[11]Bukan Akhir

31.7K 1.4K 35
                                    

Setelah kepergian Aldi kini aku di pusingkan dengan rentetan pertanyaa dari Via. "Kenapa Aldi kesini jenguk lo Nan?"

"Ngga tahu."

"Kenapa Aldi senyum sama lo lama banget?"

"Ngga tahu."

"Ih lo nyebelin banget si Nan di tanya jawabnya ngga tahu mulu." Sungutnya lalu pergi sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal.

Aku dan Raga terkikik geli melihat tingkah Via yang seperti anak kecil itu. "Nan gue udah bilang sama bapak kalo lo di rawat disini, bapak bilang nanti sore dia bakal dateng." Ucap Raga setelah kami menghentikan tawa.

Mengangguk itulah yang aku lakukan sebagai balasan ucapan Raga, aku sedang dalam mood yang tidak baik untuk berbicara. Sebenarnya aku ingin sekali pulang ke rumah, di rawat oleh bapak di rumah pun aku sudah biasa. Tapi aku menghormati orang yang telah membiayai pengobatanku. Sehingga aku harus bertahan disini selama tiga hari.

Saat keheningan menyelimuti kami, suara ketukan di pintu membuyarkan segala pemikiranku yang berkelana. Pintu terbuka memunculkan sosok pria yang begitu hebat dalam hidupku. Senyuman tak pernah luntur dari wajah keriputnya walau keringat membasahi wajahnya.

Ia menenteng keresek hitam yang entah apa isinya seraya mendekatiku. Raga yang menyadari kehadiran bapak langsung menghampirinya, meraih tangannya untuk memberikan salam lalu meraih keresek yang berada di genggamannya. Ia menaruh keresek itu di meja depan sofa.

Elusan lembut di kepala ku rasakan saat bapak berada di sisi ranjangku. "Kamu ngga papa kan ndo, bapak kaget waktu Raga telfon bilang kalo kamu di rawat di rumah sakit. Tadi bapak harus anter sayur pesenan dulu jadi lama ke sininya. Maaf ya ndo kamu sakit malah bapak ngga tahu."

"Ginan ngga papa kok pak, cuma tipes bapak tenang aja. kata Dokter, Ginan cuma butuh di rawat tiga hari."Ucapku dengan senyum yang aku paksakan. Melihat wajah bapak yang begitu kelelahan bagaimana mungkin aku membuatnya cemas. Sudah cukup aku menyusahkan bapak dengan segala kebutuhanku. Aku tak ingin semakin membebaninya.

Bapak hanya mengangguk sambil terus mengelus puncak kepalaku lembut. Sampai tak terasa rasa kantuk kembali menghampiriku, membawaku ke alam mimpi yang begitu indah. Melupakan sejenak segala rasa sakit yang ku rasa.

🍁🍁🍁

Sudah tiga hari berlalu, hari-hariku ku lalui dengan rasa jenuh karena hanya berbaring diam di ranjang pasien. Bapak yang tidak bekerja untuk merawatku tak membiarkanku meninggalkan ranjang, kecuali untuk ke kamar mandi. Aku sudah seperti orang yang sakit parah, tapi aku hanya bisa menurut tak mungkin aku melawan orang sudah membesarkanku.

Tok Tok Tok

Tanpa menunggu jawaban dariku orang yang berada di balik pintu langsung masuk. Membawa piring berisi bubur ayam yang masih mengepul di tangannya.

"Ini gue tadi liat ada yang jualan bubur ayam, jadi gue beliin sekalian buat lo." Tanpa di tanya Raga sudah menjelaskannya.

Aku juga tak ingin bersuara jadi aku hanya diam saat tangannya terulur untuk menyuapiku. Ku buka mulutku saat sendok itu sudah berada di depanku. Kebetulan setelah tadi siang aku pulang dari Rumah Sakit, perutku belum terisi apapun.

Raga menyuapiku dalam keheningan sampai bubur ayam itu tandas tak bersisa. Dia kemudian mengambilkan gelas berisi air yang sudah sedari tadi berada di meja sebelah tempat tidurku. "Nan lo besok jangan berangkat dulu ya, gue takut lo malah nanti drop lagi." Aku meneguk air di gelas yang berada di genggamanku. Lalu menaruhnya di meja kemudian menjawab perkataan yang di lontarkan Raga padaku.

I'am a Secret Girlfriend (END)TERBITOù les histoires vivent. Découvrez maintenant