Suara Cinta Tanpa Kata #Last-Part

3.7K 179 20
                                    

Langkah-langkah kaki orang-orang berbaju  hitam itu terlihat berat saat menyusuri jalan setapak pemakaman umum Merawai Indah, Bogor. Suara isak tangis yang terdengar mengiri langkah berat orang-orang yang ikut mengantar jenazah seorang gadis yang kini sudah terbungkus rapi oleh kain kafan.

Diantara wajah-wajah yang memancarkan raut tak relanya, terlihat seorang pemuda yang berjalan lesu dengan tatapan kosong dengan satu bahunya menopang salah satu bagian pegangan keranda dimana sang gadis yang kini sudah pulang ke pangkuan Illahi berada.

Tetesan embun yang jatuh membasahi pipinya sama sekali tak ia hiraukan. Bibirnya terkatup rapat. Sudah sejak kemarin ia bungkam sejak tahu bahwa gadis yang ia cintai di seumur hidupnya sudah tak lagi bersamanya. Pergi meninggalkannya untuk selamanya dan tak mungkin lagi kembali. Jangankan untuk kembali, untuk ia cari pun sudah tak mungkin karena kini dunianya dan dunia gadisnya sudah berbeda.

Tak berapa lama, langkah-langkah orang-orang itu berhenti tepat di depan lubang berukuran persegi dengan ukuran 2,50x1,50 meter. Secara perlahan keranda yang digotong oleh empat orang termasuk pemuda tadi juga sang Ayah gadis cantik itu di turunkan.

Pemuda tampan yang terlihat lusuh itu hanya diam mematung melihat ke dalam liang lahat yang sebentar lagi akan menjadi tempat peristirahatan orang terkasihnya. Ia hanya diam terpaku ditempatnya, ia sama sekali tak berniat untuk ikut turun ke dalam liang lahat untuk membantu membaringkan sosok gadis berbalut kain kafan itu diatas tanah.

Hatinya terlalu sakit jika ia harus turut serta. Ia terlalu sulit untuk menerima kenyataan. Ia terlalu lelah untuk menyentuh jenazah itu untuk yang terakhir kalinya.

Setelah di adzan juga di beri papan, jenazah yang sudah terbaring itu secara perlahan di timbun oleh tanah. Tiga orang yang membaringkannya tadi menginjak-injak tanah secara pelan agar padat tanpa menyentuh papan yang menjadi penghalang.

Tetesan embun dari kedua sudut mata pemuda itu kembali meluruh beriringan dengan tertimbunnya sang kekasih oleh tanah. Dan saat itu pula, rintikan hujan turun membasahi bumi, seolah-olah langit mengerti akan kesedihan pemuda itu dan juga orang-orang terdekat gadis yang kini sudah abadi tinggal di dalam tanah.

Meskipun hujan turun membasahi bumi, acara doa tetap dilanjutkan karena memang rukun itu adalah salah satu hal yang wajib untuk dilakukan. Namun setelah doa selesai dipanjatkan, orang-orang yang ikut mengantar jenazah tadi dengan segera berbondong-bondong meninggalkan area pemakaman. Terkecuali pemuda tampan tadi.

PUK

"Eh?!" Kaget pemuda itu saat ia merasakan tepukan halus dari seseorang di pundaknya.

Ia tersenyum miris saat melihat sosok sahabatnya tengah menganggukan kepala pertanda ia harus segera meninggalkan pemakaman ini karena hujan.

Entah mengapa, hatinya merasa kecewa karena tepukan tadi ternyata bukan dari seseorang yang ia cintai. Ia sadar bahwa orang itu kini telah tinggal di dalam tanah dan selamanya tak kan kembali lagi.

"Yo.. Ayo kita pulang" Ajak sahabatnya yang membuat pemuda tadi yang ternyata Rio itu menggelengkan kepalanya.

"Lo duluan aja, Vin. Gue masih mau disini" Kata Rio dengan nada pelan.

Alvin menghela napas berat lalu dengan terpaksa mengangguk. Pemuda sipit itu pun meninggalkan Rio sendirian di tengah hujan yang semakin deras dengan segala rasa sakit, luka juga kehancurannya. Biarlah ia pergi dulu agar sahabatnya yang rapuh itu menenangkan diri. Lebih baik ia menghampiri Shilla yang saat ini masih menangis karena kepergian sosok saudaranya.

Kembali lagi pada Rio. Pemuda tampan itu hanya diam membisu di depan pusara gadis kecilnya. Ya gadis kecilnya, Bidadarinya, kekasihnya kini sudah berada dalam pusara itu. Lagi-lagi air matanya menetes membasahi pipinya yang sudah basah kuyup oleh air hujan.

Suara Cinta Tanpa Kata (SCTK) ✔Where stories live. Discover now