xi. penutup

1.3K 185 72
                                    

—31 DESEMBER 2019—

Lalu lalang kendaraan membuat bayangan tersendiri di jalan terowongan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lalu lalang kendaraan membuat bayangan tersendiri di jalan terowongan. Tunnel. Dengan penerangan neon ber-aura hijau-kuning dipantulkan dinding kramik mengenai pipi kedua orang yang berdiri di situ, di trotoar samping jalan. Salah satunya tidak berani menjelaskan dan satu lain tidak mau bertanya. Ngeri jika ternyata perkiraannya benar.

Jisung menaruh skateboard-nya demi merogoh apa yang ada dalam tas. Wajahnya sangat tidak bahagia.

Lantas, Gamma menerima kotak abu berukuran sedang itu. Alih-alih tanpa kartu tulisan 'surprise!' atau apapun yang umumnya ada dalam box kado seperti ini karena isinya hanya satu buku catatan serta tiga buah kaset pita.

"Dari Hyunjin." kata Jisung, datar.

Bising desis ban motor yang beradu dengan aspal kontan jauh membuat emosi Gamma jadi tersulut.

"Dimana dia? Lo belum cerita apa-apa dari dua hari yang lalu karena lo katanya keburu ditelfon ibu lo," mata Gamma nyalang, nada suaranya tidak stabil. "Dan kenapa juga Hyunjin malah ngasih ini bukannya cerita langsung di depan gue? For God Sake why you all acting so strange these days—"

Jisung menutupi kupingnya. Pada kondisi seperti ini menurutnya ocehan Gamma amat memuakkan.

"Iya gue bohong! Dua hari lalu gak pernah ada telfon dari emak gue...," lelaki itu berkacak pinggang dan memelankan suara. "Dua hari yang lalu gue gak jadi cerita karena ngedadak pihak rumah sakit nelfon kalo Hyunjin kejang-kejang. Tapi sehabis itu dia gapapa lagi. Gue nginep dan ngobrol biasa sama dia. Paginya gue bangun...

...and he's gone, Gam. Pagi itu. He stop breathing."

Perempuan seperti Gamma tidak pernah suka bermain tebak-tebakkan termasuk saat masih kanak-kanak. Apalagi jika dia yang berperan sebagai si penebak.

Pikiran Gamma suka membayangkan kemungkinan terburuk. Entah bagaimana caranya kemungkinan-kemungkinan itu selalu lebih dari hanya sekadar bayangan semata.

Seraya dekapan Jisung memeluknya erat, seluruh diri Gamma berdeklarasi dia sudah tak mau lagi berimajinasi.

Seraya dekapan Jisung memeluknya erat, seluruh diri Gamma berdeklarasi dia sudah tak mau lagi berimajinasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kalimat Tak Butuh RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang