[9]Marah

34.5K 1.6K 83
                                    

Seorang anak laki-laki tengah bermain bola bersama ayahnya, ia begitu bahagia saat berhasil membobol gawang yang di jaga oleh ayahnya. Sedangkan sang ibu duduk di karpet sambil sesekali menyerukan nama putranya memberi semangat kepadanya. Aku tersenyum memandang keluarga bahagia itu, aku tak pernah merasakan itu karena ibu pergi bekerja ke luar negeri sedari aku kecil. Masa kecilku hanya aku habiskan untuk belajar mengejar beasiswa untuk membantu meringankan biaya sekolahku.

Kini anak itu berlari menghampiri ibunya dan memeluknya sedangkan sang ayah berpura-pura sedih karena kalah. Mereka duduk bersama sambil bercanda tawa.

Apakah aku bisa memiliki keluarga harmonis seperti mereka suatu saat nanti? Aku menepuk kepalaku lalu menggeleng sambil menertawakan pikiranku sendiri. Aku baru berumur enam belas tahun dan pemikiran seperti itu seharusnya belum hinggap di kepalaku. Pikiranku harus fokus pada masa depan yang cemerlang yang akan ku raih setelah lulus dari SMA.

"Lo udah nunggu lama?" Tepukan di bahuku diiringi suara berat itu menyadarkanku dari lamunanku.

Dia duduk disebelahku dengan mengenakan baju berwarna putih dipadukan dengan celana jeans. Tak lupa ia juga memakai topi dan masker jaga-jaga kalau mungkin akan bertemu dengan orang yang mengenalnya. Ia memandang ke seluruh taman yang cukup ramai karena hari libur. Banyak orang yang datang untuk piknik bersama keluarga atau hanya duduk santai bersama orang terdekat. Setelah mengamati beberapa menit dan sudah bisa di pastikan aman Rio membuka maskernya.

Aku tak menjawab pertanyaan darinya aku lebih tertarik untuk bertanya padanya."Kamu ajak aku kesini mau ngapain?" Tanyaku, karena tak biasanya dia mengajakku pergi atau lebih tepatnya ini pertama kali. Setelah hari itu kami berpacaran kami hanya bertemu saat pulang sekolah itu pun di taman belakang. Dia tak pernah mengajakku ke tempat yang biasanya pasangan kekasih kunjungi.

Dia memposisikan dirinya sehingga kini kami saling berhadapan. Ia menatap mataku dengan pandangan tajam, " Hari kamis, lo pergi sama siapa?" Tanyanya dengan mata yang terus menatapku dengan aura mengintimidasi. Aku segera mengingat memori dimana aku dan Gion bersenang-senang di hari itu.
"Aku pergi sama temen." Jawabku.

Jawabanku mungkin tak memuaskan Rio dia tetap memandangku penuh selidik, seakan mencari kebohongan dari ucapanku barusan. "Jangan pernah bohong sama gue Nan, gue tahu lo pergi sama cowo! Lo mau khianatin gue hah! Iya!" Aku merasakan sakit saat tiba-tiba dengan kasarnya Rio mencengkeram erat pergelangan tanganku.

Semakin lama cengkramannya semakin kuat, membuatku meringis sakit. Aku berusaha melepaskannya tapi aku tak mampu, "Rio aku bisa jelasin, tapi kamu lepasin dulu tangan aku ini sakit."Mohonku kepadanya, melihatku benar-benar kesakitan ia melepas cengkramannya pada tanganku, terlihat warna kemerahan di pergelangan tanganku karena perbuatannya.

"Iya aku emang pergi sama cowok tapi dia temen aku, aku ngga punya hubungan lebih sama dia." Jelasku namun tampaknya ia masih belum percaya padaku, aku melihat senyum meremehkan di wajah tampannya.

Dia tiba-tiba melemparkan sebuah foto padaku. Aku mengernyitkan dahi ku bingung, apa maksudnya dengan melemparkan foto ini? Aku memungut foto yang jatuh terbalik di dekat kakiku. Aku membalik foto itu kemudian mataku melebar seketika saat melihat apa yang terpotret di dalamnya. Itu adalah di saat Gion jatuh dan berada diatas tubuhku. Bagaimana foto ini ada pada Rio? Siapa yang memotretnya?

 Bagaimana foto ini ada pada Rio? Siapa yang memotretnya?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
I'am a Secret Girlfriend (END)TERBITWhere stories live. Discover now