Black Out

1.8K 160 1
                                    

Gelap. Segalanya sungguh gelap. Sekujur tubuhku terasa lemas, mataku berat untuk terbuka, bahkan rasanya otot tanganku susah untuk digerakkan. 

Ku Coba untuk sekali lagi untuk membuka kelopak mataku, namun tidak berhasil. Ku coba untuk menggerakkan bibirku dan mengeluarkan suara dari tenggorokanku namun tidak satu pun kata dan suara yang keluar dari tenggorokanku. 

Awalnya aku tidak bisa mendengar apapun namun lama kelamaan sayup-sayup terdengar seperti suara Ayah, Ibu dan dokter Melissa. Mereka membicarakan sesuatu seperti halusinasi, suntik, obat, terapi , penyembuhan dan entahlah aku susah untuk menangkap setiap kata yang kudengar. Yang jelas kudengar adalah suara tangisan Ibuku. Ia terisak dan ayahku menenangkannya. 

Aroma penciuman ku sudah mulai terbuka, aku mencium aroma yang sangat familier bagiku, aroma rumah sakit. Bukankah aku sedang berada di pernikahan Trevor dan Brie? Kenapa aku berada di rumah sakit? 

Kepalaku rasanya terlalu sakit untuk mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Tubuhku seperti melumpuh begitu pula dengan pikiran ku. Rasanya ada sesuatu yang terjadi padaku, tetapi entah apa itu. 

Aku berusaha menggerakkan seluruh sendi ku namun gagal, dan aku berusaha berpikir serta mengingat apa yang menyebabkan ku terbaring tidak berdaya seperti ini di rumah sakit. Selanjutnya aku hanya mendengar suara Trevor dan Brie yang menanyakan aku sudah sadar atau belum, lalu Brie menangis. 

Aku jarang mendengar Brie menangis, apalagi jika hal itu menyangkut diriku. Ku rasa sesuatu yang besar dan heboh menyebabkan aku berada di rumah sakit. Aku belum mati kan? Kurasa belum. Karena aku bisa mendengar suara isakan Ibu dan Brie serta beberapa percakapan dokter Melissa dan Ayahku. 

Astaga, kenapa sulit sekali membuka mata ini? Bibir ku juga sulit sekali untuk terbuka. Namun perlahan-lahan suara dan percakapan mereka terdengar sangat jelas di telinga ku.

"Maafkan aku Mr McKenzie aku harus memberi dosis yang sangat tinggi pada Tammie, kau harus menunggu sekitar tiga puluh menit sampai satu jam untuk Tammie betul-betul sadar kali ini," Dosis? Dosis apa?

"Tidak masalah dok, aku sungguh menghargai kerja keras mu... maafkan aku, kau harus terlibat lagi..."

"Tidak masalah Mr McKenzie, ini sudah menjadi bagian dari pekerjaanku sehari-hari..."

"Kalau begitu kami pulang dulu, istriku tidak akan tenang jika ia harus berada disini..."

"Hati-hati Mr McKenzie, aku akan mengawasi Tammie, nanti akan ku kabari jika ia sudah sadar..." Kumohon terbukalah mata ku terbukalah

"Oh, Mr McKenzie?"

"Ya?"

"Jika kau mengenal laki-laki tadi, sampaikan juga rasa terima kasihku kepadanya, dia melakukan pekerjaan yang hebat, padahal ia baru pertama kali menghadapi Tammie di kondisi nya yang seperti itu... " Laki-laki? Menghadapi ku? Tunggu dulu...

Memori pernikahan Trevor dan Brie terulang seperti sebuah video di kepalaku. Mata abu-abu, suara, rahang dan rambut cokelat.

"DANIEL!" Mataku sepenuhnya terbuka dan aku sendiri terkejut dengan suara ku yang berteriak sangat lantang kali ini. Tetesan air mata jatuh di kedua pipiku. Ya, aku bertemu Daniel! Aku bertemu dengannya!

"Tammie!" Ibuku merengkuh tubuhku dalam keadaan terisak. Begitu pula dengan Ayahku yang mengecup kening dan pipiku. Ingatan pernikahan Trevor dan Brie berputar di kepalaku, aku merengkuh Daniel, menatap mata abu-abunya dan berbicara dengannya. 

Daniel Georgio kekasihku, dia belum meninggal. Dia masih hidup. Daniel ku masih hidup.

"Tammie sayangku, oh.... anak perempuanku yang malang"

"Mom, aku bertemu dengan Daniel, dimana dia sekarang? Aku merindukannya aku rindu padanya Mom, aku butuh Daniel di sampingku, Daniel yang kita sayangi belum meninggal, dia masih hidup, dia masih bernafas dan berdiri di sekitar kita!" Anehnya Ibuku menggelengkan kepalanya dengan cepat lalu Ayahku ikut terisak. 

Kenapa semua orang seperti tersiksa dengan setiap perkataan yang keluar dari mulutku?

"Tammia" Aku menoleh ke arah dokter Melissa yang tersenyum lembut ke arahku.

"Bisakah kau fokus padaku saat ini?" Aku memperhatikan dokter Melissa yang sedang mengarahkan senter ke kedua mataku lalu ia mendesah pelan.

"Kapan terakhir kali kau meminum obat penenang mu?" Aku mengatup bibirku dan terdiam. Aku membenci obat itu dan aku tidak ingin meminumnya lagi, maka kubuang obat tersebut di toilet.

"Tammia, Jawab aku" dokter Melissa mendesakku, lalu ia mengerutkan alisnya dan menatapku dengan serius.

"satu bulan yang lalu" Jawabku pelan. Aku benci ditatap seperti itu oleh dokter Melissa seakan-akan aku pasien rumah sakit jiwa yang selalu kehilangan akal setiap menginjakkan kakiku keluar rumah. Ayahku, Ibuku dan dokter Melissa mendesah dengan keras.

"Kapan kau membuangnya?" Ayahku bertanya dengan nada kesal. Baru kali ini dia hampir membentakku. Selama aku mengalami PTSD ia tak pernah lagi memarahiku.

"Satu bulan yang lalu Dad, di toilet klinik ini"

"Oh, Tammie! cukup sudah dengan kesedihan mu yang berlarut-larut ini!" Hatiku seperti tertusuk pisau, Ayahku berkata dengan nada tinggi padaku dan menyepelekan kesedihanku.

"AKU SEDANG BERDUKA DADDY! I MISS DANIEL! I MISS HIM! YOU MISS HIM TOO DIDN'T YOU DAD?" Ibuku terisak, dokter Melissa hanya menepuk punggungku dan Ayahku hampir menangis.

"4 tahun waktu yang sangat lama untuk berduka sweetheart, cukup sudah dengan Daniel ini dan Daniel itu, dia sudah lama pergi" Wajah Ayahku tampak sangat sedih. Tetapi hatiku sangat terluka saat ini.

"Aku melihatnya mati di hadapanku Daddy! I told you about this! Aku menyentuh darahnya yang mengalir deras dari pelipisnya ke tanganku, aku melihatnya menghembuskan nafas terakhir di pangkuanku dan tersenyum padaku seakan-akan hal itu bukan suatu yang besar baginya, seakan-akan Daniel siap untuk meninggalkan ku di dunia ini sendiri! 4 tahun bukan waktu yang cukup untuk berduka mengenang orang yang sangat kusayangi melebihi apapun di dunia ini Daddy..." Dadaku terasa sesak, nafasku seperti tercekat, seluruh penglihatan ku seperti memburam.

 Oksigen di sekitar ku seperti menghilang, kepalaku seperti di putar-putar. 

Samar-samar tampak Ayah dan Ibuku menangis memanggil namaku yang tidak terdengar jelas lalu dokter Melissa mendekat ke arahku dan entah apa yang ia suntikkan ke lenganku, semuanya terasa berat, semuanya terasa gelap, hingga hening. 

Cappuccino [END]Where stories live. Discover now