina membuat Dion sadar dan duduk dengan benar, ponselnya dia masukan ke saku celana. "maaf nona" katanya.

"udah selesai kerjanya" tanya Arina tegas dengan aura kepemimpinannya, Dion merasa Arina akan sedikit marah sekarang "sudah nona" jawab Dion menunduk.

Arul juga menunduk, takut jika Arina akan marah siang ini. Sedangkan Arina, dia berdiri tegak dengan dagu sedikit diangkat, mata memandang tajam ke arah Dion dan tangan dilipat didepan perut. Sangat mengintimidasi.

"ayo makan aku lapar" suara Arina berubah manja dan langsung duduk di sofa dengan memegangi perutnya. Arul dan Dion mengangkat kepala mereka dengan kebingungan lalu menggelengkan kepala. Sial kita dikerjain batin Arul dan Deon.

Arina yang menyadari wajah wajah mereka langsuk tertawa terbahak bahak. "gilaaa kenapa sih kalian lucu banget hah" tawanya masih menggelegar hingga tidak sadar kalau Arul dan Dion sudah duduk disampingnya.

Mata Arina terbuka dan tawanya berhenti saat ada tangan yang memegang tangannya. "kalian mau ngapain?" Dion dan Arul hanya saling pandang "bales dendam" mereka menggelitiki pinggang Arina hingga di tertawa terbahak bahak.

"sudah sudah, aku lapar" kata Arina ngosngosan. "siapa suruh ngerjain" Dion dan Arul masih tertawa "aku lapar, nanti ada rapat. Ayo makan" pinta Arina.

Selesai jam makan siang, mereka sudah ada di ruangan rapat khusus beserta orang orang yang akan bersangkutan. Arina memulai rapatnya saat semua orang sudah siap.

"sudah siap?" tanya Arina yang dibalas anggukan oleh semua irang disana "baiklah, saya ingin melakukan pengembangan lagi tahun ini, seperti yang kita semua ketahui bahwa tahun pertama Kharisma Grup sukses dengan website onlineshopnya, tahun kedua dengan agensi modeling, tahun ketiga dengan brand fashion, tahun keempat dengan Kharisma Proferty. dan tahun ini saya berencana membuat sebuah universitas ... "

Rapat itu berjalan dengan lancar dan selesai jam 3 sore "ya kita sudah sepakat untuk semua perencanaannya, saya harap semua berjalan sesuai rencana dan minggu depan saya ingin diadakan pertemuan lagi untuk membahas perkembangan rencananya" tutup Arina.

Dengan muka lelah Arina kembali ke ruangannnya, "melelahkan sekali" katanya sambil duduk di kursi kebesarannya. Arina membuka laci tempat ponselnga disimpan, dan matanya melihat sebuah undangan, Arina membacanya.

Beloved AssistantWhere stories live. Discover now