#25

34.4K 4.8K 448
                                    

"Bunda masih belum sadar?" Tanya Rose ke Mark. Mark mengangguk, tanpa melirik Rose karena ia sibuk memperhatikan Bunda cantiknya yang mulai pucat wajahnya.

Rose menepuk-nepuk pundak Mark karena Mark terlihat seperti menitikkan air mata. Huh, dasar kakak-adik sama-sama cengeng.

"Bunda..." Mark menggoyangkan tangan Irene walaupun Irene tidak bangun lalu Mark menundukkan kepalanya lagi.

Rose merogoh tasnya lalu mendapati nama Jaehyun di layar ponselnya. Ia pun menjawab telepon dari Jaehyun dan sedikit menjauh dari kasur Irene dan Mark.

"Halo Mas?" Rose bersuara.

"Rose, kamu dimana?" Tanya Jaehyun.

"Di rumah sakit. Kenapa Mas?"

"Bunda gimana?"

"Belum sadar."

"Astaga

Tiba-tiba tangan Rose di tarik kencang oleh Mark lalu Rose menunjuk mata Irene yang sedikit berkedip.

"Mark!! Bunda sadar!!!" Pekik Rose lalu ia mematikan sambungannya dengan Jaehyun tadi.

Rose segera mengabari perawat yang bertugas mengurus Irene lalu perawat dan dokternya datang ke ruang VVIP ini dan mengecek keadaan Irene yang sudah mulai sadar.

"Pihak keluarga?" Rose dan Mark mengangkat tangan mereka.

"Eum.. Yang lebih tua saja." Si doktwr menunjuk Rose karena jelas Mark masih terlihat seperti remaja.

Rose pun mengekori dokter tersebut ke ruangannya sampai ia tiba di ruangan yang sepertinya si dokter ini adalah dokter ternama. Dilihat dari piagam-piagam, sertifikat dan lain-lain.

"Saya akan jelaskan kondisi Ibu Irene. Maaf sebelumnya, atas nama siapa dan siapanya Ibu Irene?" Tanya dokter tersebut.

"Saya Roselia, menantunya." Dokter ini mengangguk-angguk lalu mengepalkan kedua tangannya tanda akan siap memberi kabar soal Irene.

"Ibu Irene memang sudah sadar karena imunnya mulai beraktivitas seperti biasa. Tapi, tadi saya sempat sedikit mengajak ngobrol Ibu Irene tapi jawabannya sedikit ngawur, Mbak."

Entah kenapa mendengarnya, Rose seperti ingin menangis. Ia membayangkan jika Jaehyun mendengar kabar soal Ibunya.

"Karena beliau baru sadar, jadi saya tidak bisa mengira apa penyakit yang di idap Ibu Irene. Tapi, yang saya kira adalah PTSD atau post traumatic stress disorder."

Sementara itu, Rose sedang berjalan menelusuri koridor rumah sakit menuju kamar Irene. Dia jadi bingung, gimana cara ngasih tau ke Mark tapi tanpa ngebuat Mark syok atau sedih.

Ya mau gimana pun cara nyampeinnya kayaknya Mark pasti bakal tetep sedih. Apalagi kalo kakaknya Mark tau.

"Kak, kata dokternya apa?" Tanya Mark ketika Rose memasuki ruang rawat inap VVIP Irene.

Rose pun duduk di sofa dan Mark ikut duduk di sofa yang letaknya di seberang sofa yang di duduki Rose.

"Bunda udah sadar, Mark. Tapi lo jangan heran kalo tiba-tiba Bunda ngomongnya ngawur. Bunda lo ngidap penyakit PTSD."

Awalnya Mark nanya, PTSD itu apa. Gue jawab, gue jelasin panjang lebar dari gejala sampai akar-akarnya. Mark syok, dia malah lebih keliatan kacau pas tau ibunya PTSD.

"Ini salah gua." Gumam Mark.

"Enggak Mark. Bunda tuh kayaknya udah ngidap dari lama. Cuma entah di tahan atau di sembunyiin. Gue gatau Bunda stress karena apa, tapi tolong jangan sampe ngebuat Bunda inget sama traumanya. Oke?"

Kepaksa nikahWhere stories live. Discover now