74

1.1K 82 2
                                    

Takut.

Aditya merasakannya sekarang.

Ucapan Mikayla saat di taman kota mengiang-ngiang dikepalanya.

Aditya mengerang frustasi.

Ia tak tega melihat Mikayla yang harus tertekan karena ulah peneror itu. Ia ingin memberi kebahagiaan pada Mikayla.

Perlahan, Aditya melangkah ke arah lemarinya. Ia mengambil sebuah figura.

Disana, ada potret ia dan papanya yang nampak tersenyum ke arah kamera. Mereka kelihatan sangat bahagia.

Tangan Aditya sesekali mengusap wajah sang papa di figura itu. "Pah, Adit kangen..."

Aditya menghembuskan napas berat. "Bener kata papa, kalo cinta sejati itu ada. Mungkin sekarang Adit telah menemukan dia, pa."

"Papa tau, Aditya jatuh cinta lagi. Tapi, kali ini beda." Aditya tersenyum sendiri mengingat wajah Mikayla terlintas dipikirannya. "Mikayla, pa. Dia perempuan yang sanggup buat Aditya  berani untuk jatuh cinta lagi. Dia buat Adit sadar, bahwa rasa sakit nggak akan pernah bertahan lama. Tapi, dia malah merasakan kesakitan sekarang."

Air mata Aditya jatuh tepat dibagian wajah foto papanya. "Mika selalu berada dibaris paling depan buat ngelindungin Adit. Dan, Adit nggak bisa berbuat banyak, pa."

Sesak didalam dada Aditya terasa makin menyiksa. Ia pun kembali meletakkan figura itu didalam lemarinya.

***

Mikayla menatap sebuah foto yang sudah ada digenggamannya.

Foto Aditya.

Dengan susah payah Mikayla memperoleh foto itu. Bermodalkan kamera ponsel milik Amel yang ia pinjam dengan dalih mengerjakan sesuatu yang penting, ia memotret Aditya diam-diam. Usai memotret, ia cuci foto itu dan menghapus foto Aditya yang ada di ponsel Amel.

"Kamu yang sabar yah, Dit. Sabar hadapin aku, sabar menjalani hubungan ini."

"Aku tau suatu saat ada saatnya kita bakalan terpisah. Dan mulai sekarang aku berjanji, selain nggak meninggalkan kamu, aku berjanji akan ikhlas buat melepaskan kamu."

Mikayla merasa lucu dengan ucapannya sendiri. Membuat janji untuk selalu bersama kemudian melepaskan Aditya. Tapi, Mikayla tak bisa menjamin apakah ia akan selalu sigap menjaga Aditya.

"Dit, andai kamu dengar apa yang akan aku ucapkan sekarang, apa kamu bisa nerima, kalo suatu saat aku harus membuat keputusan nggak sama kamu lagi? Cinta aku nggak cukup kuat buat kita berdua."

Entah berapa banyak air mata yang mampu diproduksi oleh Mikayla. Tak tahu sejak kapan mudah mengucur begitu derasnya.

Ingin rasanya Mikayla bertemu Aditya. Mengatakan di depan cowok itu bahwa Mikayla sangat mencintainya. Jika bisa, ia akan mengatakannya ribuan kali, sampai Aditya bosan mendengarnya.

Mikayla sebenarnya tak ingin menjalin hubungan diam-diam seperti ini. Tak ada yang salah diantara hubungannya dengan Aditya. Mereka berdua sama-sama saling mencintai.

Dan masalahnya, peneror itu datang sebagai pihak yang ikut campur dalam masalah hati ini.

***

Mikayla dan AdityaWhere stories live. Discover now