[8]Sahabat

33K 1.5K 45
                                    

Rio mengacak-acak rambutnya frustasi sepertinya dia benar-benar terpukul dengan kekalahan ini, mungkin karena ia tak pernah kalah sebelum ini membuatnya kesal. Aku mendekat kearahnya yang sedang berdiri di taman sekolah yang sepi karena siswa siswi telah pulang sedari tadi. Setelah pertandingan berakhir dia mengirimiku pesan agar datang kemari. Tapi sudah hampir sepuluh menit aku disini ia hanya berdiri sembari mengacak rambutnya.

"Rio kamu ngga apa-apa kan?"Tanyaku khawatir.

"Ngga apa-apa gimana gue kalah! Ini pertama kalinya dalam hidup gue ngga bisa dapetin apa yang gue mau!"
Aku membalikkan tubuhnya lalu memeluknya memberikan ketenangan untuknya. Tapi tiba-tiba kurasakan dia mendorong ku sampai aku tersungkur jatuh ke tanah.
"Ngapain lo tiba-tiba peluk gue hah! Dasar cewe miskin ngga tahu diri." Dimata Rio aku tidak melihat kemarahan tapi justru kekhawatiran tapi mengapa ia mendorongku. Sampai suara itu menjadi jawaban pertanyaan ku.

"Weh bro, lo ngga perlu kasar kali gimana pun dia cewek." Aku mengenal suara itu--Aldi-- sahabat Rio.

"Lo ngga perlu ikut campur deh Al, ni cewek udah berani peluk gue kalo gue biarin dia bakal ngelunjak. Dia harus dibuat sadar kalo di mana posisinya dia itu ngga selevel sama kita." Aku tak merasa sakit hati dengan perkataan Rio karena aku tahu dia mengatakannya tak bersungguh-sungguh. Dibelakang ku Aldi terkekeh mendengar perkataan dari Rio, tanpa aku duga ia mengulurkan tangannya kepada ku. "Pegang tangan gue biar gue bantu lo berdiri gue emang playboy tapi tenang gue ngga suka mainin cewek baik-baik." Laki-laki dengan mata berwarna biru terus tersenyum kepada ku dan mengulurkan tangannya pada ku. Aku baru menyadari ternyata Aldi bisa ramah, karena selama yang aku tahu saat Via mendekatinya dia selalu memasang wajah dingin. Aku meraih uluran tangannya untuk berdiri.

"Udah kan dramanya? Yuk balik gue laper."Ucap Rio seraya menarik tangan Aldi yang tadi menggenggam tanganku.

🍁🍁🍁

"Nan lo kok baru balik sih?"Via menghampiri ku yang baru saja sampai di rumah, sepertinya ia baru saja mandi terlihat dari rambutnya yang masih basah dan aroma sabun yang tercium dari badannya."Iya tad ada urusan sebentar."Bohongku, aku tak mungkin mengatakan yang sebenarnya tidak untuk saat ini.

Aku menunggu respon dari Via tapi dia hanya diam dan terlihat gelisah. Sebenarnya apa yang terjadi?
"Nan gue mau balik ke rumah maaf ya gue udah banyak ngerepotin lo." Dia meneteskan air matanya kemudian memelukku, "Kamu kenapa Via? Cerita sama aku kalo kamu ada masalah."

"Gue ngga pengen balik Nan hiks tapi nyokap ngancem hiks kalo gue ngga balik dia bakal laporin bapak lo hiks ke polisi." Aku tertegun mendengarnya bapak adalah satu-satunya keluarga ku. Aku pun melepaskan pelukan Via dari tubuhku." Aku bukannya ngga mau kamu ada disini tapi aku juga ngga bisa biarin bapak masuk penjara. Kamu tahu kan aku cuma punya bapak." Via menganggukkan kepalanya dan menghapus air matanya.

"Iya gue tahu kok Nan makanya gue bakal pulang hari ini, makasih ya selama ini udah mau nerima gue di rumah ini."

"Sama-sama Vi walaupun kamu ngga bisa tinggal disini kamu tetep diterima disini kok. Kamu bisa main ke rumah ini kapanpun kamu mau."

Aku membantu Via untuk mengemasi barang-barangnya ke dalam koper. Kemudian memanggil Raga untuk membantu Via membawa kopernya ke depan jalan raya.

Di jalan raya itu sudah ada mobil yang menunggu Via, dia memelukku erat sebelum masuk ke mobilnya.

"Lebay amat sih besok juga ketemu di sekolahan." Via langsung melepaskan pelukannya lalu menghampiri Raga dan memukul lengannya. "Ini tuh perpisahan antar sahabat, kera sakti diem aja."

I'am a Secret Girlfriend (END)TERBITWhere stories live. Discover now