Suara Cinta Tanpa Kata #Part-31

3K 233 23
                                    


JANGAN MINTA LANJUT CEPET-CEPET. GAK USAH DIINGETIN JUGA KARENA GAK DIINGETIN JUGA EMAK GAK BAKAL LUPA SAMA CERBUNG INI DAN CERBUNG EMAK YG LAIN. INTINYA TUH KALO CERBUNG INI PASTI BAKAL KETEMU YANG NAMANYA END. ENTAH HAPPY ATAU SAD ITU MASIH MISTERI KARENA EMAK SENDIRI BELOM TAU JELAS.

KALO MAU NUNGGU YAA NUNGGU. KALO NGGAK YAA TINGGALIN AJA LAPAK EMAK.

----

"...Selama dua tahun Ify menjalani terapi untuk kesembuhan mentalnya yang terganggu karena kejadiaan di pasar malam itu. Dan Papa sangat bersyukur karena adanya kamu dan Cakka yang gak pernah lelah buat deketin Ify. Akhirnya Ify sembuh dan bisa menerima kenyataan bahwa orang-orang yang ia sayangi telah jauh darinya"

"Meski sampai saat ini, Ify tak pernah mau berbicara lagi pada siapapun setidaknya Papa merasa sedikit tenang karena Ify tak perlu lagi terapi untuk menghilangkan depresinya"

Ridwan mengakhiri cerita panjangnya dengan helaan nafas berat. Ia tersenyum simpul pada Shilla yang sejak tadi diam mendengarkan setiap untaian kata yang keluar dari mulutnya.

"Jadi.. Saat aku, Kak Cakka dan Mama datang kesini, Ify.. Masih dalam masa terapi karena depresi, Pa?" Tanya Shilla terbata-bata karena terlalu shok.

Ia merasakan jantungnya berdebar-debar tak percaya bahwa Ify, adiknya pernah depresi karena kehilangan Ibu kandungnya dan ditinggal pergi oleh sosok Al diwaktu yang bersamaan. Membayangkannya saja sudah membuat Shilla tahu bahwa apa yang dialami Ify saat itu pasti akan terjadi juga padanya.

Dan ia merasa salut pada adiknya itu karena bisa tegar sampai sekarang. Jika saja hal itu terjadi padanya mungkin ia sudah.. Membayangkannya saja sudah membuatnya tak sanggup apalagi jika hal itu benar-benar terjadi.

Sementara Ridwan yang mendengar perntanyaan bernada shok dari Shilla hanya mengangguk sembari tersenyum.

"Iya. Itulah kenapa Papa selalu meminta kamu dan Cakka untuk terus mendekati Ify dan mengajaknya bermain bersama. Agar Ify bisa lebih cepat sembuh dari depresinya" Jelas Ridwan yang membuat Shilla menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Ridwan tahu perasaan Shilla sekarang. Rasa bersalah, sedih, tak percaya dan takut bercampur menjadi satu. Dan Ridwan hanya mampu menarik Shilla kedalam dekapannya. Mengusap pelan rambut Shilla dengan penuh kehangatan khas seorang Ayah.

"Sh..shilla.. Shilla salah, Pa. Shilla salah udah ngomong macem-macem sama Ify. Shilla nyesel udah musuhin Ify selama ini. Shilla malu. Shilla malu, Pa" Racau Shilla diiringi isak tangisnya yang semakin hebat.

Bahunya bergetar menandakan Shilla benar-benar menangis penuh penyesalan karena sudah salah paham terhadap Ify.

Dalam hati benar-benar merutuki sikapnya yang dengan seenaknya menuduh Ify yang tidak-tidak. Merebut Alvin darinya? Hei... Memangnya Alvin itu siapa untuk dirinya? Hanya teman yang ia cintai. Alvin sama sekali bukan pacarnya atau suaminya.

Jadi? Punya hak apa dirinya atas Alvin yang belum dimiliki siapapun. Meskipun seandainya Ify dan Alvin dekat, itu hak mereka. Tidak seharusnya ia marah dan memusuhi Ify dengan alasan yang tak jelas.

"Maafin Shilla, Pa. Maafin Shilla. Shilla mohon.. Maafin Shilla. Shilla salah. Shilla bener-bener salah. Gak seharusnya Shilla marah sama Ify kalo seandainya liontin kalung itu bener dari Alvin. Itu hak mereka. Tapi.. Tapi Shilla.. Shilla.. Hiks.. Hiks.. Hiks.. Shilla minta maaf"

"Nggak sayang. Ini bukan salah kamu, oke" Tenang Ridwan semakin memeluk erat tubuh Shilla yang bergetar.

Shilla menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ia tak setuju pada ucapan Ridwan bahwa ini bukanlah salahnya. Baginya ia sudah melakukan kesalahan fatal saat ini karena dengan bodohnya memusuhi Ify tanpa tahu apa-apa.

Suara Cinta Tanpa Kata (SCTK) ✔Where stories live. Discover now