68

1.1K 74 2
                                    


Amel melangkah ke arah Aditya dan Tisha yang tengah duduk berdua. Ada rasa kesal dihatinya saat melihat semua itu.

"Kak Adit!", sentak Amel tak terima, Aditya menolehkan kepalanya.

"Amel? Kamu ngapain disini?"

"Harusnya Amel yang tanya sama kak Adit, ngapain kakak disini? Sama Tisha, lagi!"

Tisha yang namanya disebut menoleh marah. "Kenapa emangnya kalo aku sama Adit duduk berdua? Kamu cemburu?"

"Dengar, yah, nggak ada gunanya aku cemburu sama orang kayak kamu! Udah tau kak Adit nggak mau lagi sama kamu, kamu malah terus dekatin dia!", balas Amel sewot.

"Sudah, tidak usah berdebat, nggak baik!", lerai Aditya sembari menatap Amel dan Tisha secara bergantian. "Amel, kenapa kamu kesini? Ada masalah?"

Amel mengangguk. "Amel kesel sama kak Adit! Katanya kak Adit suka sama kak Mika, tapi kak Adit malah bikin kak Mika salah paham terus!"

Aditya terdiam, tapi tak lama ia berbicara lagi. "Mel, kak Adit nggak ada niat untuk buat kak Mika salah paham. Kak Mika nggak suka kalo kak Adit deketin dia terus, jadi kak Adit harus jauhi dia, mungkin dia butuh ruang untuk sendiri."

Tisha yang mendengar obrolan yang menurutnya tidak penting itu memilih berlalu. "Dit, jangan lupa nanti malam datang yah!". Aditya hanya mengangguk seadanya.

Amel melangkah dan mengambil posisi duduk disebelah Aditya, yang sebelumnya tempat duduk itu diduduki oleh Tisha. Wajah Amel berubah begitu sedih.

"Kak Mika menjauh dari kak Adit bukannya tanpa alasan kak....."

Aditya membalikkan tubuhnya secara sempurna menghadap Amel. "Maksud kamu?"

Amel diam, menghela napas. "Kak Mika sayang banget sama kak Adit, itu sebabnya ia menjauh dari kakak. Kak Adit tau, Amel pernah liat beberapa luka memar ditubuh kak Mika, saat itu Amel khawatir. Amel nanya sama kak Mika tentang luka ditubuhnya itu. Awalnya, kak Mika berusaha menyembunyikan segalanya, tapi Amel terus mendesak. Dia akhirnya ngaku, bahwa luka ditubuhnya akibat orang yang menculiknya waktu itu memukulinya. Dan alasan ia diperlakukan seperti itu, agar kak Mika mau menjauh dari kak Adit! Dan kalau kak Mika nggak mau menurut, keselamatan kak Adit yang jadi taruhannya! "

Tubuh Aditya terasa melemah. Ingatan tentang Mikayla yang tak sadarkan diri pinggur jalan waktu itu, Mikayla yang mengigau saat ia dalam kondisi setengah sadar berputar diotak Aditya. Ia menyesal saat ini, sebab ia tak menanyakan apapun pada Mikayla waktu itu.

Gadis itu sungguh mencintainya, sangat mencitainya. Sampai-sampai ia harus menderita demi menjaga keselamatannya.

Setetes air mata keluar dari pelupuk mata Aditya. Sejak Amel beranjak dari hadapannya, ia masih betah duduk ditempat yang sama. Tak peduli jika bel pelajaran sudah berbunyi beberapa kali.

"Mika, maafkan aku, aku gagal melindungi kamu, aku terlalu bodoh untuk memahami iai hati kamu..." rasa sesak itu sungguh tak tertahankan. "Aku mau ketemu Mika sekarang!"

***

"Aditya mana, yah? Dari tadi nggak masuk kelas!", cerocos Ricky.

"Iya, tuh anak kemana, yah?" , timpal Arman kemudian.

Selama dua jam kedepan jam kelas mereka kosong, sebab guru yang mengajar tengah sibuk mengurusi beberapa hal.

"Ric!"

Ricky memutar kepalanya menuju sumber suara. Ternyata Leni. "Kenapa, Len?"

Mikayla dan AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang