Sudana Bagian 21

16.3K 433 12
                                    

Malam tiba. 

Asep terbangun mendengar nada getar dari telepon tangannya yang dia letakkan disamping tempat tidur. Dia kemudian duduk, mengambil telepon tangannya tersebut setelah itu dibukanya pesan yang masuk bertubi-tubi tersebut. Setelah memahami benar apa yang dibacanya, dia kemudian menghapus pesan-pesan tersebut. Dia beranjak dari tempat tidur, masuk ke kamar mandi yang ada di kamar utama rumah utama tersebut, dinyalakannya shower lalu dia membersihkan dirinya.

Mas Min yang terbangun karena suara getaran telepon tangan milik Asep pun melakukan hal yang sama, dia membaca pesan-pesan yang masuk ke dalam telepon tangannya. Bedanya, setelah dia membaca semua pesan tersebut dan menghapusnya, dia mengambil rokok dan kemudian menyalakan rokok itu.

Asep keluar dari kamar mandi dengan tubuh basah mengkilat karena tidak handukan.

"Mau jalan sekarang?"

Mas Min bertanya sambil menghembuskan asap rokoknya.

"Iyaa, supaya ngga terlambat. Maneh stand by pan disini. Tunggu Kang Ujang pulang baru maneh pergi nyusul."

Mas Min mengangguk. Setelah rapi kemudian Asep berjalan keluar kamar utama, tak lama terdengar pintu rumah utama tertutup pelan.

Yoga seperti mendengar suara teleponnya. Dibukanya matanya, dilihatnya Dimas masih tertidur di dadanya sambil tangannya memeluknya. Diangkatnya tangan Dimas perlahan lalu setelah itu Yoga bergeser perlahan lahan, diangkatnya kepala Dimas dan diletakannya di bantal, Dimas terbangun.

"Ssshhh .. Beb ... Bentar gue cuman mau ngecheck hp gue, takutnya ada pesan dari kantor atau dari Pak Sudana. Lo tidur lagi aja, nanti gue balik lagi sini."

Yoga kemudian dengan bertelanjang tanpa mengenakan apa apa berjalan keluar kamar lalu dia segera ke ruang tamu pavilion tempat dia menyimpan tasnya. Diambilnya tasnya lalu sebelum membaca pesan pesan yang masuk, Yoga menyalakan rokok, dia kemudian duduk dan membuka serta membaca pesan pesan yang masuk ke dalam telepon tangannya tersebut.

Dibacanya dan dipahaminya benar semua pesan itu setelah itu ia menghapus semua pesan-pesan tersebut.

"Ma, mama pulang duluan aja, papa masih harus ke kantor untuk menghadap komandan. Ada hal yang urgent info dari komandan."

Pak Wira berkata saat keluar dari pintu kedatangan di airport.

"Terus mama pulang naik taksi?"

"Enggak, ma, mama bawa mobil, papa sudah dijemput sama ajudan komandan."

Seorang berpakaian tantara lengkap memberi hormat dan kemudian menganggukkan kepalanya pada Bu Wira.

"Eh, Mas Yande. Jemput bapak?"

"Siap. Iya, Bu Wira. Diperintahkan komandan untuk menjemput bapak dan ke mabes karena ada hal darurat yang harus segera dibahas."

Bu Wira tadinya tidak percaya, kali saja suaminya berbohong karena mau menemui pacarnya itu. Tapi karena yang menjemput adalah ajudan komandan suaminya, tentu kini ia percaya bahwa suaminya tak bohong.

"Baik. Silakan kalau begitu, Mas Yande. Biar mobil nanti dibawa oleh saya. Kuncinya, Mas?"

Bu Wira meminta kunci mobil dari ajudan komandan suaminya. Yande memberikan kunci mobil tersebut.

"Diparkir di VVIP, Bu. Biar tas dan bawaan ibu lainnya dibawa sama Sahroni."

Seorang prajurit yang berada dibelakang Yande memberi hormat lalu mengambil barang bawaan Bu Wira. Mereka semua berjalan bersama sama menuju parkiran VVIP. Sesampainya dilapangan parkir tersebut. Pak Wira langsung menaiki mobil dinas dan pergi menuju mabes bersama ajudan komandannya. Sementara Bu Wira kemudian berjalan menuju mobilnya.

SUDANAWhere stories live. Discover now