Opening

80.1K 7.5K 810
                                    

Namaku Yoojin, Song Yoojin. Seorang residen psikiatri tahun ke dua yang sedang banyak masalah.

Dalam mindset keluarga besarku yang patriarki, mereka percaya bahwa solusi permasalahan untuk seorang perempuan adalah menikah. Tapi bagiku, solusi permasalahanku adalah uang.

Iya, uang. Sebut aku budak kapitalisme, aku takkan menyangkal.

Entah apa saja yang kubeli dalam sebulan hingga gajiku bernilai minus, menabung saja tak bisa. Ayolah, menjadi residen itu digaji, tapi status mahasiswaku juga mewajibkan aku membayar. Belum lagi biaya buku-buku tebal dan journal yang harus kupelajari.

"You can look for Sugar Daddy to pay for your collage fees."

Itu ide paling brilian yang keluar dari mulut Stella, teman seperjuanganku. Masalahnya, aku benci laki-laki belagak dominan yang berpikir perempuan harus menuruti mau mereka dan menjadi patuh. It won't work for my problem. Aku lebih baik di menjadi mucikari dibanding budak seks om-om hidung belang.

Tidak ada pangeran berkuda putih, tidak ada Sugar Daddy, tidak ada uang yang jatuh dari langit. Hanya ada mantan pacar tidak berguna yang ketahuan selingkuh dan tagihan yang membuatku merasa mau gila saja.

"Jika kau bekerja keras, kau tidak akan kehilangan apa yang kau dambahkan." itu yang ditanamkan Ibuku dalam otakku sejak aku kecil dan aku terpaksa mempercayai omong kosong tersebut. Meskipun faktanya, sekuat apapun aku berusaha, dunia tetap saja suka bercanda dan mencuri apa yang aku punya.

Dan masalah finansialku itu mengganggu kehidupan sehari-hariku terutama di rumah sakit. Untuk seseorang dengan harga diri di atas segalanya, aku berakhir mengumumkan pada sebagian isi rumah sakit jika aku butuh pekerjaan. Sayangnya, aku tidak mendapati pekerjaan yang bisa membuatku cepat kaya.

Sampai akhirnya, salah satu konsulen memperkenalkanku dengan seseorang yang berkemungkinan bisa membantu. Namanya Oh Sehun, dia bekerja di sebuah perusahaan besar.

Saat menemuinya, aku mendapati laki-laki berstelan jas rapi dengan ketampanan yang membuat menahan napas. Sungguh, napasku betulan tercekat saat mata gelapnya bertemu milikku.

"Kau bisa bekerja denganku, aku akan membayarmu sebesar gajimu sebagai seorang Dokter."

"Apa yang harus kulakukan?"

"It won't be easy."

"Jadi, apa?" tanyaku curiga, takut-takut dia memintaku melakukan yang aneh-aneh.

"Merawat anak berumur 5 tahun."

"Hanya itu dan kau akan membayarku sebesar gaji dokter?" aku agak tidak percaya. Bagian mananya yang tidak mudah, hanya menjadi baby sitter kan?

Apakah lelaki ini termasuk golongan orang yang tidak tahu harus membuang-buang uang ke mana? Aku menelitinya. Berpikir bahwa dia adalah seorang duda beranak satu yang masih kecil dan baru ditinggal istrinya.

Atas pertanyaanku, dia mengangguk, "kau hanya perlu menjadi teman seseorang dan merawatnya. Tidak perlu 24 jam atau seharian penuh, dan kurasa, ini tidak akan mengganggu jadwalmu sebagai residen."

"Siapa? Anakmu?" Tembakku langsung.

Jujur, aku bukan tipikal pecinta anak-anak. Bagiku, anak-anak itu merepotkan. Namun, apa yang tidak kulakukan demi uang? Demi memenuhi kebutuhan skin care bulanan? Dan demi nemenuhi membeli surga makanan?

"Aku tidak bisa memberitahumu lebih lanjut selama kau belum setuju."

"Aku tidak mau terjebak dalam kontrak kerja yang aku tidak tahu isinya."

Dia menatapku sebentar sehingga pandangan kami bertemu. Membuat napasku sekali lagi tercekat. Apa yang membuat pria ini tampak begitu menarik? Apakah hidung mancungnya? Apakah mata tajamnya? Apakah alis tebalnya? Apakah dagu runcingnua?

Bitter BabyWhere stories live. Discover now