Dua Puluh Enam

572 76 13
                                    

Eums, hi? Mungkin basa-basi sedikit tapi...... ada yang masih ingat cerita ini?

*

DUA PULUH ENAM

*

PUTUS.

Soonyoung punya histori yang amat sangat jelek dengan kata ini. Selama 3 kali pacaran, selalu dia orang yang mendengar kata ini dari pasangannya. Dan, untuk keempat kalinya di siang itu, dia kembali mendengar kata ini.

Jadi, bayangkan bagaimana kalau posisimu adalah Soonyoung?

"Bentar haha," Lihat 'kan, sekarang saja dia masih mencoba denial. Enggak. Enggak mungkin. "Kamu bercandanya serem, deh." Suaranya tercekat di sela-sela tawa yang dipaksakan. Matanya mulai mengabur, air mata setan tolong jangan keluar di depan Wonwoo.

Yang dicandain menghela nafasnya, "Serius."

"Tapi kenapa?" Satu oktaf suara Soonyoung mulai naik. "Karena aku minta tolong Bang Seungcheol?"

"Enggak."

"Terus?" Soonyoung mengusap wajahnya kasar, dia frustasi. Enggak boleh. Kalau dia diputuskan dengan alasan konyol hanya karena Seungcheol memilih Wonwoo, maka dia sama sekali enggak terima diputuskan. Ini enggak adil untukㅡ, "Karena kamu nggak jujur."

Soonyoung diam. "Apa?" Enggak jujur?

Lagi, Wonwoo menghela nafasnya, dan sambil membuang muka dia mengulangi kata-kata itu, dan menyadarkan Soonyoung kalau kesalahannya memang bukan kesalahan konyol. Itu kesalahan fatal.

"Karena kamu nggak jujur sama aku, soal Bang Seungcheol yang ternyata tetangga kamu, soal kamu minta tolong sama dia buat lihat aku dapat posisi ini. And, do you think I'm okay after I heard your lies not by yourself, tapi malah dari orang lain?" Soonyoung menelan ludahnya, he missed this part. Betrayal. Harusnya dia tahu rasanya setelah bagaimana diputuskan sepihak tiga kali, tapi sayangnya sekarang dia sendiri yang melakukan ini?

"Gue udah pernah cerita 'kan?" Soonyoung mendongak, bertemu tilik mata Wonwoo yang putus asa. "How did I break up with my last ex? Gue rasa tanpa gue ceritain, lo juga udah pernah denger. Bohong mungkin bukan big deal buat lo, tapi buat gue Soonyoung," Wonwoo menatap tajam Soonyoung, "Itu jadi salah satu trauma yang paling mengecewakan."

*

2 minggu lalu, Chan pernah bertanya, walaupun ada yang dikenal White Lies, tapi kalau ada kata Lie di belakangnya, buat apa? (Dia bertanya ini karena mata pelajaran Sosiologi, tapi berhasil membuat Soonyoung jadi merenung sekitar.... 5 menit? 10 menit? Mungkin?)

Tapi, pertanyaan Chan memang betul. Dan bodohnya, Soonyoung baru sadar, baru dapat pelajaran hidup di hari ini bahwa oh, ternyata memang nggak ada namanya White Lies. Mau digunakan untuk tujuan sebaik apapun, kebohongan tetap kebohongan. Ada sesuatu yang ditutupi. Sesuatu yang tidak seharusnya, semestinya, berada di tempatnya. Dan ketika semuanya terkuak, satu-satu hal tersebut kembali ke tempatnya. Dengan terpaksa.

Soonyoung sudah kelar menangis, omong-omong. Tidak ada yang berani masuk ke kamarnya. Dia diantar pulang Seungcheol, sepanjang jalan cuman terdiam. Ketika sampai, langsung masuk kamar. Menangis. Sekarang ketika sudah baikan, dia lapar. Jadi, cowok itu bangkit, membuka kenop pintu kamarnya dan berjalan ke arah dapur, menemukan sebungkus roti bagel di meja. Ada note kecil dengan tulisan familiar, cukup berantakan sih tapi masih bisa dibaca Soonyoung.

Maaf, gue keceplosan.

Bahkan, Soonyoung nggak punya tenaga lagi untuk sekadar mengumpati kertas ini. Toh, sebenarnya dia juga tidak punya hak? Pikir baik-baik coba, kalau tidak sekarang, mau berapa lama lagi dia tidak jujur ke Wonwoo? Jadi, ya sudah. Soonyoung cuman tersenyum tipis, mengambil kertas itu dan menyelipkannya ke saku celananya, lalu memakan roti bagel itu sambil termenung.

Simpangan Cinta ㅡ soonwooTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon