Flip the Table

8.4K 582 97
                                    


Pernahkan kalian memikirkan seonggok sampah? Aku yakin tidak. Siapa pula yang mau memikirkan barang kotor seperti itu? Menjijikkan, busuk, kotor, hina.

Tapi kawan, aku mendeskripsikan diriku sendiri seperti itu, seperti sampah. Ya, gundukan sampah berlapis emas.

Aku seorang bajingan kelas kakap. Senang mencuri dan meludahi hati yang 'hinggap'. Mempermainkan hati manusia layaknya sebuah permainan anak TK, mudah dimainkan dan mudah pula untuk kubuang begitu saja.

Hey, jangan menatapku seperti itu. Aku tau wajah dan uangku sama-sama rupawan. Aku bukan bajingan yang memiliki wajah jelek, dan aku jauh dari kata miskin. Aku bajingan classy.

Aku tipe orang yang sarapan dengan croissant otentik dari bakery ternama di Perancis, meminum kopi terbaik, susu berkualitas dari sapi perah Switzerland. Dan jangan lupa, para maid cantik yang membawakan nampan berisi sarapan setiap pagi ke kamarku.

Hidupku mewah dan sangat sempurna.

Oh tidak, belum sepenuhnya sempurna. Ada satu hal yang belum bisa kudapatkan selama aku hidup di dunia ini.

Kalian tau apa?

Yap.

Cinta.

Aku heran dengan kalian para pecandu belaian cinta. Darimana kalian mendapatkan cinta? Mengapa kalian begitu tergila-gila dan bahagia? Sedangkan aku yang hampir-- setiap minggu mengganti 'hati', aku merasa bosan. Bagaimana cara kalian bertahan dengan satu cinta?

Kebingungan dan keherananku berhenti pada suatu hari, dimana aku melihat sesosok manusia-- bukan, aku yakin dia bukan manusia. Ia seorang malaikat berparas menawan. Ia tinggi, berkulit putih bersih, matanya lebar, anehnya ia seperti kelinci. Sosok itu sangat manis. Entah darimana aku mendapat dorongan kuat untuk memilikinya, dan bukan sekedar untuk 'hinggap', tapi menetap. Kuakui, dia sangat memikat.

Pernahkah kalian melihat senyum yang paling menawan selain milikku?

Ah, sedikit narsis tidak akan mengurangi ketampananku.

Senyum sosok itu telah memutarbalikkan duniaku, kawan. Betapa hebatnya kekuatan dari satu senyum manisnya itu.

Aku tidak sengaja melihatnya ketika perusahaanku mengirim bantuan untuk sekolah itu. Ya, dia-- malaikat itu bekerja sebagai salah satu guru disana, di sebuah taman kanak-kanak di pinggir kota. Penampilannya jauh dari kata mewah. Ia sangat sederhana namun terlihat-- hangat. Senyuman dan gestur tubuhnya menyiratkan kasih sayang dan cinta yang kuat.

"Terimakasih banyak atas bantuannya, kami sangat sangat berterima kasih." Ucapnya sambil membungkukkan badan.

"Ah, kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, aku tidak layak mendapatkannya. Berterima kasihlah kepada tuan muda." Balas sekretaris pribadiku.

Ia berdiri tegak dan terlihat bingung,

"Tuan muda?" Tanyanya.

"Benar sekali. Beliau disini." Ia menghadap padaku dan menundukkan badannya.

Mata indah itu menatapku, tepat ke arah mataku. Lalu perlahan ia tersenyum dan membungkukkan badannya.

Oh tidak, aku salah tingkah saat matanya bertemu denganku. Bibir bawah kugigit untuk menyembunyikannya. Aku tidak biasanya lemah seperti ini ketika ditatap oleh seseorang.

"Terima kasih, tuan. Anda sangat murah hati. Semoga semua urusan Anda lancar dan mendapat banyak kebahagiaan."

"A-ah, jangan berlebihan. Tapi, terima kasih." Balasku lantas tersenyum.

"Tuan muda Moon, semua urusan disini sudah selesai. Mari kita kembali ke kota." Ucap sekretarisku sopan.

"Kembalilah terlebih dahulu, aku akan menyusul nanti."

[Oneshoot] Ilyoung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang