Unattained

3.2K 374 88
                                    

"Belum pulang?" Tanya Taeil yang melihat Doyoung-- salah satu waiter di tempat kerjanya, sedangkan Taeil sendiri adalah seorang penjaga kasir.

Doyoung masih sibuk mengelap meja dan hanya tersenyum tenang menanggapi pertanyaan Taeil.

"Hyung punya hotpack?" Tanya Winwin-- waiter lain yang amat manis menurut Taeil, menghampirinya dengan senyum yang terkembang apik.

Taeil mengeluarkan hotpack berwarna hijau dari kantung apronnya, lalu menyerahkannya pada Winwin.

"SinB sedang kesakitan di belakang, aku tidak tega melihatnya."

Wajah Taeil berubah khawatir seketika,

"Huh, sakit?"

Winwin terkikik sebelum menjawab pertanyaan Taeil, lalu membisikkan sesuatu di telinganya.

"Tamu bulanan."

Wajah Taeil berubah saat itu juga.

"Buatkan teh hangat."

Winwin mengangguk sambil berlalu meninggalkan Taeil yang sibuk dengan jumlah uang dalam mesin kasir. Ia menata dengan telaten antara nominal satu dan yang lainnya.

Doyoung yang tidak sengaja mendengar percakapan antara Taeil dan Winwin, berjalan mendekat dan menyandarkan tangannya pada meja kasir, menatap Taeil.

Taeil yang merasa diperhatikan, mendongak dan balas menatap mata bulat Doyoung.

"Sebenarnya kau menyukai siapa? Winwin atau SinB?" Tanya Doyoung tanpa basa basi.

Taeil tersenyum kecil.

"Jawab aku, Hyung."

Taeil semakin terbahak.

"Menyebalkan." Doyoung beranjak dan kembali mengelap meja di sisi terjauh kafe.

Tidak lama setelah selesai merapihkan seluruh sudut kafe, semua karyawan membersihkan diri dan bersiap untuk pulang.

Tetapi, cuaca di luar sangat mengerikan. Hujan turun dengan derasnya, serta angin kencang yang membuat beberapa pamflet-- yang biasa dipasang di dinding toko-- ikut berterbangan terbawa angin.

"Sial, mimpiku untuk segera menyesap cokelat hangat dibalik selimut tebal sambil menonton drama menguap begitu saja." Keluh SinB.

Winwin yang sudah siap pulang dengan mantel tebalnya, sedang berbicara dengan seseorang di telepon.

"Lima menit." Ucapnya.

Ia diam sebentar, lalu berkata "Baik, lima belas menit." Telepon ditutup.

Winwin tidak menyadari bahwa ketiga teman kerjanya sedang memandang ke arahnya.

"Apa?" Tanyanya setelah menatap tiga pasang mata bergantian.

"Sopir pribadiku terlambat menjemput. Dan maafkan aku, hanya SinB yang akan ikut."

SinB lantas berteriak karena terlampau senang, tidak menyadari detik setelahnya nyeri perut yang ia alami kembali menyerang.

"Aack!" SinB jatuh terduduk di lantai sambil memegangi perutnya.

Taeil dengan sigap membantu SinB berdiri dengan rengkuhan yang melingkar di pundak perempuan berambut cokelat panjang itu.

Doyoung mendecih perlahan dan tersenyum sinis.

Saat ia mulai membuka mulutnya untuk memaki tingkah SinB, sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti tepat di depan kafe mereka.

"Maafkan aku meninggalkan kalian disini. Tapi SinB sedang sakit, kami duluan." Ucap Winwin sambil mengamit lengan SinB, melangkah tergesa dan segera masuk ke dalam mobil mewah itu.

[Oneshoot] Ilyoung ✔Where stories live. Discover now