8

32.8K 6.1K 1.3K
                                    

"Apa kubilang, kau kekurangan sex, Song Yoojin."

Stella tidak juga berhenti menyinyirku di kantin rumah sakit sembari memainkan handphonenya. Untung di meja yang sama hanya ada kami berdua.

Akupun melakukan hal yang sama dengan temanku sejak mengambil pendidikan dokter itu, bermain handphone, menelusuri toko make up dan skincare online setelah puas membeli pakaian kantor yang tidak terlalu kuperlakukan.

"Kau butuh pengganti Daehyun, Yoo. Aku tidak pernah melihatmu terlalu dekat dengan lelaki setelah Daehyun." Komentarnya kemudian, membawa-bawa nama mantan pacar terakhirku yang ketangkap selingkuh.

"Daehyun membuatku sadar bahwa hidupku lebih baik ketika tidak punya pasangan." aku menjawab cuek.

"Lebih baik apanya jika kau menyalurkan hasrat pedofilmu? That's criminal, Song Yoojin."

Aku memutar bola mataku malas, masih sempat memasukkan 3 varian lip tattoo dior ke dalam keranjang belanjaanku padahal setengah dari semua yang kutambahkan dalam keranjang merupakan produk bibir.

"Aku bukan pedofil, Stella. Tenang saja, aku tidak punya perasaan apa-apa pada anak dibawah umur itu," balasku seadanya.

Well, Stella satu-satunya yang kuceritakan mengenai hubunganku dengan Sehunie karena dia cukup gampang kutemui. Aku tidak mungkin bercerita pada Ibu, dia pasti akan mengutukku, Professor Lee apalagi.

Memendamnya sendiri membuatku frustasi, makanya keesokan hari setelah Sehunie mencium bibirku, aku mengatakan pada Stella yang malah membuatku makin frustasi karena dia terus-menerus merutuki perbuatanku yang bisa-bisanya berhubungan dengan anak dalam umur balita.

"Aku menenalmu. Kau tidak bisa melupakan perbuatannya dan itu mengganggu konsentrasimu, padahal kau merupakan orang yang tidak pedulian yang pernah kukenal." Ocehnya padaku. "Kau terlihat seperti gadis yang baru puber dan jatuh cinta untuk pertama kali, mencoba menyangkal tapi sayangnya semakin memperjelas."

Maksudnya, Stella mencurigaiku jatuh cinta pada The Baby?

Aku mendiami Stella, menyentuh dengan kesal layar handphoneku untuk menyelesaikan pesanan. Tahu apa Stella mengenai perasaanku yang sebenarnya? Aku tidak pernah menunjukkan apalagi membicarakannya secara gamblang.

"Makanya, aku yakin sekali kau butuh lelaki untuk menemani rasa sepimu. Kau butuh pelarian, Yoo. Jika kau terus-terusan memupuk perasaanmu pada anak dibawah umur itu, kau benar-benar bisa menjadi predator. It's scary."

Aku menghembuskan napas kesal. Bukan karena perkataan dan ekspresi berlebihan Stella yang sangat tidak masuk akal melainkan karena harga yang harus kubayar atas pesananku.

ASTAGA, KENAPA BISA SEMAHAL INI? Mobilku akan tergadai dan sebulan tidak makan jika aku melanjutkan pembelian. Dengan berat hati, aku menghapus belanjaan-belanjaan yang terlalu mahal dan tidak kuperlukan. Well, Ibuku sering memakiku dan mengatakan bahwa aku juga butuh psikiater atas hobi gilaku yang kerap-kali menghabiskan uang di kala setres.

Oh, apakah aku betulan harus menjual Sehunie ke alien agar bisa mendadak kaya? Ah, alien mana yang mau anak menyebalkan seperti dia?

"Apalagi jika bosmu tahu kalau kau punya perasaan spesial pada keponakannya yang kau urus. Jika aku jadi dia dan mengetahui ini, aku tidak hanya akan memecatmu namun juga menjebloskanmu ke penjara." Stella makin berlebihan. Dia betulan bertingkah seolah-olah aku ini tante-tante sinting yang suka mencabuli anak di bawah umur.

Bitter BabyWhere stories live. Discover now