XIII

1.4K 247 36
                                    

puisi ketiga belas

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

puisi ketiga belas

pada dasarnya, setiap manusia makhluk emosional.
gemar jadi banal.
hatinya harus bisa kebal.

kronologi singkat, mari menjejak kembali;
pukul tujuh temaram, elok siapa gerangan yang menyandingi rembulan sabtu malam?
tentu nona seorang.

putaran kain di tubuh nona kian berada pada puncak tertinggi kasta seorang putri kerajaan jelita.
atau lebih-may i call you as my queen?

"ah, kamu berlebihan, hyunjin. aku ini biasa aja, ga secantik model-model di majalah."
"siapa bilang kamu harus cantik seperti model majalah vogue, channel, atau apapun itu?"
"ya kan mereka itu benar-benar sesuai standar kecantikan orang-orang."
"ayo coba bikin standar kecantikan untuk dirimu sendiri aja.''

loncat waktu, jalanan bandung lumayan ketat. jam delapan, aku serta jisung tiba di gedung teater.

aku menghentikan laju roda kursi. "jis, aku malu... gimana kalo teman-teman gamma mandang aku jijik atau aneh?"

"ya elah, ini udah zaman modern. pemikiran orang-orang makin maju dan evolve. kalaupun masih ada yang berpikiran demikian, mungkin mereka datang dari zaman nenek moyang," napas asa lolos dari mulut mungilnya.

gagang alumunium ruangan utama berlangsungnya acara dibuka oleh penjaganya.
hingga aku duduk di bangku paling depan-jelasnya sudah direservasi-mataku belum menangkap gerak-gerik nona.
dimana dia?

selang beberapa menit, lampu-lampu padam, gaung lantunan violin, seiring tirai di atas panggung digeser menampilkan satu sorot lampu yang cuma mengarah pada pria di tengah.

matanya terpejam lembut jemarinya lihai membentuk kunci-kunci pada biola.
lantunannya cantik.

terlampau pekat nadanya membisukan indra pendengaran bahkan penglihatanku, jujur, bisa-bisanya saja aku tidak sadar nona telah berjalan ke atas menghampiri si pria yang... entah dari kapan selesai bercinta dengan biolanya itu.

gamma, memakai gaun warna lavender selutut kesukaannya, surai panjangnya diuraikan.
pada puncaknya ia sematkan mahkota bunga.
jauh lebih tidak realistis dibanding saat memamerkannya media video telfon.

semoga dia mendandani dirinya sendiri.
kalau tidak, kasihan orang lain, bisa-bisa kelelahan karena tiap detik merasa sedang ada di surga.

namun, ada apa, gamm?
kamu menangkapku di antara ratusan manusia yang berkunjung.
namun keceriaanmu tidak tersalurkan padaku.
kenapa, gamm?
ada apa?
ada sesuatu yang kamu mau aku untuk tidak tahu?

"selamat malam semuanya! terima kasih sudah menyempatkan diri untuk hadir di acara kami!"

kemudian,
yang selanjut-selanjutnya tidak aku dengarkan setelah kamu sebut "kami".

"....sebelumnya, terima kasih kepada jeno, tunanganku, yang sudah memainkan lagu "ikat aku di tulang belikatmu" milik sal priadi dengan biola indahnya!"

"hyunjin?"

"it's okay, jis. lagian tinggal satu tahun lagi. buat apa juga?"

"c'mon bro, at least you make yourself happy in that sort of time. please...?"

"maaf, jis, aku minta maaf."

"kalo lo ga bisa lakuin hal itu buat diri lo sendiri, seenggaknya lakuin itu buat gue."

aku berhenti merapikan baju di koper,
kepalaku menghadap tumpukan kaus-kaus dalam lemari yang terbuka,
tidak mau melihat jujur mata jisung yang berduka.

"jis..."

dia tahu,
dia tahu kapanpun kalau isi kepalaku tidak bisa diubah keputusannya.
jisung keluar dari kamar membanting pintu pula mukanya merah padam.

mencekam;
ruh seisi malam.

oleh,
hwhj di ruang tamu rumahku. (kabur sebentar)

 (kabur sebentar)

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

nangis. 4 part lagi selese. nANGIS.

Kalimat Tak Butuh RumahDonde viven las historias. Descúbrelo ahora