I Want to Deliver His Letter to Her but....

1.7K 160 1
                                    

Hari ini aku sengaja tidak membuka toko pastry ku. Kekecewaan para pelanggan setia toko ku memenuhi akun instagram toko ini. Akun ku penuh dengan protes dari para pelanggan. Seperti :

@Triana9090 Aku rela menyetir dari Waltham menuju Boston demi croissant mu, tapi kau tutup pastry man.

@nice_nickiguy Astaga, padahal aku sudah membayangkan croissant mu tadi malam pastry man dan kau tutup hari ini

@JUJU_lim Shit, i'm craving on ur croissant and u closed! Pastry man kau harus bertanggung jawab!

Notifikasi demi notifikasi masuk ke akun @Pastry_Man. Kurasa croissant ku benar-benar dicintai seluruh penjuru kota Boston. Sayangnya pagi ini pikiranku dipenuhi oleh Tammia McKenzie.

Aku harus menyerahkan surat dan beberapa foto yang dikirimkan orang itu kepadaku. Kuharap ini akan sedikit membantunya menyembuhkan penyakit hatinya.

Aku tidak tahu apa-apa mengenai PTSD, tapi aku sangat tahu tentang trauma.

***

Holy Shit! Apa yang kupikirkan sehingga aku benar-benar menyetir dari toko pastryku menuju rumahnya. Aku sudah pernah ke rumah ini, tetapi untuk menemui Viola dan Trevor. Baru kali ini aku akan bertemu dengan Tammia atas kemauanku sendiri.

Padahal dulu aku sangat membencinya hingga tak sudi melihat wajahnya. Wajah bahagia Tammia ketika melihat orang itu membuatku pedih. Pedih karena dia bisa menikmati kebahagiaan bersama orang itu tanpa tahu betapa berantakannya hidupku dan hidup orang itu.

Kuputuskan untuk turun dari Chevy '65 ku dan berjalan menuju pintu rumahnya lalu memencet bel rumahnya. Sudah dua kali ku pencet bel rumahnya tak ada tanda siapapun yang membukanya.

Lega menyelimuti diriku, kurasa memang bukan saatnya memberikan Tammia surat ini.

KRIEEK

Oh shit, dia ada di rumah. Aku tersenyum ke arahnya namun mata Tammia melebar dan wajahnya pucat pasi.

"Hai?" Aku menyapa nya dengan senyum terbaikku, karena sungguh canggung untuk berkenalan di depan pintu seperti ini.

"Can I come in? Aku ingin memberikan sesuatu padamu," Tak ada respon darinya. Tiba-tiba Tammia terjatuh, aku terkejut dan menahan tubuhnya di lantai.

"Tammia!Tammia!" Oh, shit wajahnya pucat sekali, putih seperti hantu. Tak ada tanda-tanda kehidupan di matanya. Apa yang harus kulakukan? Shit shit shit shit!

"Tammia! Hei, buka matamu, Tammia! Oh Fuck!" Tammia tak sadarkan diri, segera kuangkat tubuhnya lalu kudorong pintu rumahnya dengan kakiku.

Aku tahu dimana kamarnya, karena aku sudah dua kali mengunjungi kamar Trevor saat masih dibangku SMA.

Ku buka pintu kamarnya menggunakan tanganku yang bebas, lalu kudorong pintu kamarnya dengan kakiku dan kuhempaskan tubuh Tammia dengan lembut di tempat tidurnya.

Aku panik setengah mati. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.

Oh! Aku harus menghubungi Viola. Saat ku rogoh kocek ku tidak ada ponsel di dalamnya.

"Fuck fuck fuck!" Sialan ponselku tertinggal di toko pastry!

kucari-cari letak ponsel milik Tammia, Tammia meletakkan ponselnya di meja riasnya, saat aku mencoba membuka nya aku tak tahu apa password ponselnya.

"Damn it!" Sialan aku sangat frustasi sekarang.

Keringat bercucuran deras di pelipis ku.

Aku panik, padahal aku tidak pernah sepanik ini sebelumnya.

Saat wajah Ibuku dilukai oleh Ayahku menggunakan gunting di hadapan ku, aku tidak panik melainkan aku marah besar. Aku sangat marah pada Ayahku dan aku sangat kesal pada Ibuku yang tidak melawan.

Melihat Tammia yang tak sadarkan diri di depanku dengan wajah hampir seperti orang mati membuat perutku seperti diaduk-aduk. Aku super panik. berkali-kali aku mengumpat dan kebingungan harus berbuat apa. Aku tidak pernah di situasi seperti ini sebelumnya. Tangan Tammia sedikit bergerak lalu aku duduk di pinggiran tempat tidurnya dan menunggunya untuk sadar.

Kutatap wajahnya, ya Tammia sungguh cantik. Padahal saat ini darah seperti hilang di seluruh wajahnya. Tammia sangat pucat namun cantik. Rambut coklat tua panjangnya menempel di seluruh pelipisnya yang berkeringat. Tubuhnya dingin, sangat dingin. Seperti orang yang sudah kehilangan nyawanya. Nafas Tammia menderu cepat, dadanya naik turun, dahinya berkerut lalu tangannya mengepal dengan kuat sampai buku-buku jarinya memutih. Kugapai rambut nya yang menempel di pelipis kepalanya dan ku sampirkan ke samping dekat telinganya. Kuambil tisu dari meja riasnya dan kuhapus keringat dinginnya. Jarak wajahku dan Tammia sangat dekat, nafas Tammia yang menderu cepat menghembus di sekitar rahang dan leherku. Matanya sedikit terbuka dan mataku melebar karena lega.

"Oh, thanks god! You alive!" Tammia menatapku dengan tatapan kosong. Seperti terkejut akan apa yang dilihat di hadapannya. Lalu aku menyadari aku menyentuh dahinya dan kujauhkan tanganku darinya karena panik dia akan mengira aku berbuat hal yang aneh padanya.

"Uhmm, kau pingsan di depan pintu saat aku mau berbicara padamu, lalu aku membopong mu kemari, dan aku hanya ingin membersihkan keringatmu, kau tahu kau sangat bercucuran di sekitar dahi dan pelipis dan----"

Bibir Tammia menempel di bibirku. Aku sangat terkejut. Aku melepaskan bibirnya dari bibirku namun Tammia melumat bibirku lagi seakan-akan ia rindu padaku, seakan-akan ia sudah lama menantikan bibir ini untuk mencium bibirnya.

"Kiss me..." Bisik nya diantara bibir kami.

"Kau tidak membalas ciumanku, kiss me..." Oh, shit. Tammia mendesah. Ia mengira aku orang itu, pasti dia mengira ku orang itu. Kulepas bibirku dari Tammia namun ia menggeleng dan menggigit bibir bawahku, membuat seluruh tubuhku berjengit

"Just kiss me..." Tampak kerinduan yang dalam di mata Tammia, air matanya hampir tumpah di pinggiran matanya.

Fuck it.

Kulumat bibir Tammia dalam-dalam, kudorong tubuhnya agar lebih mendekat ke tubuhku. Kutekan wajahku agar menempel lebih dekat dengan wajahnya. Tammia memasukkan lidahnya ke dalam mulutku aku melakukan hal yang sama.

Tammia terasa sangat manis, dan bibirnya begitu lembut.

Tammia mendorongku untuk mendekat ke tubuhnya hingga aku berada diatas tubuhnya. Ia merangkulkan tangannya ke leherku dan menekan wajahku mendekat.

Aroma sampo nya seperti aroma coklat, manis dan pahit. Aroma ini pernah kuhirup sebelumnya di pernikahan Trevor. Kami hampir kehabisan nafas karena ciuman demi ciuman tak berhenti kami lakukan.

Tammia melepas bibirku namun tidak benar-benar ia lepas, ia menggigit bibir bawahku hanya untuk menghirup nafas sedikit lalu melumatnya lagi seperti sangat membutuhkan ciumanku agar ia hidup.

Oh, shit aku making out dengan mantan kekasih orang tersebut.

Aku benci wajah ini aku benci wajahku sama dengannya dan aku benci segala hal tentang orang itu yang membuat semua orang mengira aku dirinya.

Aku juga membenci diriku yang terlarut di dalam ciuman ini.

Cappuccino [END]Where stories live. Discover now