Tujuh Belas

950 161 20
                                    

"BANG, maaf ya cuman ada segini aja."

Wonwoo mendongak, perhatiannya dari ponselnya tertuju pada Chan yang udah kelihatan linglung abis. Sebenarnya juga gugup sih. Adik Soonyoung itu menggeser gelas berisi cairan berwarna kuning jerukㅡpaling sirup ya, batin Wonwoo. "Iya, gapapa kok Chan," Wonwoo membalas ramah. Lagian dia juga sebenarnya kesini sebentar aja. Ketemu Soonyoung, terus pulang deh. Dikasih air putih juga sebenarnya gapapa sih, tapi Wonwoo juga enggak enakan orangnya untuk menolak tawaran tuan rumah. Ya walau Chan lebih muda darinya sih.

Kemudian, suasananya jadi sangat canggung setelah itu. Chan udah kayak orang tolol satu duniaㅡini dia sendiri yang ngatain dalam hatinyaㅡ, sedangkan Wonwoo asyik memainkan ponsel, asyik scrolling Instagram padahal enggak ada yang menarik. Supaya kesannya dia enggak peduli sama situasi awkward ini aja.

Sebenarnya, Chan sendiri paling enggak betah sama momen-momen kaku kayak gini, tapi apa daya ketakutan dia sama Wonwoo jauh lebih besar dari gengsinya saat ini. Alhasil dia cuman memandangi sekeliling ruang tamunya, berharap bakal menemukan sesuatu yang bisa membuatnya lari dan pergi meninggalkan Wonwoo. Seperti kecoa terbang.

Naasnya, di siang bolong kayak gini, kemungkinan menemukan kecoa udah pasti hanya 5 persen berbanding 100.

Pikiran Chan jadi berperang sendiri.

Haruskah dia telepon abangnya?

Atau; nyusulin abangnya ke rumah Bang Seungcheol? Cuman untuk memberi tahu keberadaan Wonwoo di rumahnya?

Opsi satu kayaknya lebih baik, Chan menjawab sendiri dalam hati. Setidaknya, dia juga enggak segila itu untuk lari ke rumah Bang Seungcheol di gang sebelah, meneriaki kakaknya untuk balik ke rumah hanya karena ada pacar kakaknya yang ditakuti Chan. Mau ditaruh mana muka Chan nanti di depan Seungcheol. Pasti dia bakal jadi bulan-bulanan Seungcheol kalau mereka nongkrong bareng nantinya.

"Bangㅡ"

"ㅡChan"

Chan terdiam.

Wonwoo juga.

Ini keduanya kenapa jadi salah tingkah sih? Chan menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal, "Abang duluan aja yang ngomong," tawarnya sopan.

Wonwoo terkekeh. Sembari meletakkan ponselnya di meja, dia bertanya, "Soonyoungnya masih lama ya, Chan?"

"Mau ditelepon dulu bang?" tawar Chan cepat, diam-diam senang dalam hati karena ada satu kesempatan cemerlang datang untuk pergi dari situasi ini.

Wonwoo mengangguk. "Boleh deh. Soalnya gue pc enggak dibalas."

Chan ber-oh ria sebelum menambahkan, "Paketnya bang Soonyoung habis, bang. Baru mau dibeli nanti malam pas nyokap balik." Lalu dia buru-buru pamit ke kamarnya, menutup pintu kamarnya dan lantas langsung menghela nafas lega.

Misi satu untuk kabur dari Bang Wonwoo berhasil.

Chan meraih ponsel di saku celananya, mencari nama kontak kakaknya itu lantas langsung menempelkannya ke telinga setelah mendengar nada sambungnya. "Nih nada sambung lu gaada yang lebih bagus apa bang," dumel Chan heran.

Ya soalnya nada sambungnya Soonyoung, Om telolet om. Jelek banget enggak sih, humor kakaknya itu. Keseringan akrab sama Bang Seokmin dan Bang Jaehwan kayaknya pengaruh banget sama humor sensenya Soonyoung.

Tidak menunggu lama, teleponnya terangkat. Baguslah, jadi Chan enggak harus mendengar nada sambung yang tidak berfaedah.

"Halo, bang."

Simpangan Cinta ㅡ soonwooWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu