III

4.6K 817 55
                                    

puisi ketiga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

puisi ketiga

terselimuti mentari,
aku tetap mengutuk minggu pagi.
hari ini mengapa toko harus tutup?
lantas bagaimana caranya nona bertanggung jawab?
kehadiran nona adalah keajaiban yang kutunggu di tiap harinya.

kepulan asap menari di atas cangkir.
berliuk-liuk mereka.
membisikkan fakta bahwa teh di genggaman tidak semanis lesung pipimu.
yang berhasil menjadi candu,
sampai membuatku rindu.
oh, apa memang begini,
kodratnya minggu selalu sendu?

kemarin nona mengunjungi toko,
bermata sembab.
dugaanku,
kau sedang menginginkan sebuah dekapan hangat.

kemari, beritahu nama nona.
si wanita yang mengenakan sweter belel,
penunggu setia si anonim.
maaf lancang,
tapi apa jenis orang seperti itu pantas kau idamkan?

kumohon, bukalah mata pada kenyataan.
hatimu hidup,
bukan benda mati.
tak punya hati,
sehingga rela dikhianati.

jendela rumahku dikunjungi oleh puing-puing harap.
semoga senin engkau datang.

do'akan biar lelaki penakut ini punya nyali untuk memulai percakapan.
-sementara logika, mohon tenangkan aku bila dapat slogan "tak tahu malu".
sebab cinta sendiri pun mengetuk hati tanpa tahu aturan.

rumus obrolanku satu:
moga bisa membawamu menyusuri, menualangi.

mau itu hogwarts, narnia, neverland, bahkan pluto sekalipun.
kemanapun.
jikalau perlu, kusewa satu galaksi untuk nona supaya tertawa.
dimanapun.
asal hatimu sembuh,
membaik
tumbuh subur
mekar

tertawalah. tersenyumlah.
suatu hari 'kan ku ajak engkau menari.

oleh,
hwhj di bandung.

Kalimat Tak Butuh RumahWhere stories live. Discover now