Sudana Bagian 2

38K 589 27
                                    

Pak Sudana segera masuk ke kamar mandi. Seperti biasanya yang dilakukan setelah pulang kerja adalah mandi, tadinya Pak Sudana tidak begitu memperdulikan hal-hal kecil seperti ini tapi sejak dia tinggal bersama Dimas, banyak hal-hal kecil yang pelan-pelan diubah oleh Dimas dari dirinya dan dia tidak merasa keberatan karena apa pun yang diminta oleh Dimas menurutnya adalah demi kebaikan diri dia sendiri dan juga untuk mereka berdua.

Tak lama kemudian Dimas masuk juga ke kamar mandi. Dilepasnya baju dan celana yang dipakainya. Lalu Dimas menuju shower yang sudah dinyalakan oleh Pak Sudana. Baru saja dia berdiri dibawah shower dan membasahi tubuhnya, Pak Sudana mematikan shower tersebut.

"Lho kok dimatiin, bang? Enak tau diguyur air anget gini di kepala."

Pak Sudana kemudian membalikkan tubuh Dimas, diciumnya Dimas sambil didorongnya tubuh Dimas sampai menempel ke dinding kamar mandi. Diangkatnya kedua tangan Dimas dan dipegangnya. Dimas merasakan kontol Pak Sudana bergesekan dengan kontolnya. Pak Sudana kemudian masih dengan memegang tangan Dimas lalu menurunkan kepalanya dan mengarahkan mulutnya ke putingnya Dimas.

"Ooooh .. Baaaanggg ... Ssshh .. Baaanggg .. Aahhh .. Baaanngggg .. Abaaaannggghhh .. Eeuuhh ... "

Setelah beberapa saat, Pak Sudana kemudian melepaskan kedua tangan Dimas yang dipegangnya. Dimas tidak mensia-siakan kesempatan itu, dipeluknya Pak Sudana erat-erat lalu diciumnya dengan penuh rasa. Kedua lidah mereka saling bermain. Setelah itu Dimas menurunkan kepalanya dan mulutnya mengenyot putingnya Pak Sudana sambil tangannya yang satu meremas dada Pak Sudana dan sesekali meremas kontol Pak Sudana.

"Oooohh .. Bangsaattttthhhh .. teruuss yaangggh .. teruuusshh .. kenyoottt puting abaangghh .. Ssshhh .. Enaaakk yaaannggg ... Hooohh .. Aarrggghhh .. Yaannggghh .. Teruuusss ... Gigit yaaangghhh .. Gigiittt ... Anjiiinggghhh .. gitu yaaangggh gituuu teruuussshh ... "

Dimas semakin menjadi mendengar desahan dan racauan Pak Sudana.

Dimas kemudian berdiri dan membalikkan tubuh Pak Sudana seraya mendorongnya ke dinding kamar mandi setelah itu dia berlutut, diremasnya kontol Pak Sudana perlahan. Pak Sudana mengelus elus kepala Dimas. Dimas memasukkan kontol Pak Sudana kedalam mulutnya dan mulai mengisap sambil sesekali memainkan lidahnya di lubang kencing Pak Sudana.

"Euuuhhhhgggg ... yaaaangggghhh ... aaaaahhh .... Ampuuunnnn ... enaaakkkhh yaaangghhh .. Aahhh .. iseepp kontol abangg yaaaanggghhh .. iseep teruuussshh .. Ssshh ... Yaaannggghhh ... Aahhh .. Bangsaaattthh lo yaaaanggg ... ini kenapaaahh enaaakkh sekaliiihh .... "

Dimas terus mengisap kontol Pak Sudana dan sesekali tangannya meremas dada Pak Sudana. Basahnya air shower sudah tergantikan dengan keringat. Badan Pak Sudana dengan dadanya yang bidang dan putingnya yang sexy itu semakin mempesona.

Pak Sudana kemudian menarik kontolnya dari mulut Dimas, ia kemudian menarik Dimas untuk berdiri setelah itu kembali didorongnya tubuh Dimas menempel pada dinding kamar mandi. Pak Sudana kemudian mengangkat satu kaki Dimas dan kemudian dia mengarahkan kontolnya ke lubang pantat Dimas setelah itu didorongnya kontolnya masuk.

"Baaanggghh ... Arrggghhh ... Ssshh ... Abaannggghhh oooohhh kontol abaaangghhh .. Heeeuuhh enaaakkhh baanggghhh ... "

Pak Sudana mendorong semua kontolnya masuk setelah dirasakan semua sudah didalam pantat Dimas, ia kemudian mengangkat satu lagi kakinya Dimas. Dimas lalu merangkul leher Pak Sudana dan mencium bibir Pak Sudana. Pak Sudana dalam posisi menggendong Dimas kemudian menaik turunkan badan Dimas sehingga kontolnya maju mundur di lubang pantat Dimas.

"Ssshh .. Aaahh ... Aaaahh ... memekk enaaaaakkhhh .. hoooohh .. hooohhh ... ssshh ... enaakkh yaaangg? Enaaakk kontol abaaanggghh? .. Sshh .. ssshh .. aarrggghh .. arrgghh ... legittt memekhhh kamuuh yaanggghhh .. "

"Oohh banggghh teruuusss sodoookkhh teruusss mentokiiinn bangghh mentookiinnnn, kontol abaangghh enaaakkhh ... aaarrggghh ... teruusshh baanggg teruusssh janggaaannn dicabuutthhh ... ini memeekkk kepunyaaan abaanggghhh ... puasiin aku baanggghhhh ... "

Kata kata kotor, desahan dan racuan terus diucapkan oleh keduanya. Pak Sudana sudah benar-benar banjir keringat tapi dia tidak merasa berat ataupun capek . Tak lama kemudian Dimas merasakan dirinya akan segera klimaks.

"Abaaangghh .. oooh abaaanggghhh .... Akuuu mau keluaarrrrhhh .. mau keluaarrrhhh ... Bangggghh aaaaahhh kontoollllll abaaangghh .. Ennnn .. aaaaaaaahhhh .. "

Air mani Dimas keluar muncrat berulang kali membasahi dada Pak Sudana dan perutnya. Pak Sudana kemudian mencium Dimas sambil terus menaik turunkan kontolnya. Klimaks Dimas menyebabkan kontol Pak Sudana pun segera merasakan akan klimaks.

"Hooooohh ... Looo aanjiiinggggghh yaaangggh bikiiinn kontol abaangggh muncraatttt sekaaaarraaanngghh .. Arrggghh yaaaannggggghhh .. Yaanggghhh .. Ooohhh .. Peju abaaanggghh niihh yaaannggghh ngecroottth di memek bini abaaanggghhh .. AAAHHHHHH ... "

Pak Sudana pun klimaks, kontolnya menghentak keras didalam pantat Dimas menyemburkan air mani berulang-ulang.

Dengan posisi menempel pada dinding kamar mandi dan masih dalam gendongan Pak Sudana, Dimas menciumi kening Pak Sudana dan memeluk erat sambil juga menciumi leher Pak Sudana.

Pak Sudana menarik napas panjang kemudian menatap Dimas. Tersenyum. Diciumnya kening Dimas.

"Terima kasih, yang. Abang senang. Abang puas."

"Terima kasih juga, bang, aku senang abang puas. Kan tugas bini muasin laki, bang."

Lalu mereka berdua tertawa.

Setelah itu Pak Sudana menarik kontolnya dari lubang pantat Dimas. Kontolnya masih setengah berdiri. Diturunkannya Dimas dari gendongannya lalu dinyalakannya kran air hangat shower. Mereka kemudian mandi sambil saling menyabuni dan menggosok.

Setelah selesai mandi, Pak Sudana kemudian mengeringkan tubuh Dimas dengan handuk sebelum dia mengeringkan tubuhnya sendiri. Dimas kemudian keluar dari kamar mandi dan mengambil baju yang biasanya ia gunakan untuk tidur dari lemari baju. Kaos tanpa lengan dan celana boxer. Pak Sudana menyusul dan mengambil boxer dari lemari baju yang sama. Pak Sudana jarang memakai kaos jika di rumah, ia lebih suka bertelanjang dada dan Dimas tak pernah berkeberatan Pak Sudana tak memakai kaos, dia suka melihat tubuh Pak Sudana.

Malam itu Pak Sudana memutuskan untuk memesan nasi goreng sebagai makanan untuk makan malam. Dia melarang Dimas untuk memasak walaupun Dimas tak berkeberatan untuk memasak sederhana.

"Enggak usah masak, yang, kita pesan nasi goreng aja."

"Enggak apa apa, bang, sebentar ini kok masaknya, ngga yang susah susah."

"Udahlah, kita capek, abis makan kan bisa istirahat."

Dimas menurut, terkadang dia merasa dia terlalu dominan jadi sedikitnya dia mengalah karena dia tahu terkadang Pak Sudana pun ingin dianggap sebagai kepala keluarga.

Setelah makan dan kemudian duduk sebentar berdua sambil mengobrol tentang kegiatan masing-masing, lalu keduanya masuk ke kamar tidur.

Dimas mematikan lampu kamar tidur dan menyalakan lampu redup yang biasa dia nyalakan karena Dimas tidak terlalu suka tidur terlalu gelap. Setelah itu ia merebahkan diri ditempat tidur. Pak Sudana setelah mengecheck pintu dan jendela serta memati-matikan lampu lalu menyusul masuk kamar dan rebahan disebelah Dimas.

Dimas kemudian memeluk Pak Sudana dan meletakkan kepalanya didada Pak Sudana. Pak Sudana mengelus-elus rambut Dimas sambil sesekali menciumi kepala Dimas.

Tak membutuhkan waktu lama Dimas sudah terlelap, agaknya permainan di kamar mandi tadi sedikit menguras energinya.

Pak Sudana masih terbangun, lalu perlahan-lahan ia memindahkan kepala Dimas ke bantal, disibakkannya selimut yang menutupi dirinya. Setelah itu ia bangkit dari tempat tidur, memakai jaketnya dan berjalan berjingkat-jingkat keluar kamar. Dibukanya pintu depan pavilion lalu ia berjalan terus menuju gerbang.

Sesampainya di pintu gerbang, dibukanya gembok pintu gerbang perlahan lalu dibukanya pintu gerbang itu. Seseorang dengan memakai topi kemudian berjalan masuk. Pak Sudana menaruh jari telunjuknya dibibirnya, orang tersebut mengangguk. Pak Sudana kemudian menutup kembali pintu gerbang dan menggantungkan gemboknya tanpa dikunci di pintu gerbang itu. Keduanya kemudian menuju ke rumah utama tidak ke pavilion, Pak Sudana membuka pintu rumah utama lalu keduanya bergegas masuk ke dalam rumah tersebut.


SUDANAWhere stories live. Discover now