13

1.9K 119 0
                                    

Tempat bernaung Mikayla dan juga Mbok Wina sudah hangus terbakar. Kebersamaan juga kenangan mereka berdua ikut musnah di dalamnya.

Sampai saat ini, mereka hanya mengetahui bahwa rumah mereka kebakaran akibat ledakan tabung gas. Jujur saja, Mikayla masih ragu akan hal itu.

Tak ada lagi tempat bernaung bagi mereka. Tapi, dibalik semua ini Mikayla bersyukur, ia masih bisa bersama Mbok Wina. Mikayla tak sanggup membayangkan jika sesuatu yang buruk menimpa Mbok Wina.

Ini sudah tengah malam. Di bawah langit malam yang gelap, Mikayla dan Mbok Wina saling menguatkan.

"Maafkan Mbok yah, Mika...", lirih Mbok Wina.

Air mata Mbok Wina jatuh tak tertahankan. Tangan Mikayla menghapus lembut jejak air mata di pipi Mbok Wina yang sudah mulai keriput.

"Kok Mbok yang minta maaf? Seharusnya Mika yang minta maaf, nggak bisa menjaga dan membahagiakan Mbok! Hampir seluruh hidup, mbok merawat dan membesarkan Mika! Mbok rela meninggalkan kampung dan memilih menjaga Mika! Tapi pada akhirnya mbok malah menderita.", ucap Mikayla bersamaan jatuhnya air matanya.

"Sudah, nak! Jangan salahkan diri kamu sendiri.", mbok Wina mengelus kepala Mikayla dengan rasa sayang.

"Nggak, Mbok! Ini semua memang salah Mika! Peneror misterius itu, udah pernah neror Mika! Katanya, kita harus meninggalkan rumah dalam kurun waktu 2×24 jam, dan dia mengancam akan mencelakai mbok.Tapi, Mika mengabaikan ancaman itu, dan hasilnya seperti ini!", Mikayla menangis terisak-isak.

Mbok Wina mengelus punggung Mikayla. Menenangkan, dan juga menguatkannya.

Malam semakin larut, dan lalu lalang kendaraan malam menganggu indra pendengaran Mikayla.

Melihat Mbok Wina nampak kelelahan, Mikayla membawa mbok Wina di emperan toko, tepat di samping restoran mewah.

Mikayla menyandarkan kepala Mbok Wina di pundaknya. Membiarkan kedua mata Mbok Wina terpejam. Saat ini, Mikayla tak tahu mau membawa Mbok Wina kemana. Mikayla tak punya sanak saudara di kota ini.

Mikayla mengelus kepala Mbok Wina, berusaha membuat wanita berumur itu tertidur dalam posisi paling nyaman.

Udara malam nan dingin menusuk kulit, Mikayla memeluk tubuh Mbok Wina.

Mikayla menutup mulutnya, agar isak tangisnya tak menganggu tidur Mbok Wina. "Mbok, Mika janji akan membahagiakan Mbok. Mika juga janji, Mika akan berjuang mati-matian agar Mbok nggak susah!"

***

"Wah, malam-malam gini ibu neraktir kita makan di restoran mewah, makanannya enak-enak! Pasti mahal, kan?", ujar Mbak Marni tatkala aneka makanan lezat tersuguh dihadapannya.

"Nggak papa kok, Mar! Sekali-kali kan kita butuh makan di luar, biar nggak bosen! Apalagi tengah malam begini, ternyata seru juga!", ujar Marissa tak kalah bahagia. Marissa bahagia, setelah kepergian suaminya menghadap Tuhan ia mendapatkan 2 anggota keluarga baru, yakni Mbak Marni dan Pak Lukito.

"Oh iya, mah! Habis ini kita mau kemana lagi?", tanya Aditya penasaran.

"Langsung pulang aja, Dit! Besok kamu 'kan sekolah.", ujar Marissa membelai lembut kepala Aditya.

Aditya mengangguk patuh. Mereka pun melanjutkan menyantap makanan lezat di hadapan mereka.

Usai makan, mereka pun memutuskan kembali ke rumah.

"Ayo!", ajak Marissa kepada Aditya, Mbak Marni, dan Pak Lukito.

Marissa membantu mendorong kursi roda Aditya keluar restoran.

Pak Lukito sudah duduk di kursi kemudi, dan Mbak Marni membukakan pintu untuk Marissa dan juga Aditya.

Saat hendak masuk ke mobil, perhatian Aditya teralih pada 2 sosok wanita, seorang wanita tua yang tertidur di atas pundak seorang gadis remaja, yang ia tak sadari itu adalah Mikayla, gadis yang selalu berdebat dengannya.

"Dit, kamu liatin apa, sih? Serius amat!", ujar Marissa tertawa kecil.

"Mah, Adit mau kesana, yah! Kasian mereka!", ujar Aditya menunjuk ke arah Mikayla dan Mbok Wina.

Marissa mengangguk. "Iya, mama bantuin kamu kesana."

Marissa mulai mendorong kursi roda Aditya.

Mikayla tak menyadari, bahwa kehadirannya menarik perhatian Aditya untuk mendekat ke arahnya saat ini.

Mikayla masih tetap setia meminjamkan bahunya untuk Mbok Wina. Ia tak sadar jika Aditya dan juga mamanya sudah ada di sampingnya.

Aditya menepuk pelan bahu Mikayla.

"Mbak...", panggil Aditya lembut. Mikayla yang merasa sedikit terusik mengarahkan wajahnya kepada Aditya.

"Mikayla?", ujar Aditya kaget saat melihat sosok Mikayla yang wajahnya kotor akibat asap tebal yang ada saat terjadi kebakaran di rumahnya.

Mikayla masih diam, tak menanggapi ucapan Aditya. Ia yakin, Aditya akan menghinanya sekarang juga.

Mbok Wina, yang tadi sudah tidur dengan pulas terbangun tiba-tiba akibat keributan kecil yang terjadi.

"Mbok...", ujar Mikayla pelan saat ia melihat Mbok Wina bangun tidur.

"Dia teman kamu, Mika?", tanya Mbok Wina dengan senyum tulus ketika ia melihat Aditya dan mamanya, Marissa ada di hadapan mereka.

"Mbok kita pergi dari sini!", ujar Mikayla dengan suara bergetar,Mikayla membantu Mbok Wina berdiri.

Mbok Wina yang tak paham situasi ini memilih mengikuti apa yang Mikayla inginkan.

Mikayla mulai berjalan, membawa Mbok Wina bersamanya guna menghindari Aditya.

Aditya yang mengerti akan keadaan Mikayla tak tinggal diam, ia mengarahkan kursi rodanya dan berhasil mencekal pergelangan tangan Mikayla.

Pergelangan tangannya yang dicekal oleh Aditya membuat Mikayla reflek berhenti.

"Lepasin tangan gue!", bentak Mikayla dengan wajah mengeras.

"Nggak! Saya nggak akan melepaskan tangan kamu sebelum kamu ikut dengan
saya!"

Mikayla sebisa mungkin menghentak paksa tangannya dari Aditya. "Lepasin tangan gue! Ini bukan urusan lo! Urusin aja urusan lo sendiri, dan lepasin tangan gue! Sekarang!"

"Saya sudah bilang, saya nggak akan melepaskan tangan kamu! Kamu nggak kasihan, sama nenek kamu yang mulai kedinginan? Saya mohon sama kamu, untuk kali ini aja, ikutin kemauan saya! Saya janji, nggak bakalan nyakitin kalian berdua!"

Mikayla memilih untuk mengalah, setelah ia berpikir keras untuk mengambil keputusan ini.

"Oke, gue ikut sama lo!", ujar Mikayla yang direspon dengan wajah senang oleh Aditya.

Aditya mengajak Mbok Wina dan Mikayla masuk ke dalam mobilnya. Ia berencana membawa Mbok Wina dan Mikayla menginap di rumahnya malam ini.




Mikayla dan AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang