[7]Jauhi Gion

35.6K 1.6K 7
                                    

Aku menatap jalanan macet di hadapanku, sudah biasa kalau ibu kota negara ini selalu macet.
"Nan, gimana perasaan lo sekarang?" Tanya Gion yang berada di sampingku, setelah kedua anak tadi di bawa oleh orang tuanya Gion mengajakku untuk pulang. Sekarang kami berada di bus untuk pulang, kini cahaya matahari telah tergantikan oleh cahaya bulan yang bersinar begitu indahnya. "Makasih ya, kamu udah ajak aku main sampe aku lupain kesedihan aku." Aku tersenyum ke arah Gion. Ia membalas senyumanku lalu mengalihkan pandangannya ke depan.

Bus yang aku tumpangi berhenti di halte tujuanku, aku pun turun dari bua dan ingin segera pulang karena sudah malam. Aku mengerutkan keningku saat melihat Gion juga turun dari Bus, ia menghampiriku.
"Kamu ngapain turun, rumah kamu kan bukan di daerah sini." Tanyaku bingung. " Emang lo tahu rumah gue dimana?" Iya juga sih, aku tak tahu dimana rumah Gion berada. Tapi aku tak pernah melitnya berada di sekitar sini. "Tapi kayanya kamu bukan orang sekitar sini. Aku ngga pernah liat kamu sebelumnya ada disini."

"Siapa yang bilang gue tinggal disini, gue mau anter lo sampe rumah dan jelasin sama ortu lo kenapa sampe anak gadisnya pulang malem. Gue ngga mau lo di marahin dan gue dianggap cowo ngga bertanggung jawab." Aku pun hanya mengangguk setuju. Begini mungkin lebih baik jadi bapak tidak khawatir dengan kepulanganku yang sangat terlambat ini. Setelah sampai di halaman depan rumah ku, tiba-tiba Raga berlari kearahku ia tampak cemas. Pasti ia mencemaskanku yang pulang terlambat.

"Lo dari mana aja sih Nan? Bapak nyariin lo dari sore, gue tanya Via katanya lo ngerjain tugas di perpus kok sampe malem gini." Raga mengalihkan tatapannya pada orang yang berada di sebelahku, aku bisa menangkap tatapan tak suka dari mata Raga saat menatap Gion. "Dia siapa Nan?" Belum sempat aku menjawab sudah ada suara yang mendahuluiku.

"Kenalin gue Gion, gue tadi ajak Ginan main jadinya pulang ke maleman. Sorry ya kak." Ucapnya seraya mengulurkan tangannya kepada Raga .Aku kini menatap Gion heran, kenapa dia menyebut Raga dengan sebutan kak? Apa dia mengira Raga kakaku.

"Kak? Kayanya kita seumuran jadi lo ngga usah panggil gue pake embel-embel kak." Raga sepertinya tak menyukai Gion, dia tak menyambut uluran tangan Gion dan terlihat jelas saat ia menjawab kata-kata Gion ia tampak marah, padahal biasanya Raga orang yang ramah." Dan jangan pernah deketin Ginan lagi, lo bawa pengaruh buruk buat dia."Ucapnya seraya menarik tanganku untuk beranjak menjauh dari Gion.

Baru saja selangkah aku melewati tubuh Gion, kini tanganku yang bebas di cekal olehnya. "Gue tahu gue salah karna gue ajak adek lo pulang kemaleman, tapi gue ngga akan jauhin Ginan."Gion mengatakannya dengan tegas dengan pandangan meyakinkan.

"Apa lo bilang? Adek? Lo kira Ginan itu adek gue? Gue ini--"

"Dia sahabat aku namanya Raga, makasih ya Gion kamu udah nganterin aku sampe rumah. Mendingan kamu pulang ini udah malem." Aku merasa suasana sudah tak baik, jadi lebih baik aku menyuruh Gion untuk pulang. Aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi.

Gion hanya mengangguk berlalu pergi meninggalkanku dengan Raga. Ia sesekali menoleh ke belakang dan aku melambaikan tangan yang ia balas dengan senyuman."Lo kenapa sih Nan? Lo tuh ngga pernah kaya gini. Kalo lo mau pulang telat harusnya lo kabarin gue atau Via. Bapak tadi nyariin lo, dia khawatir banget sama lo. Lo malahan asik-asikan berduaan sama tuh cowo."

"Iya iya maaf deh, lain kali ngga gitu lagi." Raut wajah kesal Raga kini sudah terganti dengan senyuman.

🍁🍁🍁

Aku beranjak dari dudukku saat semua siswa di kelasku sudah keluar terlebih dahulu. Aku tak mau di kerjai atau di hina kalau aku keluar kelas terlebih dahulu. Dengan keadaan kelas yang kosong aku bisa leluasa. Hari ini juga kami bebas dari kegiatan belajar mengajar karena akan di adakan pertandingan basket di sekolah kami.

I'am a Secret Girlfriend (END)TERBITWhere stories live. Discover now