2

37.9K 7.3K 3K
                                    


"Nama?"

"Sehunie..." ucapnya reflek. Lalu dia menggeleng, "Oh Sehun? Aku harus mengucapkan kalau namaku Oh Sehun. Tapi Yoojin tahu kalau aku Sehunie."

"Umur?"

"Kau bilang aku harus mengatakan kalau umurmu 29 tahun."

"Pekerjaan?"

"Aku tidak suka bekerja." jawabnya lagi. Bibirnya mengerucut, "Direktur perencanaan?"

"Hobimu?"

"Bermain mobil-mobilan." ucapnya riang, sekarang dia juga sedang memegang dua buah miniatur mobil-mobilannya sambil duduk di atas kasur. Namun lagi-lagi dia mengganginya dengan, "Bekerja keras, golf dan berenang."

"Hal paling kau sukai?"

"Yoojin."

"Hal paling kau benci?"

"Yoojin."

Aku yang sedang tidur-tiduran di kasur menatapnya kesal, "kenapa kau malah menyebut namaku?!"

Tetap fokus pada mainannya, dia menjawab, "Karena aku sangat suka Yoojin, tapi Yoojin sering jahat kepadaku."

"Jahat apanya?"

Oh ayolah, apa yang tidak kulakukan untuknya?

"Yoojin sering memarahiku. Aku tidak suka dimarahi."

Aku memutar bola mataku malas. Selama dua bulan terakhir, lelaki ini selalu menyusahkanku dan seenaknya meminta ini dan itu kepadaku bak aku adalah sugar mommynya, bukan baby sitter yang kata Oh Sehun seharusnya menjadi teman. Entah sudah berapa ratus kali aku mengeluhkan nasib sialku ini sampai-sampai aku mulai terbiasa.

Sehunie menatap polos ke arahku, dia tidak lagi memegang mobil-mobilan itu, "Yoojin kelelahan ya?" tanyanya dengan mata yang khawatir.

"Memangnya kelihatan? Aku kan lagi pakai masker."

Dia mengangguk, "kenapa Yoojin pakai masker? Kau jadi kelihatan seperti hantu."

"Gara-gara kau mengatai wajahku mengeriput."

"Memangnya kenapa kalau Yoojin mengeriput?"

"Itu artinya aku nengalami penuaan dini dan jelek."

"Tapi Yoojin cantik," ucapnya lagi. Matanya menatap lamat-lamat ke arahku, untung hatiku kuat jadi tidak perlu salah tingkah, meskipun dia setampan jelmaan dewa yunani.

Atau karena aku sudah terbiasa dengan tingkah tiba-tiba manis anak setan ini karena ada maunya.

"Ya, aku tahu," jawabku sembari mengibaskan rambut.

Namun, lelaki ini selalu tahu caranya bertingkah lebih menyebalkan. Dengan entengnya, dia menarik sheet mask-ku yang baru kupasang beberapa menit lalu hingga terlepas. Melihatku mau mengamuk, dia malah tertawa. Mentertawakanku.

"Yang kau lakukan sama sekali tidak lucu, tahu! Kenapa kau menyebalkan dan menyusahkah sekali hari ini, huh? " bentakku marah. Aku bahkan mendudukan badanku yang awalnya tiduran di kasur.

Senyumnya yang tadi terkembang lebar seketika menghilang, "maaf," bisiknya takut. Wajahnya lagi-lagi menunduk, dia menahan napasnya pun menahan tangisnya agar tidak bersuara.

Dasar cengeng.

"Sehunie," panggilku. Mencoba menenangkannya. Ya, dia benar jika berpikir aku kelelahan hari ini. Sangat amat lelah. Semalam aku punya shift jaga dimana ada 2 pasien skizofrenia yang kambuh, baru tiba di apartemen jam 10 pagi. Rencanaku adalah tidur seharian sampai si bayi sialan ini membangunkanku jam 2 siang, mengajakku jalan-jalan ke mall karena dia tidak pernah ke sana dan bosan di apartemen.

Bitter BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang