Sudana Bagian 19

17.5K 453 19
                                    

Pak Sudana kemudian bersama sama dengan Frans kembali ke kamar tempat mereka tidur. Setelah berpakaian rapi, Frans kemudian mencium pipi Pak Sudana.

"Frans pergi dulu yaa, Om Sayang. Pokoknya secepatnya Frans balik lagi sini. Frans belum puas nih."

Pak Sudana tertawa.

"Kerjakan dulu tugas sekolah dengan baik. Om ngga kemana mana kok."

Frans tertawa lalu berjalan keluar kamar. Setelah pintu kamar tertutup dan menunggu beberapa saat. Pak Sudana kemudian mengambil telepon tangannya. DIkirimkannya pesan pada Ujang.

'Aman. Paket segera diambil. Sekarang.'

Setelah itu Pak Sudana segera berpakaian lalu turun ke lantai bawah dan keluar dari rumah warisan orang tua Bu Wira, ia berjalan ke arah warung didekat situ, duduk dan memesan kopi serta indomie. Asep yang sedang stand by lalu segera beranjak begitu melihat Pak Sudana memasuki warung itu. Tampaknya dia sudah mengerti apa yang harus dilakukan. Ujang telah memberikan komando dan langkah yang harus diambil setelah ia menerima pesan dari Pak Sudana.

Selang sekitar 20 menit tampak sebuah mobil bak berhenti didepan rumah, tiga orang memasuki rumah tersebut dan bertindak wajar. Tak lama dari dalam rumah tampak tiga orang tersebut keluar dari rumah dengan menggotong karung yang diikat. Asep kemudian menghampiri tiga orang tersebut, salah satu dari mereka kemudian mengambil kertas dari dalam mobil dan kemudian menyerahkan pada Asep. Setelah membaca selembar surat yang diberikan itu, Asep kemudian menandatangani surat tersebut, dua orang segera masuk kedalam mobil dan satu orang lalu meloncat ke bak mobil tersebut. Tak lama kemudian mobil tersebut pergi.

Skenario yang sempurna, seolah memang ada orang yang menyuruh untuk mengambil paket dari dalam rumah. Asep kemudian masuk ke dalam rumah.

Pak Sudana masih duduk didalam warung sambil menikmati kopinya.

Tak lama terlihat Asep keluar dari dalam rumah lalu berjalan pergi menjauh dari rumah tersebut. Pak Sudana kemudian membayar kopi dan makanannya setelah itu ia berjalan masuk ke dalam rumah tersebut lagi.

Tepat setelah Yoga masuk ke dalam pavilion dan menguncinya, ia mendengar suara pintu pagar dibuka, diintipnya dan dilihatnya Dimas sedang membuka pintu pagar. Yoga lalu bergegas masuk ke dalam kamar tidur Dimas, membuka celananya, menarik selimut dan memejamkan matanya.

Dimas setelah memasukkan mobilnya lalu menutup kembali pintu pagar. Dia kemudian mengambil tas dan juga kantong plastic berisi nasi goreng pesanan Yoga. Setelah mengunci mobilnya, ia kemudian mengambil kunci pavilion dari kantongnya dan membuka pintu lalu setelah itu masuk ke dalam pavilion.

Dimas masuk ke dalam kamar, dilihatnya Yoga dalam posisi tengkurap dan tertutup selimut. Dimas tersenyum, diletakkannya tas kerjanya di meja kerja di dalam kamar lalu setelah itu ditariknya selimut yang menyelimuti Yoga lalu dipeluknya Yoga.

"Mas Yog, katanya lapar. Ayoo makan dulu. Gue udah beliin apa yang lo pesan lhoo."

Yoga membalikkan badanya lalu tersenyum.

"Eh beeebb, lama bener sih. Gue lapar tau nggak?."

Dimas tertawa.

"Sampai ketiduran nungguin lo."

Dimas kemudian mencium Yoga, tangannya membelai dada Yoga.

"Aaaaahh .. Ssshh .. Beb aaahh ... "

"Mau makan nasi goreng apa gue, Mas Yog?"

Yoga tertawa.

"Nasi goreng dulu dong baru lo."

Dimas terus membelai dada Yoga lalu tangannya turun ke perut dan akhirnya tangannya mengenggam kontol Yoga yang sudah setengah berdiri.

SUDANAWhere stories live. Discover now