Sorry

4.8K 564 105
                                    

Taeil berkali-kali menggigit bibir bawahnya. Satu tangannya mengusak rambut frustrasi, sedangkan tangan lainnya sibuk memencet mouse dan keyboard.

"Frame macam apa ini?"

"Sial, blur!"

"Kenapa orang seperti ini dipekerjakan?"

"Hmm.. lumayan."

"Apa dia niat untuk memotret? Anglenya sangat jelek."

"Dang, seharusnya ini bisa lebih bagus!"

Taeil mengumpat sendiri di bilik kerjanya. Sebagai penyunting gambar, ia harus jeli dalam memilih gambar mana yang akan diterbitkan.

"Editor-nim, kau harus istirahat. Sepertinya pikiranmu kacau." Taeyong, rekan kerja Taeil berseru dari seberang bilik.

"Ya, aku bisa mendengar banyak umpatan." Sahut Johnny.

"Tidak ada foto bagus untuk hari ini. Bagaimana aku bisa tenang?!" Taeil menaikkan nada bicaranya.

Johnny berjalan ke arah bilik Taeil, ia penasaran dengan hasil foto yang dimaki-maki oleh Editornya tersebut.

"Biarkan aku melihatnya." Kata Johnny dengan sedikit membungkuk.

Taeil menunjukkan sederet foto, dan Johnny hanya mengangguk paham.

"Kita bisa hilangkan noise di area gelap. Dengan bermain exposure dan white balance, foto itu bisa jadi lebih baik. Menurunkan sedikit highlights juga akan sedikit membantu." Jelas Johnny setelah melihat semua foto dari layar PC Taeil.

"Aku tau kau sedang ada masalah, Hyung. Selesaikan dulu masalahmu. Biar foto ini kami yang urus." Lanjutnya.

Taeil memijat pelipisnya,

"Apakah terlihat segamblang itu?"

"Kami jarang mendengarmu mengumpat, Hyung. Sudah pasti kau ada masalah jika kau mulai mengatakan kata-kata itu." Sahut Taeyong yang masih berkutat dengan pekerjaannya.

"Baiklah, aku pergi dulu." Ucap Taeil sambil menyambar jas kantornya.

Taeil melangkahkan kakinya cepat-cepat ke arah florist yang letaknya tidak jauh dari kantor. Ia memilih baby breath untuk kunjungannya kali ini. Setelah itu, Taeil menuju perkiran mobil dan segera meluncur ke rumah kekasihnya.

Sebelum keluar dari mobil, Taeil mengatur nafas sebanyak mungkin. Perasaan grogi menjalari seluruh tubuhnya. Lalu ia melepas seatbelt dan mengambil sebuket baby breath di sampingnya.

"Tetap tenang, Moon Taeil. Senyum. Senyum. Senyum." Katanya seorang diri.

Taeil melangkahkan kakinya perlahan ke arah arah pintu bercat creme dengan gaya modern. Pintu yang selama ini ia tatap sebelum seorang dengan wajah manis menyambutnya dari dalam.

Mungkin kali ini tidak.

Bukan wajah manis yang ia dapat.

































Taeil memencet bel.

Tidak lama setelah itu, terdengar suara kunci yang diputar, lalu pintu terbuka.

"Apa urusanmu?" Kata pemilik rumah.

"Selamat siang, Hyung. Bolehkah aku bertemu dengan Doyoung?" Taeil menampilkan senyum terbaiknya.

"Tidak." Jawab pemilik rumah ketus.

"Hyung, biarkan aku menyelesaikan masalah ini."

"Tidak." Katanya sambil menutup pintu.

[Oneshoot] Ilyoung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang