55

1.2K 83 2
                                    

Arman sudah menceritakan kepada Aditya mengenai kronologi pertengkaran yang melibatkan Leni dan juga Tisha.

Yang membuat Aditya lebih terkejut lagi, saat ia tahu perkelahian dipicu karena dirinya.

Leni yang marah saat Tisha datang ke kelas, dengan membawa sebatang coklat ditangannya. Leni juga bahkan mengakui Aditya sebagai calon pacarnya. Tisha tidak mau kalah, gadis itu bahkan mengatakan bahwa ia dan Aditya adalah mantan kekasih. Dan semua itu terjadi di depan semua orang.

Saat ini Aditya dan Tisha sedang duduk dibangku taman belakang sekolah. Suasana sepi seperti ini mungkin mempermudah mereka untuk bicara dari hati ke hati.

"Kenapa nyari-in aku?", tanya Aditya menatap lurus ke depan.

Tisha menghela napas. "Aku mau kasih kamu ini.", Tisha lalu menyodorkan coklat batangan itu kehadapan Aditya.

Tatapan Aditya yang tadinya tertuju kedepan teralihkan saat Tisha memberikannya coklat batangan yang dibawanya. Ah! Tisha masih ingat coklat batang kesukaannya.

"Terima kasih.", ucap Aditya dengan senyum tipis, yang mengundang detak jantung Tisha berdetak hebat. Sensasinya sama saat Aditya mengungkapkan cinta padanya 2 tahun lalu.

Tisha tak bisa menahan senyumnya. Aditya yang mau menerima coklat pemberiannya, baginya itu suatu kemajuan yang besar. Hubungannya dengan Aditya ingin ia pertahankan, sebab rasanya belum juga hilang. Jauh di sudut hati Tisha, ia masih menginginkan Aditya.

"Kamu ke kelas cuma mau ngasih coklat?"

Pertanyaan Aditya membuat Tisha sempat tersentak. Terlalu asyik dengan pikirannya sendiri.

"Sebenarnya, aku ke kelas kamu, pengen ngomong sesuatu sama kamu, tentang hubungan kita.", tegas Tisha.

Kedua mata Aditya kembali memejam. Topik ini lagi. Ia sangat ingin menghindari pembahasan ini.

"Dit...", lirih Tisha sudah menggenggam kedua tangan Aditya. "Aku mau, kamu memberi kesempatan pada hubungan ini, memberikan waktu agar cinta kita kembali mekar, sama seperti dulu. Aku masih cinta sama kamu. Cinta yang jauh lebih besar."

"Tisha..." Perlahan Aditya melepaskan tangan Tisha dari tangannya. "Kesempatan untuk hubungan ini, aku sendiri bingung. Aku tidak bisa mengatakan bahwa pintu kesempatan ini menutup, dan aku juga tidak bisa mengatakan bahwa kesempatan untuk hubungan itu terbuka lebar. Yang pasti, biarkan semuanya berjalan mengikuti alur. Aku tidak mau memaksakan apapun untuk masalah ini."

"Apa se-kecewa itukah kamu sama aku, Dit?", tanya Tisha dengan wajah sendu.

"Kecewa? Ya, awalnya aku kecewa. Tapi, semakin kesini aku sudah ikhlas, sudah bisa menerima."

Kepala Tisha menunduk dalam. Matanya terasa memanas sekarang. Ia menginginkan hubungan ini kembali terajut.

Dengan perlahan, Aditya mendekatkan tubuhnya ke arah Tisha, membawa gadis itu kedalam pelukannya. Isak tangis Tisha akhirnya tak terbendung.

***

Egois? Mikayla tak tahu.
Sedih? Itulah yang Mikayla rasakan.
Kecewa? Rasanya ia tak memiliki hak untuk merasakannya

Mikayla dan AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang