35

1.6K 106 4
                                    


Dahi Mikayla mengerinyit saat mendapati sebuah gumpalan kertas sudah berada dihadapannya.

Karena penasaran, Mikayla sedikit menundukkan badannya dan memungut gumpalan kertas itu.

Kertas itu ia lebarkan, menampilkan rentetan kalimat yang mengagetkan sekaligus membuatnya jengkel setengah mati.

Bagaimana kehidupan kamu dan pengasuh kamu itu? Apakah menyenangkan setelah rumah kamu sudah saya bakar?!

Mata Mikayla memanas saat itu juga, menyebabkan cairan bening lolos begitu saja dari kedua pelupuk matanya.

Ia menghapus air matanya kasar. Matanya meneliti sekeliling. Tak ada siapapun disana, selain dirinya.

"Brengsek! Dasar pengecut!", maki Mikayla dengan ekspresi kesal yang nampak jelas. Orang misterius ini sungguh adalah dalang dari kesedihannya beberapa waktu lalu.

Saat ini Mikayla memang sedang jalan sendiri, sembari menyusuri jalan disekitar komplek perumahan. Usai menyelesaikan pekerjaannya, ia memilih menghilangkan rasa bosan dengan jalan kaki berkeliling area sekitar komplek perumahan.

Tapi, siapa sangka jika ia kembali mendapat surat yang kesannya si pengirim surat ini senang dengan segala musibah yang menimpa dirinya.

Jelas jika orang ini mengibarkan bendera perang dengannya. Tangan Mikayla meremas kertas itu dengan geram, melemparkannya ke tanah dan menginjaknya berulang kali.

***

Tidak seperti biasanya, Mikayla hanya diam. Mikayla yang biasanya menanyakan apapun padanya hanya diam saat ini. Mbok Wina merasa aneh sendiri, Mikayla nampak tak fokus mengerjakan pekerjaannya. Bahkan ia hampir memecahkan gelas ataupun piring saat ia mencuci perabotan makan itu.

"Mika, sudah! Kayaknya kamu kurang sehat, ayo istirahat di kamar!", ujar mbok Wina yang sibuk membilas peralatan makan dengan air yang mengalir dari keran.

"Ah? Nggak kok, mbok! Mika nggak sakit!", bantah Mikayla yang mengatakan hal yang jujur. Ia tak sakit, ia sehat wal-afiat.

"Jangan bohongin mbok! Kamu aja hampir mecahin beberapa piring sama gelasnya. Udah, istirahat! Ini juga sudah hampir selesai."

Mikayla melirik kearah peralatan dapur yang baru saja selesai dicuci. Gadis itu meringis pelan.

"Tuh, 'kan! Kamu pasti lagi sakit."

Mbok Wina yang ternyata sudah selesai mencuci piring membawa Mikayla untuk duduk disalah satu kursi.

Tangan Mikayla mengusap wajahnya. "Mika nggak sakit, mbok!", ucap Mikayla pelan.

"Terus, kalo nggak sakit kamu kenapa? Sampai nggak fokus saat kerja."

Bingung, satu kata yang menggambarkan isi hati Mikayla saat ini. Harus darimana ia memulai ucapannya?

"Ehm, Mika nggak sakit, cu, cuma khawatir aja!"

Awalnya sempat ragu, tapi pada akhirnya Mikayla mengatakan alasan ia tak fokus pada mbok Wina. Mbok Wina hanya diam. Ia memilih mendengar kelanjutan perkataan Mikayla.

"Pas Mika jalan-jalan disekitar komplek, sosok misterius lemparin kertas ke Mika. Dikertas itu tertulis bahwa dia yang sengaja membakar rumah kita waktu itu. Mika juga belum ketemu dia. Dia pinter banget nyembunyi-in identitasnya."

Mikayla dan AdityaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin