Prolog

51.8K 2.7K 97
                                    

Bali, 07 April 2017

"Selamat sore pemirsa, pagi ini, tepatnya dini hari tadi, pesawat Locas Air AZ 3501 dinyatakan jatuh di perairan dekat dengan bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali setelah tiga jam sebelumnya sempat diberitahukan hilang kontak saat berada pada ketinggian tiga puluh ribu kaki. Diduga sang pilot semula ingin menghindari awan cumolonimbus, namun tiba-tiba pesawat penerbangan Perth - Bali tersebut justru mengalami kehilangan keseimbangan, hingga beberapa detik kemudian terjatuh, dan akhirnya meledak tepat di tengah-tengah perairan."

Prang!

Sebuah gelas yang berisikan air dalam genggaman Damar tiba-tiba saja terlepas dan kemudian jatuh menghantam lantai hingga pecah tak berbentuk, menumpahkan isinya. Tubuh Damar terpaku, membeku di posisi berdirinya. Pandangan Damar mendadak kosong seakan tengah menerawang sesuatu yang begitu jauh.

Berita yang sedang ditonton papanya-Herdi-itu seketika mampu membuat sebagian jiwa Damar seperti melayang berada di ambang batas kesadarannya hanya dalam hitungan detik. Membuat dada Damar terasa begitu sesak, seperti baru saja tertimpa ribuan ton batu besar. Setetes-dua tetes air mata mengalir tanpa Damar sadari dari kedua ujung matanya.

Pesawat itu, pesawat yang diberitakan itu adalah pesawat yang ditumpangi oleh Renaya, kekasihnya. Damar tidak mungkin salah ingat. Bahkan suara Renaya saat sedang mengatakan hal ini padanya melalui sambungan telepon semalam masih terngiang jelas di Damar. Ketika gadisnya itu mengatakan bahwa pesawatnya akan lepas landas hari ini. Bahkan mereka membuat janji sore ini untuk bertemu.

Tanpa mengucap sepatah kata pun, Damar bergegas mengambil kunci mobil papanya, berlalu meninggalkan pecahan beling yang masih menghiasi lantai rumahnya. Juga meninggalkan Herdi yang masih menatap sendu dirinya.

🌺

Dengan kecepatan penuh, juga air mata yang terus saja menghujani pipi pada wajah tanpa ekspresinya, Damar berusaha untuk mengemudikan mobilnya sebaik mungkin menuju sebuah taman yang menjadi tempat janji temunya dengan Renaya pukul tujuh malam nanti. Tidak peduli walau saat ini waktu masih menunjukkan pukul lima sore.

Damar bertindak seolah dia tidak tahu sama sekali tentang berita itu. Damar bertindak seolah tiba-tiba ingatannya rusak, tidak mengingat berita di televisi tadi. Karena Damar yakin, Renaya pasti akan menemuinya jika dia menunggunya dari sekarang. Karena paham tabiat Renaya yang tidak suka menunggu, jadi biarlah Damar putuskan untuk dirinya yang menunggu dua jam lebih cepat. Agar ia bisa segera melihat wajah Renaya secara langsung, setelah hampir dua tahun mereka terpisah oleh jarak.

Damar menginjak pedal gas-nya dalam-dalam. Tidak peduli sama sekali dengan keselamatan dirinya. Rasa sesak yang begitu merasuk dalam diri Damar membuatnya tidak bisa mengontrol segalanya. Membuat Damar seakan tidak bisa berpikir panjang. Karena yang ada di pikirannya sekarang adalah... Renaya Mahira.

Yang ada di pikirannya sekarang adalah bagaimana caranya agar dia bisa segera tiba di tempat yang menjadi saksi perpisahannya dengan Renaya dulu, sebelum gadis itu memutuskan untuk mengambil beasiswa di Perth. Saking terlalu sibuknya Damar memikirkan tentang kekasihnya, ia sampai tidak menyadari kemunculan sebuah mobil Ferarri dari tikungan yang berada beberapa meter di depannya.

TIIIINNN

TIIINNNN

TIIIINNNNN

Ferarri hitam itu membunyikan klaksonnya berkali-kali dengan cukup nyaring. Namun Damar yang mengabaikan suara klakson tersebut berlaku seolah telinganya tertutup rapat, dan cowok itu malah sengaja melajukan mobil yang dikendarainya itu menjadi dua kali lebih cepat. Damar mengemudi seperti tanpa rem. Sehingga membuat pengemudi Ferarri itu terpaksa harus membanting setirnya demi menghindari pacuan mobil Damar.

Berhasil membanting setir ke arah yang benar, ternyata justru membuat mobil-mobil lain yang berada di belakangnya kehilangan arah. Sampai yang terjadi akhirnya...

BRAKK

Bagian samping Mobil Ferarri itu dihantam habis oleh tiga mobil lainnya, sampai terdorong menghantam bagian depan mobil Damar.

BRAKK

Damar yang sebenarnya masih bisa menghindar, malah tidak bergerak sama sekali. Membiarkan mobil lain yang melaju dari arah tikungan menghantam mobilnya.

BRAKK

Hantaman terakhir kini berasal dari mobil lain yang menabrak bagian belakang mobil Damar saat tiba-tiba ia memundurkan mobilnya, sampai mobil Damar sedikit terlempar ke depan, menabrak lagi dua mobil ringsek yang berada di depannya. Hingga terciptalah tabrakan beruntun yang melibatkan tujuh kendaraan bermobil, termasuk mobil Damar, tepat di perempatan jalan raya yang letaknya satu kilometer dari lokasi taman tujuan Damar.

"Argh," lirih Damar sambil menyentuh keningnya yang sudah berdarah-darah karena membentur keras setir mobil yang berada tepat di hadapannya. Damar memejamkan matanya beberapa saat, berupaya untuk menahan rasa sakit yang menyiksa kepalanya.

Melalui kaca mobilnya yang nampak retak, samar-samar Damar dapat melihat seberapa buruk kondisi mobil-mobil lainnya yang ternyata jauh lebih ringsek dibanding mobilnya sendiri. Bahkan salah satu di antaranya ada yang mengeluarkan asap. Sampai tak lama dari itu memunculkan percikan api.

"Semuanya keluar, selamatkan diri kalian! Ada mobil yang mau meledak!" Seorang bapak-bapak dari seberang jalan berteriak sekencang-kencangnya. Meneriaki siapa pun yang masih sadar agar segera keluar dari mobilnya masing-masing.

Damar mendengar itu. Tetapi lagi-lagi Damar bersikap seolah telinganya tertutup. Dia mengabaikan segala suara yang masuk ke pendengarannya. Damar memang sengaja tidak ingin menyelamatkan diri. Damar berpikir, mungkin ini merupakan cara Tuhan menakdirkan dirinya, agar dia bisa menyusul Renaya 'di sana'.

Tok tok tok

Tahu-tahu seseorang mengetuk pintu kaca mobil Damar. "Mas, keluar, Mas!"

Damar diam. Tidak bergerak sesenti pun dari posisinya. Dia hanya mengatur napasnya sekaligus menahan rasa sakit juga perih yang menjalar di seluruh tubuhnya.

Tok tok tok

"Mas, keluar!" Orang itu mencoba untuk membuka pintu mobil Damar. Namun tidak bisa. Damar sudah terlanjur menguncinya.

Sementara orang-orang sangat panik akan dirinya, di dalam mobil Damar malah memejamkan matanya. Bersamaan dengan itu, air mata terjatuh dari ujung matanya. Dalam pejamannya, yang terbayang oleh Damar hanyalah sosok Renaya. Senyum Renaya, tawa Renaya, wajah cantik Renaya. Seseorang yang begitu anggun, yang telah menjadi gadisnya selama tiga tahun, dan masih terhitung sampai detik ini.

"Tenang, Nay. Aku gak akan biarin kamu sendirian 'di sana'. Aku akan temani kamu, biar kamu gak kesepian. Tunggu aku, Nay."

DUARRR!!!

Setelahnya hanya ada suara ledakan besar yang memekak telinga. Ledakan yang tak mampu lagi terhindarkan oleh Damar.

===

a/n: gimana sama prolognya? ini beda bgt sama yg versi novel. jadi buat yg udh beli novelnya, kaliam gak perlu kecewa yaaa.

Lost MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang