XV. Sister--Brother

16.3K 2.1K 374
                                    

"Kim Jungkook, anak bungsu dari keluarga Kim yang mempunyai kakak super cantik, Kim Eunbyul—mau ke mana kau?"

Pagi seorang Jungkook hari ini sudah harus berhadapan dengan sang kakak yang tingkat kepercayaan dirinya cukup tinggi, tapi tidak jika di depan orang-orang. Sedikit menyebalkan untuknya ketika sudah mulai ikut campur dalam ruang lingkupnya, seperti saat ini. Langkah Jungkook berhenti pada anak tangga ke tiga dari bawah dan menengok ke arah kakaknya sambil memberikan senyuman terbaik. "Selamat pagi Nona Eunbyul, tentu saja aku ingin ke kamar. Kim Jungkook undur diri terlebih dahulu," sahut Jungkook segera melangkahkan kaki lagi, tetapi teriakan kakaknya menghentikannya kembali.

"Jangan berlagak tak ada salah. Aku tahu kau mau ke kamar, tetapi yang aku maksud adalah kesadaran dirimu. Ke mana kau baru pulang sepagi ini?"

Jungkook terdiam sesaat, berpikir untuk memberikan jawaban apa sampai merasa tak perlu sama sekali. "Aku sudah besar. Apakah itu penting? Aku bisa mengurus diri sendiri!"

Eunbyul memutar bola mata kesal. Jungkook memang bukan tipikal adik penurut yang selalu mendengarkan atau memberi tahu semua hal. Tapi Eunbyul merasa ada yang tidak beres. Orang tua mereka sedang melakukan perjalanan bisinis, tentu Jungkook menjadi tanggung jawabnya. "Jungkook, apa yang kau lakukan?"

"Noona, apakah ini perlu diperdebatkan? Aku sudah dewasa. Aku sudah berada di umur legal di mana dapat melakukan yang aku inginkan."

Jungkook benar. Eunbyul sadar hal itu. "Aku tahu. Aku tak masalah kau mau ke kelab malam atau melakukan sesuatu dengan para gadis. Hanya saja bisakah kau memberi kabar? Jungkook, aku mengkhawatirkanmu. Dan lagi ibu sedang tak ada di rumah. Semuanya yang ada di sini menjadi tanggung jawabku. Bisakah kau menghargaiku sedikit?"

Jungkook itu anak baik. Dia sama sekali tak berniat melukai hati kakaknya. Helaan napas dihembuskan—menyesal. "Baik, maafkan aku. Lain kali aku akann mengatakannya." Hening di antara mereka berdua, tetapi jelas Eunbyul memaafkan adiknya. Baginya seperti ini sudah cukup. "Aku ke atas dulu mengganti pakaian. Hari ini aku ada syuting. Tak mau sampai telat," pamit Jungkook.

"Tunggu, kau syuting?" pertanyaan retorik karena mereka sama-sama tahu kalau Jungkook hanya libur sehari, kemarin ketika izin pergi ke luar. "Kook, kau bahkan baru pulang pagi ini. Apa tidak menjadi masalah? Kau pasti mengantuk. Tidak bisakah izin sehari lagi?"

"Ah, tenang saja aku sudah tidur kok. Sangat lelap malahan. Sangat nyaman." senyuman terukir di bibir Jungkook. Giliran Eunbyul yag terdiam dengan raut bertanya-tanya. Mustahil pikirannya tidak ke mana-mana.

"Kook, kau benar-benar melakukan itu? Maksudku, tidur bersama wanita di kelab malam? B-baik, aku sebagai kakak tidak masalah untuk itu. Terserah apa yang mau kau lakukan, hanya saja aku menyarankan bahwa kau harus berpikir dulu sebelum melakukan sesuatu. Tolong jangan tersinggung, tapi kau ini public figure dan sedang naik daun. Ini akan berbahaya untuk karirmu." ujar Eunbyul berusaha menasihati Jungkook tanpa terlihat terlalu ikut campur walaupun sulit. Setidaknya dia menunjukan bahwa bukan tipikal kakak yang melarang adiknya dan mengatur-ngatur.

Raut wajah Jungkook tak berubah sama sekali. Masih tersenyum, malahan terlihat begitu bahagia. "Tenang noona, aku tidak akan melakukan hal seperti itu kok." Eunbyul semakin bingung. "Aku tidak tidur di sembarang tempat. Lagipula aku tak berminat. Satu-satunya wanita yang bisa membuat aku melakukan hal semacam itu adalah—" Jungkook menggantung kalimatnya karena hampir saja kelepasan berbicara. Sementara Eunbyul menunggu ucapan Jungkook yang tidak dilanjutkan.

"A-aku akan kembali setelah mengganti pakaian. Tunggu dulu!" sambung Jungkook buru-buru naik ke atas sebelum kakaknya berbicara lebih lanjut. Segera memasuki kamar dan mengganti pakaian. Berpikir keras harus mengatakan apa karena hampir saja kelepasan berbicara.

LIMERENCE ✓Место, где живут истории. Откройте их для себя