16. Mencintai Tanpa Dicintai

9.2K 977 35
                                    

Cinta memang bukan tentang siapa yang mengenal lebih lama, dia yang bisa memilikinya. Melainkan tentang siapa yang mampu mengungkapkannya lebih dulu, tanpa perlu mengkhawatirkan segala resiko dalam mencintai tanpa dicintai.

• • •

"Emang info apa yang di mading? Kenapa pada bicarain penampilan, ya?"

"Nggak tau." Bahu Hellen bergedik tak acuh.

"Kita nggak akan tau, kalau kita nggak liat!" seru Sera yang langsung menyelip sana-sini demi mendapati posisi paling depan. Yang kemudian, mau tidak mau Hellen dan Naya menyusulnya.

Dalam rangka merayakan hari ulangtahun SMA Bangsa, sekaligus melaksanakan acara puncak Event Anak Bangsa, seluruh siswa diwajibkan untuk hadir pada hari Sabtu minggu ini.

Pukul : 19.00 WIB - Selesai

Tempat : Aula Gedung SMA Bangsa

Dresscode : Putih (Bagi perempuan) & Jas Hitam (Bagi laki-laki)

🌺

Tepat di depan gerbang sekolah, langkah Naya, Sera, dan Hellen terjegat oleh Nael yang sudah bersiap duduk motornya yang terparkir dengan mesin menyala.

Sesaat cowok itu menaikkan kaca helm fullface-nya. "Naik."

Naya terdiam, tidak langsung menuruti perintah Nael. Sampai Hellen menutur, "Lo duluan aja nggak apa-apa, Nay. Sera biar gue aja yang nemenin. Rumah gue deket inilah."

"Iya, Nay. Gue sama Hellen aja," tambah Sera.

Tadinya, Naya dan Hellen memang sudah janji untuk menemani Sera, sampai Yoga selesai latihan band sekitar lima belas menit lagi. Karena ia pikir Nael hanya menjemputnya ke sekolah saja. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Nael akan mengantarnya pulang juga. Makanya saat ini gadis kacamata itu merasa sangat tidak enak hati pada Sera.

"Seriusan nggak apa-apa?"

Hellen menggeleng dengan senyuman, pertanda tidak mempermasalahkan. "Udah naik cepetan," omelnya pada Naya yang masih saja terlihat bingung.

"Iya-iya. Lo berdua hati-hati ya."

Di sisi lain, percakapan antara Naya, Sera, dan Hellen membuat Nael menggelengkan kepalanya. Melihat apa yang dia lihat barusan, sebagai laki-laki, Nael sungguh tidak mengerti kenapa terkadang perempuan suka meribetkan hal yang seharusnya bersifat sepele.

🌺

Setelah beres memarkirkan motornya, Nael berjalan menyusul Naya memasuki kedai yang Nael baru tahu adalah milik ayahnya Naya, Mario. Meskipun di dalam cukup ramai, kedatangan Naya tetap dapat langsung disadari oleh Mario. Pria paruh baya itu menghentikan sejenak apa yang sedang dia kerjakan, lalu melepas celemek yang hinggap di tubuhnya.

"Sudah pulang anak Ayah," sambut Mario dengan senyuman hangatnya.

"Iya, Yah," Naya menjawab seraya mencium tangan ayahnya, yang disusul oleh Nael. "Ini Nael, Ayah. Kakak kelas Naya."

Mendengar itu seketika Nael melirik tajam pada Naya. Bagaimana bisa gadisnya lupa akan status mereka yang telah resmi berpacaran?

"Oalah, yang kemarin menjemput Naya ke sekolah, ya?"

Nael tersenyum seraya mengangguk. "Iya, Om."

"Silakan duduk, Nak." Dengan cekatan Mario menggiring Nael ke salah satu meja terdekat yang kosong. "Mau minum apa? Sudah makan siang?"

Lost MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang