An Architect Make a Croissant

1.8K 157 0
                                    

 Kami akan membuat Croissant.

Aku mengikuti segala instruksi yang diberikan Maxon padaku. Bagaimana aku harus menggabungkan ragi, air hangat dan satu sendok the gula. Mendiamkan adonan tersebut hingga lembut dan berbusa. Mengukur tepung dan mencampurkannya ke dalam mixing bowl. Memasukkan ragi dan minyak bersama dengan tepung tersebut. Menutup adonan hingga tiga jam agar mengembang. Setelah adonan jadi kupijat adonan hingga lentur. Namun, Maxon memperbaiki caraku memijat adonan tersebut.

"Jangan seperti ini Tammia, jangan sampai terlalu lembut dan berminyak," Aku mengangguk paham.

Maxon, bisa menjadi sedikit tegas dan galak jika menyangkut masalah Pastry. Bisa kulihat passion nya sangat tinggi pada Pastry. Aku harus segera mengenalkannya dengan John, pasti John senang mendapatkan murid berbakat seperti Maxon.

John De Luca awalnya klienku ketika aku masih bekerja di kantor Payette Architect. Aku membantunya merancang restoran miliknya yang berada di Las Vegas. Aku tidak menyangka dia akan datang padaku dan meminta bantuan kantorku untuk mendesain restorannya tersebut. Namaku memang terkenal diantara para pebisnis restoran di Boston, namun aku tidak menyangka hal tersebut terdengar sampai telinga seorang John De Luca.

Aku sengaja belum menceritakan secara detail kepada Maxon bagaimana aku bisa mengenal John.

"Kau melamun, potongan adonanmu tidak pas Tammia, seharusnya kau memotong sekitar empat belas kali delapan inci lalu kau mengoleskan buttersekitar dua pertiga diatasnya, lalu sisakan batas sekitar seperempat, lipat lagi dan lagi," Kuletakkan adonanku lalu berjalan menuju luar dapur. Maxon mengikutiku.

"Hei, katanya kau ingin membuat pastry?" Protesnya.

"Kau mengomel karena caraku membuat Maxon, aku hanya pemula, please easy on me..."

"Okay, okay sorry... Aku terbiasa bekerja dengan cepat, aku lupa kalau aku hanya mengajarimu membuat Croissant," Aku kembali lagi ke dapur dan melakukan sesuai dengan apa yang Maxon perintahkan.

Setelah kami selesai membuat adonan, menggulungnya dan memanggangnya aku bisa meliohat hasilku dan Maxon jauh berbeda. Miliknya snagat cantik hingga ingin sekali aku melahapnya sekarang juga. Sedangkan milikku sangat-sangat buruk, ingin sekali kubuang ke tempat sampah. I'm a perfectionist, Aku tidak pernah gagal seperti ini. Sisi kompetitif ku kembali muncul. Selama 4 tahun aku tidak pernah merasakan hal ini lagi.

"Maxon, bisakah kita mengulanginya lagi?" Maxon memutar bola matanya dan wajahnya tampak lelah karena seharian meladeniku.

"Tammia ini sudah terlalu sore, tidakkah kedua orang tuamu akan mencarimu kemana kau pergi?" Yeah, aku lupa mengabari mereka. Akankah mereka terkejut mengetahui Prius ku tidak ada di rumah? 

But, I'm a grown woman

Tunggu dulu, sudah hampir 4 tahun pula aku tidak bersikap menjadi seperti wanita dewasa seutuhnya.

"Baiklah aku akan mengabari mereka kalau aku ada di toko mu," Saat aku akan membuka ponsel, bisa kulihat ponsel ku mati total. Wajar saja sedari tadi tidak ada satupun telepon masuk atau pesan masuk, pasti mereka benar-benar mencariku.

"Apakah kau ada charger? Ponselku mati," Aku menaikkan ponselku lalu menggerak-gerakkannya di hadapan Maxon. Maxon mendesah berat lalu menuntunku menuju suatu tempat yang bisa kutebak ini tempat tinggalnya. Sebelum sampai ke tenmpatnya aku menaiki tangga kecil.

"Kau tinggal di dalam toko?" Aku terkejut. Kukira dia tinggal di tempat yang berbeda dari toko.

"Yeah, aku bukan orang kaya yang dapat membayar sewa toko sekaligus sewa tempat tinggal, jadi disinilah aku," Ruangan ini sangat kecil menurutku. Memang hanya cukup untuk satu orang saja. 

Cappuccino [END]Where stories live. Discover now