27

1.8K 124 2
                                    

Tiba-tiba Mikayla merasa rindu dengan mbok Wina. Jika kalian bertanya mengapa ia rindu pada mbok Wina, Mikayla juga tidak tahu alasan ia rindu dengan wanita paruh baya itu.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 20.00 malam. Sekarang Mikayla sedang duduk termenung diatas tempat tidur. Ia berpikir, apakah ia harus menanyakan hal yang ingin disampaikannya tadi di sekolah pada Aditya?

"Mika, lagi ngapain?"

Mikayla mengerjapkan matanya beberapa kali, karena sosok yang dirindukannya sudah muncul dihadapannya. Mikayla tahu, seharian ini mbok Wina bekerja, tapi ia masih bisa menunjukkan kedamaian diwajahnya, mengalahkan semua rasa lelahnya.

Mikayla masih betah untuk diam. Mbok Wina duduk disamping Mikayla.

Gadis yang sedari tadi duduk termenung itu lalu meletakkan kepalanya diatas pangkuan mbok Wina. Sikap manja Mikayla ini membuat mbok Wina hanya bisa tersenyum tipis. Ia mengusap kepala Mikayla lembut, penuh kasih sayang.

"Mbok, Mika boleh nanya, nggak?", tanya Mikayla sambil memainkan jari tangannya.

"Boleh. Mika mau nanya apa ke mbok?", ujarnya yang masih tetap mengelus kepala Mikayla yang berada dipangkuannya.

"Mika mau nanya, kalo kita punya pertanyaan atau sesuatu yang ingin kita sampaikan pada orang lain, tapi kita takut apa yang akan disampaikan itu akan menyinggung bahkan menyakiti orang lain, apakah kita harus tetap menyampaikannya?"

Mbok Wina nampak tersenyum mendengar ucapan Mikayla, sepertinya gadis yang tidur dipangkuannya ini sedang dilema.

"Mika, kita tidak akan tahu karakter orang lain itu bagaimana, kita juga tak tahu bagaimana orang lain menanggapi sesuatu. Apakah ia menanggapinya dalam satu sudut pandang saja, atau melihatnya dari berbagai macam kemungkinan. Kita tidak akan tahu orang akan merasa tersinggung atau tidak, jika kita tak menanyakan pertanyaan langsung itu kepada orangnya. Jika orang itu baik, tentunya dia tidak akan berpikiran buruk untuk pertanyaan yang diajukan padanya."

Kata-kata mbok Wina cukup membuat perasaan Mikayla lega.

"Makasih yah, mbok! Mbok selalu ada buat Mika! Mika sayang sama mbok!", ujar Mikayla mendongakkan kepalanya sejenak, menatap mbok Wina.

"Mbok juga sayang sama Mika.", ujar mbok Wina mengelus kepala Mikayla dengan sayang.

Tok, Tok, Tok!

Seseorang mengetuk pintu kamar Mikayla dan mbok Wina dari luar. "Mbok, biar Mika yang buka pintunya!"

Gadis itu kemudian turun dari tempat tidur, dan menuju kearah pintu kamar.

Cklek!

Pintu kamar sudah Mikayla buka. Ternyata, Aditya yang baru saja mengetuk pintu.

"Dit, ada pekerjaan buat gue?", tanya Mikayla, membuat Aditya geleng kepala.

"Aku kesini cuma mau menagih sesuatu ke kamu.", jawab Aditya.

Apa? Menagih sesuatu? Maksudnya? Sungguh, Mikayla tak mengerti maksud Aditya dengan kata 'menagih' itu.

"Nagih apaan, Dit? Gue nggak ngerti!", ujar Mikayla dengan mata melotot. Ingin rasanya Aditya tertawa melihatnya. Wajah takut Mikayla, matanya yang sedikit sipit dibuat melotot, sangat lucu.

Mikayla dan AdityaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz