(SWC37) rahasia

26.4K 936 29
                                    

Hari senin, upacara, pelajaran jam pertama hingga ketiga matematika dan hari pertama pms. Sungguh senin ataya sangat suram. Apalagi ataya selalu mengalami keram perut saat awal pms. Dan ia harus mengikuti upacara di bawah matahari yang cukup terik. Sebenarnya ataya tidak pernah mengeluh untuk mengikuti upacara, bahkan ia sangat senang berdiri di barisan terdepan meski matahari seterik apapun. Namun tidak dalam keadaan awal pms seperti ini. Mood ataya sangat hancur.

"yuk ngantin" ajak carol kepada ataya, andre dan gilang

"ayok" jawab andre dan gilang yang sudah bangkit dari duduknya. Sedangkan ataya masih duduk dan menyandarkan kepalanya di mejanya dan menjadikan kedua tangannya sebagai bantalannya

"tayi ayok" ajak carol

"kalian aja deh. Gue males" jawab ataya semakin menyembunyikan wajahnya di antara kedua tangannya

"lah, tumben lo makan males. Lo kan hidup untuk makan" ceplos andre. Namun ataya tak menghiraukannya

"kalian aja. Gue mau dikelas perut gue keram"

"gapapa nih di tinggal?" tanya carol memastikan

"iya gapapa"

"yaudah. Yuk ndre lang" ajak carol kepada andre dan gilang. Ya kini carol dan ataya lebih sering bergaul dengan andre dan gilang. Dari pada teman teman nya yang lain

"mau nitip nggak?" tanya gilang pada ataya. Ataya hanya menggelengkan kepalanya saja. Gilang mengusal puncak kepala ataya sebentar kemudian pergi menyusul andre dan carol yang sudah pergi terlebih dahulu. Kini ataya berada dikelas sendirian. Semua teman nya tentu  sudah menuju kantin.

Ataya bergerak gelisah. Merasakan perut nya yang terasa nyeri. Keringat dingin mulai bercucuran. Matanya mulai berkaca kaca. Dulu jika disaat seperti ini akan ada artha yang menemaninya sehingga ataya tidak sendirian seperti ini. Ataya mengusap air matanya dengan kasar. Ia tidak boleh menangis. Tidak boleh cengeng. Sudah cukup selama ini hidupnya bergantung pada artha. Dan sekarang sudah saatnya untuk ia mandiri tanpa sosok artha.

Tiba tiba handphone ataya yang berada di dalam tas nya bergetar. Ataya segera mengambil handphone itu. Dan senyum langsung terbit di bibir ataya saat melihat siapa yang menelfonnya. Artha. Ataya menghapus air matanya kemudian berdeham agar suaranya tidak serak karena menangis

"halo bang" sapa ataya

"kamu baik baik aja kan?" tanya artha di sebrang telfon langsung to the point. Ataya tersenyum. Meski tidak ada disini artha tetap perhatian padanya. Ataya menekan tombol loudspeaker agar suara artha terdengar jelas. Mumpung ia didalam kelas sendirian

"ataya baik kok" jawab ataya sambil menyandarkan punggungnya ditembok

"bohong. Kamu habis nangis ya? Kenapa?"  ataya menghela nafasnya. Ia tidak pernah berhasil membohongi artha. Itulah kenyataannya

"perut ataya keram"

"ya tuhan. Udah makan?"

"udah kok"

"minum air putih yang banyak. Trus nanti pulang sekolah langsung pulang aja. Nanti aku bilangin bunda biar di buatin minuman kayak biasanya"

"iya bang"

"dikasih minyak kayu putih perutnya"

"udah kok" bohong ataya

"belum. Kamu dari tadi pasti masih didalam kelas dan ga pergi kemana pun. Darimana bisa dapat minyak kayu putih kalau nggak ke uks"

"iya. Ini tadi ataya udah nitip kok sama carol" bohong ataya lagi

"beneran?"

"iya bang"

1. Secret With COUSINS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang