X. Drowning On Yours

18.7K 2.3K 334
                                    

Joseon Era

Kedatangan Yi Jeongoo kembali dari selesainya perperangan. Bukan hal baru untuk Wang-panggilan raja—Yi Jeongoo mendapatkan kemenangan penuh. Seruan kagum dan diagung-agungkan oleh rakyat. Datang dengan ponggah nan gagah kembali ke kerajaan disambut sang kakak Yi Taejin yang memimpin wilayah lainnya. Tepukan kepercayaan di bahu setelah saling membungkuk hormat layaknya formalitas. Ketika hanya berdua, maka senyuman dan pelukan rindu dan bangga siap dihamburkan pada tiap waktu yang dilalui. Namun di sana—satu-satunya—ada seorang wanita yang setiap saat was-was menunggu kedatangan Jeongoo kembali. Tidak semudah orang-orang yang mempercayakan segalanya. Sekalipun dia tahu dan yakin, tapi sulit merasa tenang ketika tak mendapatkan kabar sementara pemuda itu sedang bertarung di baris paling depan perihal daerah kekuasaan ataupun menggulingkan pemberontak.

Dengan mengangkat sedikit bagian bawah pakaiannya, dia berlari tergesa-gesa ketika salah satu pelayan memberi kabar akan kedatangan Jeongoo. Langkah kaki dan napas terengah ketika pintu dibuka menarik perhatian kakak-beradik yang sedang bercengkrama meluapkan rindu—menoleh secara bersamaan. Kim Hyeri meringis dan memaksakan diri membuat cengiran ketika menyadari bahwa dia baru saja merusak suasana tersebut. "Maafkan aku," ujarnya pelan merasa begitu canggung. Merutuki diri dalam hati akan kebodohannya.

Hening beberapa saat sampai akhirnya tawa renyah dari kakak beradik Yi Jeongoo dan Yi Taejin, Raja pada tiap wilayahnya. Maka setelah itu Hyeri dapat tersenyum lega. Kenyataannya hubungan mereka bertiga memang begitu dekat sudah sejak kecil dulu, di mana Hyeri adalah anak dari salah satu Jenderal yang mengabdi pada kerajaan. Sekalipun di luar mereka terlihat berjarak dan bertindak sesuai strata masing-masing, tapi jika tidaka da yang melihat, rasanya seperti tidak ada batasan. Hyeri sendiri sejak kecil sudah dipersiapkan untuk dipersunting oleh Yi Taejin.

"Nu-i, berikan aku pelukan. Cepat!" seru Jeongoo sambil merentangkan kedua tangannya. Seperti biasa bersikap sebagai bocah kecil kesayangan Taejin dan Hyeri. Bertentangan sekali dengan rekam jejaknya pada setiap perperangan. Tapi begitu cara kedua orang itu melihat Jeongoo.

Hyeri segera berlari kecil dan berhambur memeluk Jeongoo. Dia serius benar-benar merindukan dan sangat khawatir terhadap pria itu. Teramat sampai rasanya sekarat setiap mendengar berita buruk. Begitu pilu ingin berlari ikut langsung ke dalam medan perang, namun mustahil. "Jeongoo, aku merindukanmu." ujar Hyeri begitu tulus dengan getar kelegaan yang menyeruak.

Ujung bibir Jeongoo tertarik ke atas. Seperti menemukan oasis di sebuah gurun-bahagia mendengar kalimat itu, karena dia tahu Hyeri benar-benar bermaksud mengatakannya. Lengannya memeluk begitu erat menghirup dalam-dalam aroma khas dari sang wanita yang dia rindukan dan selalu menjadi pengingat di mana dia harus kembali ketika perperangan kian sengit. "Akupun. Teramat. Sampai gila rasanya."

"Hei, sudah! Sudah! Aku tahu kalian saling rindu, tapi ingat aku di sini." goda Taejin sambil tertawa. Pun kedua orang itu saling melepas pelukan yang sebenarnya masih ingin berlanjut-atau malah lebih dari itu? Kembali membaur dengan tawa. Setidaknya sampai lengan Taejin melingkar sempurna di pinggang kecil milik Hyeri. Terlalu halus, seharusnya tak terlalu kentara, tapi mata Jeongoo seperti elang yang menangkap gerakan tersebut begitu sempurna. Ketidak sukaan sulit ditutupi untuk beberapa detik yang terlihat jelas dari mata Hyeri. Beruntung Taejin sendiri tidak melihat karena bagaimanapun Hyeri adalah kepemilikan pria itu.

"Bagaimana nanti kalau aku dan Hyeri menikah, Jeongoo? Kau tidak bisa lagi asal memeluk seperti itu," canda Taejin yang sejujurnya memang begitu adanya. Ketika Hyeri menjadi permainsuri, aka nada batasan begitu besar yang bahkan lebih dari luasnya lautan.

Dan Jeongoo tak suka hal itu. Namun dia masih berusaha keras menampilkan senyuman terbaik yang pernah ada. Mungkin dia harus menjadi bagian pementasan jikalau bukan seorang raja di kehidupan berikutnya. "Kalau begitu aku akan curi-curi memeluknya," balas Jeongoo sambil tertawa. Perdebatan sengit antar kakak-adik yang hanya berupa candaan-harusnya. Tapi Hyeri ataupun Jeongoo sama-sama tahu bahwa setiap kata yang keluar dari bibir pria itu adalah yang sebenar-benarnya terjadi. Terlebih ketika matanya menatap begitu intens.

LIMERENCE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang