54

1.1K 84 0
                                    

Aditya dan Mikayla baru saja menyelesaikan hukuman dari ibu Neva. Terbukti ibu Neva baru saja keluar dari kelas mereka, pertanda jam mengajarnya sudah selesai.

Napas mereka nampak sedikit tersengal. Menjelaskan betapa panas terik perlahan menguapkan tenaga mereka.

Keduanya duduk disalah satu bangku yang tak jauh dari lapangan upacara. Tepatnya dibawah sebuah pohon rindang, menghadirkan perasaan sejuk.

Keringat tak henti mengucur di wajah Mikayla. Berkali-kali tangannya menyeka keringat diwajahnya.

Aditya pun melakukan hal yang sama. Ia seka keringat yang mengucur itu dengan tangannya.

Senyum tipis Mikayla terbentuk. Tangan mungilnya merogoh sesuatu dari dalam saku roknya.

Sebuah sapu tangan berwarna biru muda ia berikan pada Aditya. "Nih, pake buat ngelap keringat loe."

Aditya memandangi sapu tangan biru itu sejenak, sebelum akhirnya ia mengambilnya. "Makasih, yah!"

Mikayla menatap lurus ke depan. Pikirannya melayang pada si peneror misterius yang sudah beberapa hari ini tak mengusik kehidupannya.

Bukannya ia tak mengharapkan agar ia kembali diteror. Ia hanya bingung, apakah benar si peneror ini telah berhenti mengganggunya? Ataukah dibalik semua ini ada rencana yang disusun matang-matang untuk membuat kesengsaraannya makin berlipat?

Pikiran negatif seperti itu ingin Mikayla enyahkan sejauh-jauhnya, tapi pemikirannya ini tak sepenuhnya salah.

Jika dipikirkan lebih jauh lagi, mungkin saja akan ada rencana yang akan disiapkan si peneror. Konspirasi besar ada dibalik aksi peneroran terhadapnya.

Setelah peneror itu melemparinya surat ancaman, membakar rumahnya tanpa belas kasihan, berhasil mengeluarkannya dari rumah Aditya, berarti ia sudah berhenti meneror Mikayla?

"Mika, ayo ke kelas!"

Mikayla terkesiap saat Aditya sudah bangkit dari duduknya. Keduanya akhirnya menuju ke kelas.

***

Tisha, dengan sebuah sebatang coklat ditangannya berjalan melintasi koridor di jam istirahat.

Siswa kelas XI dan XII yang tak sengaja melihatnya sampai tak mengerjapkan mata. Kecantikan Tisha tak bisa dielak.

"Gila, man! Cantik banget sih dia!"

"Yoi! Baru seminggu dia sekolah disini, tapi udah bikin hati gue dag-dig-dug serrr! Perasaan gue udah terombang-ambing sekarang!", ujar salah satu siswa kelas XI dengan wajah dramatis.

Tisha tak memperdulikan ocehan receh para siswa itu. Ia kembali melanjutkan langkahnya, menuju kelas Aditya.

Dengan senyum mengembang, matanya mulai memandangi kedalam kelas. Berharap sosok Aditya terlihat oleh pandangannya.

Tisha sempat terkejut saat siswa yang ia yakini sebagai teman sekelas Aditya, datang menghampirinya.

"Cari siapa?", tanyanya tepat sasaran.

"Aditya.", jawab Tisha cepat.

Arman, cowok itu menganggukkan kepala. Ia langsung masuk ke kelas, mencari Aditya.

Mikayla dan AdityaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt