2 || W H Y

5.9K 1.4K 293
                                    

Sunwoo menatap jengah pada sekumpulan orang yang duduk bersisihan di tepi lapangan. Jika bukan karena pengajuan perbaikan loker, Sunwoo lebih suka berdiam di dalam kelas sambil menyesap satu sampai dua susu cokelat kesukaannya ataupun menganggu Seolhee yang biasanya sedang men-download anime di jam-jam istirahat seperti ini.

"Karena semuanya di luar kelas, Wifi-nya jadi lancar. Ini waktu paling berharga untukku."

Sunwoo mendengus sambil sedikit tersenyum jika mengingat kalimat yang Seolhee lontarkan setiap kali gadis itu diajak untuk keluar kelas di jam istirahat.

Bugh!

Sunwoo merasa bagian belakang kepalanya terasa sakit. Dan ia bisa mendengar beberapa suara tertawaan yang menusuk telinganya. Namun suara tertawa itu berhenti kala ia memutar tubuhnya.

Bola basket menggelinding ke arah berlawanan--setelah tadi menyapa kepala bagian belakangnya--dan murid-murid itu menjadi senyap karena baru tau, ternyata yang mereka tertawakan adalah Kim Sunwoo. Si manusia tanpa perasaan. Yang mana, dengan melihat caranya berjalan atau caranya melihat saja membuat orang yang sebelumnya ingin memaki menjadi ciut mental.

"Bola ku meleset." Ujar seorang yang Sunwoo rasa adalah oknum yang tidak sengaja melempar bola basket sampai mengenai kepalanya.

Heo Hyunjoon.

Teman sekelas Sunwoo yang sangat digilai oleh semua gadis di penjuru sekolah--kecuali Seolhee yang rasanya tidak bisa dikategorikan dalam kata 'gadis'. Hyunjoon adalah satu dari sekelompok siswa dalam tim basket yang selalu bermain di jam istirahat untuk jadi tontonan banyak orang.

Orang ini adalah orang yang ingin sekali Sunwoo sumpah serapahi sedari dulu--meskipun ia tak melakukan dosa apapun pada Sunwoo. Ia hanya sekedar sebal melihat mata milik Hyunjoon yang selalu terlihat meremehkan. Seakan-akan dia adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya dimuka bumi ini.

Dan Sunwoo bersyukur saat ini ia punya kesempatan untuk memaki. Semakin sebal ia rasanya ketika pemuda itu berbalik arah meninggalkannya tanpa menunjukkan rasa bersalah sedikitpun.

"Bahkan anak kecil pun tau caranya meminta maaf."

Setelah kalimat itu terlontar, Hyunjoon kembali memandang Sunwoo dengan wajah datarnya.

"Kau sedang mengemis kata maaf?"

Sunwoo terkekeh. Ia benar-benar sudah menantikan momen ini. Momen dimana ia bisa mengata-ngatai pria bermata sipit ini. "Dengar ya, wahai Hyunjoon si haus sensasi--"

"Haus sensasi?"

"Popularitasmu tidak akan turun hanya karena kau minta maaf padaku. Tenang saja, Hyun!"

"Kau," Hyunjoon menggeram.

Dua orang itu saling bertatapan. Suasana menjadi senyap. Menantikan perang macam apa yang akan terjadi hanya karena sebuah bola basket yang meleset ke kepala si pria rakun. Kedua pihak yang sama-sama bermata dingin ini membekukan keadaan.

"Ada apa Hyunjoon?" tanya seorang gadis yang baru saja kembali dari kantin sambil menenteng sepelastik air mineral dan menawarkannya satu kepada Hyunjoon. "Sudah selesai main? Mau minum?"

Hyunjoon berderap menjauh mengabaikan gadis tersebut. Gadis bernama Yookyung yang lumayan dekat dengan tim basket karena statusnya sebagai tim pemandu sorak. Bahkan Hyunjoon tidak menerima air mineral yang telah gadis itu ditawarkan.

Sunwoo tersenyum singkat setelah mengamati ekspresi Hyunjoon. Kemudian berjalan kekelas dengan bangganya.

---

"Jadi, apa kau memutuskan untuk membantu?"

Anggap saja Sunwoo sudah gila. Di kesunyian kelas dimana hanya ada dirinya dan Seolhee, ia malah memilih untuk memutar lanjutan dari pesan suara Kevin--yang sudah ia pindahkan ke ponselnya.

kevin's voice note [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang