[10]Parasit

33K 1.5K 70
                                    

Matahari begitu cerah menyinari bumi, memberi kehangatan bagi makhluk yang menerima sinarnya. Tapi mungkin itu tak berlaku padaku yang merasa udara di sekitarku begitu dingin menusuk tulang. Syukurlah aku tak lupa mengenakan jaket untuk menghangatkan tubuhku. Serta kaos kaki panjang sampai bawah lutut cukup membantu menghalau hawa dingin ini.

Aku tak bisa bernapas dengan benar karena ada yang seperti menyumbat hidungku. Aku juga sesekali bersin dan batuk, sepertinya aku terkena flu. Tapi ini sudah setengah perjalanan menuju sekolah, tak mungkin aku pulang hanya karena ini.

Bus berhenti di halte dekat sekolahku, aku turun dari bus itu. Biasanya aku akan berangkat dan pulang bersama Raga, tapi kemarin karena ada Via jadi tak mungkin aku bersama Raga. Hari ini memang tak ada Via, tapi aku merasa canggung untuk berangkat bersamanya karena kemarin malam ia marah padaku.

Seperti pagiku yang biasa aku lewat gerbang belakang agar tak bertemu siswa yang lain. Aku tak ingin menambah masalah dalam hidupku yang sudah cukup rumit ini.

Berjalan di koridor membuatku merasa diriku ini seorang artis, bagaimana tidak? Kalau sepanjang koridor semua tatapan orang menuju kepadaku. Sebenarnya aku merasa amat risih, di pandangi dengan tatapan sinis dan menghina. Tapi mungkin karena terbiasa aku mulai tak mempermasalahkannya lagi.

Tiba-tiba langkahku harus terhenti saat ada seseorang menghalangi jalanku. Seseorang yang tak pernah ingin aku menyapanya di sekolah, tapi mengapa dia menghalangi jalanku? Bukankah dia sedang marah padaku. Apakah dia akan mengakuiku sebagai kekasihnya? Pipiku merona dengan jantungku berdebar kencang saat memikirkan hal itu.

"Minggir lo! Ngapain lo halangin jalan gue." Semua khayalan indahku hancur seketika mendengar kata-kata yang keluar dari bibirnya. Aku menahan tangisku saat tiba-tiba dia mendorong bahuku yang menyebabkan aku jatuh terduduk di atas lantai dingin. Keadaan tubuhku yang lemas membuatku tak dapat menahan dorongannya. Suara tawa dan kata-kata hinaan menjadi pengiring tangisku yang tak dapat ku bendung.

"Rio kan ngga pernah kasar sama cewe. Kok dia bisa sejahat itu si?"

"Eh lo lupa ya? Dia itu bukan manusia tapi parasit yang sekolah dibiayain pake uang kita."

"Dasar parasit miskin ngga tahu diri."

"Kasih pelajaran yang lebih parah dong buat si parasit."

Begitulah suara ejekan dari siswa yang melihat perlakuan Rio padaku.

Sedangkan Rio ia masih diam berdiri di depan tubuhku, tak ada uluran tangan darinya untukku yang tak dapat menghentikan tangisku. Aku mendongakkan kepalaku menatap wajah datar yang tak melihat ke arahku. Rasa pening di kepala ku membuat pandanganku buram. Sampai entah siapa yang mengulurkan tangannya padaku, tapi semua telah terlambat karena dunia menggelap dan aku tak sadarkan diri karena tubuh lemah ini tak sanggup lagi untuk bertahan.

🍁🍁🍁

Aku menatap kosong ruangan yang tengah aku tempati, pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan oleh dua orang yang senantiasa menemaniku tak aku hiraukan. Adegan saat Rio mendorong tubuhku terus berulang-ulang di benakku. Hatiku terasa saat melihat wajah datarnya saat aku dihina, memang seharusnya aku sudah kebal dengan perlakuan Rio yang seperti itu. Tapi aku juga seorang manusia biasa yang bisa merasakan sakit.

Dalam hati aku bertanya-tanya sebenarnya mengapa ia berbuat seperti itu, apa dia marah karena foto itu? Kalau begitu ia seharusnya mendengar penjelasanku. Aku tersenyum miris, mana mungkin seorang Rio Baskara mau mendengar penjelasan orang lain. Ia akan menganggap yang ia ketahui adalah kebenaran tanpa mencari tahu lebih dalam.

"Nan, gue sama Raga keluar dulu ya, kita mau cari makanan. Lo mau makan apa? Nanti sekalian kita beliin." Ucap Via, aku hanya menggeleng sebagai jawaban pertanyaannya. Ia dengan Raga sudah sejak tadi berada di ruang rawat ini. Via yang membawaku kemari lalu dia menghubungi Raga agar kemari, karena Raga sedang di skors. 
                                                                Tapi sedari tadi aku tak menghiraukan keberadaan mereka dengan terus merenung. Aku memang di bawa ke rumah sakit karena kondisi ku, kata Via tadi aku terkena demam tifoid atau biasa di sebut tipes. Katanya aku harus di rawat tiga hari, tapi yang membuatku bingung adalah aku di tempatkan di kamar VIP. Saat aku ingin pindah dari kamar ini, mereka berdua bilang kamar ini telah di bayar dua hari ke depan.

I'am a Secret Girlfriend (END)TERBITWhere stories live. Discover now