[5]Memalukan

35.8K 1.7K 77
                                    

Setelah berada di depan meja panjang yang berisi berbagai macam makanan yang aku tak tahu apa namanya. Aku mengambil piring karena tadi mengatakan lapar, walau sebenarnya aku tidak terlalu lapar tapi apa boleh buat. Aku sudah terlanjur mengatakan lapar kalau aku tidak makan, Via dan Raga pasti akan curiga.

Baru saja aku akan mengambil makanan tiba-tiba ada yang memegang pundakku. Aku pun berbalik untuk melihat siapa yang memegang pundakku, aku mengerutkan dahi saat melihat gadis cantik yang sedang berdiri dihadapanku. Aku tak mengenalnya tapi sepertinya aku pernah melihatnya di sekolahan.
Dia menatapku dengan tatapan tajamnya dan wajahnya merah seperti menahan kemarahan.

"Ada apa ya?" Tanyaku bingung karena dia hanya diam sambil menatap tajam ke arahku, tanpa mengucapkan satu kalimat pun.

Dia tersenyum sinis "Ada apa lo bilang? Lo tuh punya mata ngga sih! Lo ngga liat kalo baju kita itu sama."

Aku baru menyadari kalau baju kami memang sama persis "Oh iya yah, baju kit--"

PLAK

Sakit dan perih itu yang sekarang aku rasakan di pipiku. Aku menatapnya yang sekarang memandang hina diriku. Di sekelilingku sudah banyak orang yang berkerubung penasaran dengan apa yang terjadi. Via dan Raga yang baru kembali dari mengambil kado yang tertinggal di mobil pun menghampiriku dengan raut bingung.

"Ada apa Nan?" Tanya Raga saat sudah berada di sampingku, aku hanya diam membisu bingung harus menjawab apa. Sedangkan diriku sendiri masih bingung karena tiba-tiba gadis itu menamparku.

"Dasar lo ya ngga tahu diri! Dasar cewe miskin!" Aku hanya bisa diam saat hinaan itu kembali terdengar.

"Bisa-bisanya lo nyuri baju sahabat gue!" Mendengar tuduhan itu, aku ingin bersuara tapi sudah ada suara lain yang mendahaluiku.

"Ada apa sih ini?" Suara itu, suara yang begitu aku kenal. Suara yang tak sekalipun pernah membelaku di depan umum.

"Cewek ini nih! Cewek miskin yang ngga tahu diri. Setelah nyuri baju sahabat gue, dengan percaya dirinya dia dateng ke pesta ini dengan baju curian." Kini semua mata menatapku hina, aku di pandang seperti seorang pencuri padahal aku tak pernah melakukannya.

"Wah... Ternyata bukan miskin aja nih cewe juga pencuri ya!" Ucap kesya penuh penghinaan.

"Eh! Jaga ya mulut lo semua, Ginan ngga pernah nyuri baju siapapun dan soal baju ini. Baju ini gue yang beli." Mendengar aku di tuduh dengan cepat Via menjelaskan bahwa aku tak mencuri.

Mataku mencari sosoknya, sosok yang seharusnya ada untuk melindungiku. Aku melihatnya berdiri di samping Kesya dengan wajah datarnya, tak ada ekspresi apapun di wajahnya. Aku menatapnya dengan mata berkaca-kaca berharap dirinya mau membelaku. Aku ini kekasihnya tapi mengapa ia tak mau membelaku, sehina itukah diriku? Hingga orang yang aku cintai tak mau mengakuiku.

"Lo bisa aja bilang itu baju lo yang beli supaya temen lo ini terbebas daru tuduhan! Lo kira gue bloon apa! Jelas-jelas dia udah nyuri baju sahabat gue."

"Lo punya bukti apa kalo Ginan nyuri baju lo. Kalo lo ngga punya bukti jangan asal nuduh orang, gue tahu Ginan emang anak orang ngga punya. Tapi gue kenal dia dari kecil dia ngga mungkin ambil barang orang lain." Ucap Raga berusaha membelaku.

Aku menundukan kepalaku, aku tak pernah melakukannya tapi kenapa aku selalu di salahkan. Apakah sebuah dosa lahir dari keluarga tidak berada? Aku meremas kuat rokku, rasanya sakit mendengar suara bisik-bisik cacian yang masih bisa ku dengar. Aku sudah akan menangis sampai suara itu menghentikan aktivitas semua orang yang berada disana.

"Bisa berhenti ngga lo semua!" Suara bentakan itu membuat semua orang bungkam dan mengalihkan perhatian kepadanya. Aku memberanikan diri mengangkat wajahku untuk melihatnya.

I'am a Secret Girlfriend (END)TERBITWhere stories live. Discover now