III. Epoch + Trailer

22.1K 2.9K 356
                                    

Halo ketemu lagi. Merry Christmas and Happy New Year! Well, post-an pertama di Minggu ini. Senin yang baru beberapa menit dipijak. Oh! Kalian bisa lihat trailer FF ini di multimedia! Atau link youtube di bio. Bisa juga di akun Instagram Jeon_ai. Jadi sudah terbayang jalan ceritanya? :p

.

.

Kehidupan itu penuh rupa. Kadang berjalan begitu lambat hingga memakan kita lemat dalam angan, bahagia sampai perih tak berujung. Kadang pula terlalu cepat lebih dari satu tarikan napas. Membuat pening, terkejut, nyeri sampai senyuman lega. Tak akan pernah ada sesuatu tetap sekalipun kita berharap atau malah enggan. Datang, pergi dan kembali akan selalu berputar pada kehidupan. Mungkin beberapa hari lalu air mata mengalir sampai suara isak yang nyaris tak terdengar karena begitu mencekik, sekarang malahan kedua sudut bibir tertarik ke atas dan tatapan berbinar-binar. Setidaknya begitulah yang Kim Taeri pelajari.

Hari ini dia bahagia, tak ada tangis lagi sekalipun matanya pagi ini sukses bengkak. Semalaman menghabiskan rindu serta tangis yang selalu dia tahan bersama sahabat terbaiknya—Kim Eunbyul. Memutuskan untuk menginap dan melakukan girls time layaknya masa lalu. Mungkin sekarang telah berbeda karena tujuh tahun bukan waktu singkat, tetapi mereka berdua sama-sama bekerja keras untuk itu. Mempersempit jarak tak terlihat di antara mereka Salah satu bukti kongkrit adalah kutek yang terpoles manis di kuku-kuku mereka. Katanya melakukan rutinitas seperti dulu.

Kim Taeri benar-benar merasa bersyukur bahwa hidup memiliki beberapa periode. Setelah keputus-asaan, sekarang bahkan dia lebih dari bahagia. Bukan hanya sekadar melepas rindu tapi membuar dirinya berani untuk kembali pada semua kenangan yang dia hindari. Yang begitu dia takutkan kembali teringat. Memang rasa sakitnya masih sama, hanya saja sekarang dia berani menghadapinya.

"Taeri, mau sarapan apa?" tanya Eunbyul yang sudah menuruni kasur hendak keluar dari kamar. Menengok sekilas untuk memastikan keinginan temannya yang sedang duduk manis di kasur sambil membaca.

Taeri menoleh dan tak langsung menjawab. Mata sembab itu pagi ini terlihat begitu indah karena jelas kebahagiaan terlihat di sana. "Adanya apa?"

Ditanya seperti itu Eunbyul menyengir lebar. "Seadanya hehe. Tidak sempat memasak apapun."

Taeri memutar bola mata karena yakin sekali dengan jawaban sahabatnya itu. Untuk beberapa hal, wanita berambut panjang itu tidak berubah sama sekali. Maka Taeri turun dari kasur. Tidak—bukan untuk memasak. Sungguh dia buruk dalam hal itu. Kalau Eunbyul memang tidak memiliki waktu, setidaknya kemampuannya lebih baik dari dirinya. "Mari kita periksa apa yang ada di dapur," ujar Taeri pada akhirnya.

Lagipula saat-saat seperti ini tidak boleh disia-siakan bukan? Walaupun malu mengakui tapi Taeri senang sekali ketika Eunbyul berhambur memeluknya dan mengatakan kalau merindukannya. Mengenyampingkan mereka pernah sama-sama saling menarik diri dan dialah pelaku utamanya.

"Aku tidak begitu suka coklat, pahit." keluh Taeri ketika mengolesi selai di roti yang dia ambil tadi di dapur. Mereka sekarang sedang berada di ruang makan untuk mengunyah apa saja yang dapat membuat perut kenyang. Taeri sendiri tidak suka sarapan pagi tetapi menangis ternyata membuang banyak energy.

Eunbyul mendengus. Taeri masih sama. Lalu mengambil roti tawar yang berada di tangan Taeri. "Dasar, selalu mengeluh. Ambil saja sereal di kabin dan susunya di kulkas."

"Siap!" jawab Taeri bersemangat yang sebenarnya menginginkan itu tapi kerap bersikap pasif-agresif. Untung saja Eunbyul selalu tahu bagaimana sikap temannya yang sekarang tidak perlu ada kata 'mantan' di depannya. Segera berlari kecil ke dapur dan membajak makanan untuk sarapan.

LIMERENCE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang