[1]Awal

128K 3.1K 339
                                    

Namaku Ginan Safitri. Teman-temanku biasanya memanggilku Ginan. Aku dikenal sebagai gadis yang cerdas dan ramah. Aku punya seorang sahabat yang tak kalah cerdasnya denganku. Namanya Raga Pratama, kami berdua bersekolah ditempat yang berstandar internasional berkat otak cerdas kami.

Kami bukan berasal dari kalangan atas yang mampu membayar biaya sekolah yang mahal. Aku hanya anak dari penjual sayur keliling. Sedangkan Raga, ayahnya memiliki bengkel kecil. Kami sudah bersahabat dari kecil. Karna memang rumah kami yang bertetangga. Raga sudah ku anggap seperti kaka karna sikap dewasanya. Raga pun menganggapku sebagai adiknya. Tak ada rasa yang melebihi itu. Mengapa aku yakin? Karena Raga telah memiliki kekasih bernama Nesa, yang telah satu tahun menjalin hubungan dengannya.

Tak ada yang spesial dalam diriku selain otak cerdasku. Karna wajahku yang bisa dibilang biasa saja dan postur badanku yang tak terlalu menarik. Membuatku tidak memiliki kekasih seumur hidupku. Apalagi ditambah statusku sebagai anak beasiswa. Tak ada yang mau dekat denganku karna merasa aku tak selevel dengan mereka.

Pasti kalian pikir anak sepertiku pasti hanya fokus dengan sekolah. Tapi aku juga manusia biasa yang ingin merasakan cinta. Aku sering melihat Raga, bagaimana dia memperlakukan Nesa. Aku juga ingin merasakannya. Tapi mungkin itu hanya mimpi. Karna tak mungkin disekolah ini ada yang mau berpacaran denganku.

"Woy! Minggir! "Ku hentikan langkahku, aku berniat kembali ke kelas setelah dari perpustakaan. Ku dengar ada yang berteriak. Aku berniat menoleh untuk melihat siapa yang berteriak sekencang itu. Tapi tiba-tiba

BUGH

Kurasakan ada yang menghantam keningku. Pandanganku seketika menggelap. Buku yang ada digenggamanku kini jatuh kelantai. Ku dengar ada suara umpatan dan tawa disekelilingku. Hingga kesadaranku menghilang.

🍁🍁🍁

Kesadaranku kini telah kembali. Ku coba membuka mata dan menyesuaikan dengan cahaya di ruangan ini. Bau obat-obatan mendominasi diruangan ini. Dan aku tahu aku sekarang berada di UKS. Tapi siapa yang membawaku kemari? Seingatku, aku terkena bola dan pingsan di lapangan. Tidak mungkin, ada siswa sekolah ini yang mau menolongku si anak beasiswa.

"Ngalamun aja lo. Nanti kesambet baru tahu rasa loh."Suara itu, aku sangat mengenalnya. Suara Raga sahabatku. Apa dia yang membawaku kemari? Iya, pasti dia. Tidak mungkin Via hari ini dia izin karena ada urusan keluarga.

"Kamu yang bawa aku kesini ya?"

"Ya iyalah, emang lo harap siapa? Si Rio yang udah buat lo pingsan. Mana mungkin dia mau nyentuh anak beasiswa yang ngga selevel sama dia."Jawabnya ketus.

Padahal aku bertanya dengan nada biasa. Tapi kenapa dia menjawabku dengan ketus. Dasar Aneh! Tapi tunggu dulu. Tadi Raga bilang bahwa yang telah membuatku pingsan adalah Rio kapten tim Basket?

"Tadi kamu bilang apa? Rio yang timpuk aku pake bola basket." Tanyaku antusias.                               

"Iye, nape emangnya. " Jawab Raga masih dengan nada ketus.

"Harusnya tadi aku ngga usah pingsan ya. Siapa tahu dia nyamperin aku dan... "

"Dan apa hah! Lo tuh jangan ngayal. Tadi aja pas lo pingsan dia ngga nyamperin lo. Apalagi lo ngga pingsan. Mana peduli dia sama lo. Kalo mimpi tuh jangan ketinggian." Omel Raga panjang lebar.

"Ye... Emang kenapa sih kalo aku ngayal dikit. Lagian juga aku sadar diri kok kalo aku ngga pantes buat Rio."Kataku dengan nada lesu. Dan bisa kulihat ada perubahan ekspresi pada wajah Raga. Dia tampak merasa bersalah. "Udahlah yah... Nanti juga pasti bakal ada pangeran berkuda putih yang jadi jodoh aku. Kalo saat itu tiba kamu ngga bisa lagi remehin aku." Aku mengatakannya dengan nada yang ku buat seceria mungkin. Aku tak mau melihat wajah sedih sahabatku.

I'am a Secret Girlfriend (END)TERBITWhere stories live. Discover now