2. Nama

21.5K 2K 80
                                    

"Nama lo siapa?"

• • •

Nael langsung menoleh cepat ke arah Nata dengan alis yang tertaut rapat. "Naya?"

"Bukan, bukan. Dia bukan Naya yang gue tanyain ke lo. Dia Naya adeknya temen ngeband gue, sekaligus tetangga gue di Jakarta."

Meskipun memberi respon seakan percaya, dan tidak ambil pusing, nama milik gadis itu yang benar-benar terdengar tidak asing di telinganya membuat Nael sebenarnya tidak bisa langsung percaya begitu saja apa yang dikatakan Nata barusan.

"Eh, lo nggak kasih dia name tag?" tanya Nael kemudian.

"Oiya!" Nata langsung mengambil asal salah satu dari sekian banyak tag nama yang dibawanya. Kemudian menyerahkan yang satu itu pada Nael. "Lo aja, nih, yang kasihin. Tolong. Gue mesti bagiin yang di barisan."

Sesuai dengan tebakannya, memang itu tujuan Nael mengingatkan tentang tag nama pada Nata. Nael memang sedang membutuhkan alasan untuk mengejar si cewek aneh itu. Karena sejujurnya mendengar Nata memanggil gadis itu tadi, sangat membuat Nael penasaran akan nama lengkapnya.

"Yauda, biar gue aja."

Setelah mengambil satu tag nama itu, Nael langsung mengejarnya. Nael hafal betul ke mana arahnya berlari. Tak lama ia mendapati dari kejauhan Naya seperti sedang melaporkan hasil tandatangan di jidatnya pada seseorang berjas OSIS.

"Eh, cewek aneh!" panggil Nael saat ia sudah berada di dekat Naya yang langsung membuat Naya menoleh.

"Iya, Kak?"

"Ini name tag lo, dari Nata."

"Oh," sahut Naya seraya menerima name tag yang disodorkan Nael. "Makasih, ya, Kak," ia tersenyum pada Nael.

Tanpa banyak basa-basi Nael bertanya, "Nama lo siapa?"

"Kenapa emang?" balas Naya bertanya balik.

"Nama lo siapa?"

Sesaat Naya merasa heran melihat Kakak Kelasnya itu mencecarnya dengan terus mengulangi pertanyaan yang sama. "Namaku Naya. Kenapa emang, Kak?"

"Nama lengkap?"

"Naya Vaneyla?"

"Lo yakin itu nama lengkap lo? Bukan Renaya Mahira?"

"Yakinlah, orang namaku sendiri. Emang buat apa Kakak tanya nama lengkapku?

Tanpa berminat untuk menjawab, Nael pergi menyisakan Naya yang masih mematung keheranan di pijakannya.

🌺

"Udah jangan nangis terus," Sesosok laki-laki yang sudah siap dengan koper besarnya mengusap garis air mata di pipi Naya.

Sementara Naya yang sudah tidak sanggup lagi untuk menahan sesaknya hanya bisa terdiam tanpa berani menatap langsung kedua mata milik abangnya, Kevin. Naya masih belum bisa menyiapkan dirinya untuk berada jauh dari Kevin, sedangkan sejak kecil hanya Kevin satu-satunya orang yang selalu ada untuk dirinya.

"Nanti, kalau gue udah lulus kuliah, gue pasti balik lagi, kok. Lo tenang aja."

Perlahan Naya mengangkat kepalanya, memberanikan diri untuk menatap mata Kevin yang ternyata juga sedang menatap ke arahnya. "Bang Kevin janji?" tanya Naya di sela-sela isakannya.

Kevin mengangkat sebelah tangannya lagi. Kali ini ia gunakan untuk mengusap puncak kepala adiknya. "Pokoknya lo tenang aja. Gue pasti bakal sering ngehubungi lo."

Lost MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang