VI

2.5K 505 57
                                    

puisi keenam

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

puisi keenam

fajar menyusup lewat kaca bening.
jemarimu berada di antara celah jemariku.
surai panjang di sekitar pundak seakan hari ini tiada untuk sejenak.

korek kecil,
lilin api,
nyalang kucing matamu yang jadi santapan pagiku.
anak panahnya menilik-nilik posisi tempat.

"aku di mana, hyunjin?"

kerangkaku merapatkan dekapan.
bergemuruhlah rumahku yang selama ini hilang.
keberadaannya tenggelam dalam pijak tanah serta pijar alam raya.

bersamaan kutempelkan rahang pipi sedingin embun ke kepalamu-menenangkan keadaan, "pagi di bulan mei, gamma."

mulai sekarang absurditas sehari-hari tidak lagi sendiri.

tengah malam kemarin disaksikan bising knalpot transjakarta, nona tersampir di dadaku.
nyamannya menjadikan keras tulangnya sebagai bantal terbeku dalam hidup-
sebelumnya yang nona kenakan sebagai baju menumpahkan setitik cuap kerinduan.

sepertinya nona ditarik imajinasi;
ingar bingar dan hiruk pikuk senantiasa jadi hal yang kurang diamati.
di punggung nona, hanya ada sebongkah api unggun yang sudah dihanguskan air pelukan.

jangan marah karena kubawa nona ke bawah atap rumahku.
tentu secara saksama tubuh nona kutaruh di belakang pundak, menggendongnya sampai memastikan ia nyenyak tidur di sofa compang-camping peninggalan kakek nenek.

"ini di mana, hyunjin?"
"di rumah saya."
"loh? sejak kapan? kok aku bisa di sini?"
"semalam waktu kita pulang, kamu ketiduran di bus. saya gak tega bangunin kamu. jadi saya bawa kamu kesini."
"ada orang tuamu?"
"orang tuaku sudah meninggal, 2 tahun yang lalu tepatnya."
"maaf."

TIDAK!

tidak boleh nona menekan aku sepercik rasa tak suka karena tatapan iba.
hati kecilku tidak suka tersayat sebab terkoreknya luka lama.

"tidak apa-apa. tenang. sini, tidur lagi."

kusaksikan nona menaruh harap pada rangkulan lengan sedangku, semoga saja dia tidak seperti yang dulu.

guru wanita sejarahku pernah berkata, "sejarah adalah apa yang terjadi di masa lalu, di masa kini, dan di masa depan."

nona, hari ini bersejarah, ya?
izinkan aku menganggap begitu-duh aduh, alangkah romansa ialah adiksi besar si remaja.

siapa tuan atau nyonya yang bisa membetulkan kalau esok bakal selalu tiba?
duhai manusia, tidak ada yang tahu kau hidup sampai masa kapan.
yang manusia bisa lakukan cuma bersimpuh di hadapan Sang Pencipta terutama sewaktu pagi buta.
tentu saja meminta hari ini disuguhkan berkah,
atau secuil berita bahagia.

tiada absensi aku tanya Yang Kuasa:
Tuhan, apa alasan aku hidup?
bukan harus menunggu bulan untuk mengetuk jendela malam?
bukan harus membuatku jadi peter pan dan berkelana bareng wendy ke neverland?
atau sekadar menjadi tukang antar koran yang menggiring suka duka dunia ke depan daun pintu rumah orang-orang yang kesannya tak sebegitu peduli juga?

Tuhan menjawab pakai cara yang selalu beragam.
untuk pertanyaanku tadi di atas, berian Tuhan, Dia bentuk menjadi subjek yang jauh lebih sederhana-

kamu.

dan itu jauh lebih membuatku merasa hidup di dalam hidup; aku hidup, karena aku harus menjagamu.

oleh,
hwhj di rumah sendiri. (sedang pelukan sama nona)

HAHAHAHAHAHHAHAHHAHAHAH HYUNJIN SI COWOK QAQU BISA SONGONK #iyadongakusombongkatahyunjin

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

HAHAHAHAHAHHAHAHHAHAHAH HYUNJIN SI COWOK QAQU BISA SONGONK #iyadongakusombongkatahyunjin

Kalimat Tak Butuh RumahDove le storie prendono vita. Scoprilo ora