We Do This Together

1.8K 153 0
                                    

Aku membatalkan kepergianku menuju Paris demi menjalani hariku bersama Tammia McKenzie. Memang, terdengar too rush jika orang-orang melihat perkembangan hubungan kami.

Kami bertemu di pesta pernikahan kakaknya dan dia salah mengira kalau aku mantan kekasihnya yang telah meninggal dunia. Semenjak itu aku tertarik padanya dan tidak bisa melepaskan diriku darinya.

Selama satu tahun ini aku menemani Tammia, keluar dan masuk ruang dokter Melissa, melakukan Treatment secara rutin dan Tammia melakukannya dengan sangat, sangat, sangat baik. Aku bangga padanya.

Hari ini aku memberanikan diri mengunjungi makam kakakku Daniel Giorgio. Sungguh, aku tidak pernah membayangkan aku akan mengunjungi makamnya bersama Tammia, Ibuku dan Ayah Daniel sekaligus mantan pacar Ibuku – Ethan Giorgio.

Aku tidak menyangka Ethan akan menaymbutku seperti aku adalah anak kandungnya sendiri. Dia menangkup wajahku kemudian ia mengusap pipiku dan air mata jatuh di kedua pipinya.
"Kau terlalu mirip dengan Daniel," Katanya.

Mataku panas dan hatiku sesak. Aku merasa brengsek sekali mengingat aku membenci Daniel dan Ethan seumur hidupku. Lihatlah pria di hadapanku ini, mempunyai wajah yang sangat sedih, hati yang retak serta hidup yang penuh kesendirian semenjak anaknya meninggal dunia karena ulah Ayah kandungku. Aku memeluk Ethan dan mengatakan maaf berkali-kali.

"No, son...itu bukan salahmu... Daniel memang sudah ditakdirkan untuk meninggalkan kita semua," Aku menangis dan menangis di pelukan Ethan.

Kurasakan tangan Tammia yang mengusap punggungku dengan lembut. Kukira yang akan menangis serta bersedih seperti ini adalah Tammia. Nyatanya, tidak.

Aku tidak pernah menangisi Daniel hingga seperti ini. Aku tidak pernah bersedih untuknya seperti ini.

Ethan melepaskan pelukannya lalu ia menepuk pundakku.

"Maxon, kau tahu bahwa Daniel selama ini ingin sekali dekat denganmu? Karena dia selalu merasa bersalah dengan dirimu dan lain sebagainya? Dia ingin sekali menjadi bagian terpenting di dalam hidupmu. Kau harus tahu itu, dia selama ini sangat menyayangimu. Kau juga harus ingat sekali lagi, kematiannya bukanlah salah siapapun, takdir mengatakan dia sudah harus berakhir, maka berakhirlah..."

Aku tidak bisa berhenti menangis. Segala kegundahan di dalam hati serta rasa bersalah yang kupendam selama bertahun-tahun terasa menghilang bersama tangisanku.

Daniel, my brother. I'm sorry and I'm thankful to have you in my life.

***

Malam ini, Tammia dan aku sengaja mengundang beberapa sahabat kami dan keluarga untuk makan malam bersama di toko pastry kecil milikku ini. Aku tidak hanya ahli dalam memanggang pastry, melainkan aku juga lumayan ahli memasak masakan lain. Tammia, membuatku sulit berkonsentrasi ketika memasak. Bisa dikatakan, dia tidak bisa melepaskan tangannya dari tubuhku dan aku tidak bisa menahan diriku jika berada di dekatnya.

"Babe,kau akan membuat Clam Chowder ini terasa seperti keju basi... karena tanganmu sedari tadi tidak dapat berpindah dari pinggiran celana yang kupakai," Tammia, terkikik.

Kemudian ia melingkari tubuhku dengan kedua tangannya dan tanganku satunya yang tidak memegang alat masak mengambil tangannya dan mengecupnya.

"Beberapa bulan terakhir, kita menghabiskan banyak waktu di kantor dokter Melissa. Terapi, ini dan itu. Disela-selanya kita melakukan hypnotheraphy. Talking about our struggle and past.Bahkan bermeditasi bersama. But... it's been a long time, we're not...making love, Maxon..." Oh, Boy.

Tammia, jika seperti ini memang sangat berbahaya. Dia tahu, aku harus berkonsentrasi memasak tetapi tangannya sudah berada hampir masuk ke dalam celanaku. Dia juga tahu bagaimana reaksiku terhadap sentuhannya.

"Babe,jika kita melakukannya sekarang, kita tidak akan berhenti hingga beberapa jam kedepan... making love to you, it can't be quick Babe... you know that..."

"Or, maybe I'm just lick your lollipop..." Aku harus tersedak ludahku sendiri karena perkataannya.

Kemudian, kumatikan komporku lalu membalikkan tubuhku kearahnya dan memeluk tubuhnya namun menempelkan kening kami berdua.

"Babe,sekitar dua jam lagi orang-orang akan memenuhi toko ini. Ayah, Ibu dan Trevor serta Istrinya akan berada disini, Ibuku juga akan berada disini, sahabat-sahabatku dan juga sahabatmu akan berada disini, bahkan Ayah tiriku Ethan juga akan ada disini. It's not a great time to making love,tetapi aku akan menebusnya kepadamu setelah semua orang pulang... okay?"

Senyum manis dan cantik dari bibir Tammia muncul lalu ia menggapai bibirku dengan bibirnya dan kami tenggelam di dalam ciuman ini. Kukira, ciuman ini hanya akan berakhir dengan perlahan dan normal, tetapi menjadi sangat panas, panas dan sensual.

Tammia mengerang di mulutku dan aku tidak bisa berhenti menggerayangi tubuhnya hingga terpaksa sekali aku harus menghentikan kegiatan yang kita tahu akan berujung kepada tempat tidur di lantai atas.

***

Semua orang tampak menghabiskan waktunya dengan bahagia di meja besi panjang, yang biasanya kupakai untuk membuat pastry namun kuubah menjadi meja makan panjang dengan kututupi table clothe besar yang kupinjam dari milik tetanggaku Mr Mohammed.

Aku dapat melihat dua sahabat terbaikku ada disini, namun dimana Viola? Aku tidak melihat rambut ungunya. Selama beberapa bulan terakhir Viola seperti menghindariku dan Tammia. Aku sendiri tidak paham kenapa.

Aku berusaha mencoba meneleponnya, itupun tidak diangkat. Ketika kuputuskan untuk meminta Trooper menghubunginya, aku melihat sosok Viola berdiri di pintu masuk toko-ku kemudian ia tersenyum datar.

"Aku membenci toko-mu... kau tahu itu?" Aku harus tersenyum lebar karena sahabatku Viola kembali lagi. Dia tidak memiliki rambut ungu lagi, melainkan rambutnya kembali menjadi ash brown.

Aku mendatanginya kemudian memeluknya.

"Maafkan aku, aku masih belum menerima kau dan...Tammia..." Katanya pelan. Kulepaskan pelukanku dan aku mengerenyit.

"What do you mean?" Viola menatapku kemudian ia menghela nafas panjang.
"Aku masih menyukaimu, okay? Rasanya, ketika Tammia dan dirimu menjadi dekat kemudian menjadi satu, aku... terasa, hampa. Aku merasa kehilangan kedua sahabatku sekaligus. Konyolnya lagi aku sempat membenci kau dan Tammia. Lalu, aku menyesal telah memberitahu Tammia dimana toko pastry-mu. That's why, aku menjauh dari kalian berdua,"

"Whoa, itu sungguh... tidak pernah kuduga sebelumnya Viola... kukira—"

"Kau kira setelah kita putus dan aku berkencan dengan orang lain aku masih tidak menyukaimu? No,Maxon. Aku selalu menyukaimu. Tetapi, aku juga bahagia untukmu dan Tammia... kematian Daniel lumayan merenggut kehidupan kalian berdua,"

Kurasakan Tammia berada di sampingku kemudian aku mendengar ia menangis dan aku menoleh ke arahnya. Viola menyambut pelukan Tammia dan mereka berdua terisak bersama.

"I'm sorry Tam, I'm sorry..."

"No, It's fine...Vi... aku merindukanmu." Aku bergabung bersama Tammia memeluk Viola dan merasakan betapa lega dan bahagianya diriku dapat berkumpul lagi seperti ini bersama orang-orang terpenting di dalam hidupku.

HAPPY 5K!

TERIMA KASIH SUDAH MENDUKUNG KISAH INI!

SATU CHAPTER LAGI KISAH INI AKAN BERAKHIR!

LOVE YOU ALL!

Cappuccino [END]Where stories live. Discover now